Buku Bang NAB Pensiunan Nggak Ade Matinye Diluncurkan 17 Agustus

INDOWORK.ID, PALU: Ini barang langka. Jarang sekali sebuah buku biografi ditulis berturut-turut dalam waktu yang singkat. Setelah Nurhayadi Anak Betawi di Puncak Telkom Landmark Tower meluncur pada 1 April 2020, maka terbitlah buku kedua ini. Nurhayadi menyebutkan sebagai NAB II yaitu kisah tentang Nurhayadi Anak Betawi jilid II.

Jika pada NAB I bercerita tentang perjalanan hidup pria kelahiran 4 Januari 1964 ini sejak lahir, masa kanak-anak, masa remaja, berkarir, hingga pensiun. Kini giliran setelah ia pensiun mencoba membangun dan mengembangkan bisnis.

SUKA DUKA PENSIUN

Nurhayadi di depan kantor PT PMN

Buku ini bercerita bagaimana suka-duka nya menghadapi masa pensiun. Umumnya para karyawan menghadapi kondisi pensiun dengan gundah gulana dan galau, namun tidak bagi NAB. Ia terus berikhtiar dengan penuh semangat, walau banyak kerikil tajam yang harus dilalui dan berharap suatu saat dapat meraih sukses.

Bab I buku ini memang berkisah tentang masa sulit setelah pensiun, karena terbiasa sibuk untuk urusan kantor, tiba-tiba tidak lagi ke kantor. NAB tak tinggal diam, ia mencoba menciptakan kesuksesan baru dengan berjuang dan berdoa. Ia pun jadi ingat lagu Perjuangan dan Doa karya Rhoma Irama pada 1977, ketika ia masih duduk di bangku SMP.

Pada Bab II, diceritakan tentang merintis usaha, mulai dari membuat café, menjadi agen kaos, menjadi koki dadakan, hingga jualan sembako. Kegigihan NAB patut dicontoh. Ia tak boleh melihat peluang sedikit pun, langsung tembak. Suatu ketika di bulan Desember 2022, ia mengontak saya (penulis). “Beberapa waktu lalu, saat kita ke tempat Bang Imron, ada salah satu rekan yang punya rumah sakit. Lupa, siapa nama beliau?”

Imron yang dimaksud adalah Kepala Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Ada apa gerangan dengannya? Rupanya NAB ingin menawarkan alat kesehatan. Ia ingin menawarkan generator oxygen machine. Ia mengajak saya untuk menawarkan produk tersebut. “Jika berminat selanjutnya kita pertemukan,” kata NAB penuh semangat.

Tidak sampai di situ. Ia mengajak untuk mencari calon konsumen lain dan tentu saja menjanjikan komisi yang menggiurkan. Begitulah NAB. Ia gigih, setiap ada peluang, langsung dibidiknya. Ibarat kata prajurit, “sekecil apa pun lubang, langsung tembak.”

SEMANGAT NAB

Nurhayadi, Ganang Soedirman, Andri Bachtiar, Aris Sadyanto

Itu hanya contoh kecil semangat NAB, banyak lagi cerita menarik yang dapat dinikmati lantas diambil hikmahnya dalam buku ini.

Namun, seiring berjalannya usia, tak dapat dipungkiri, kondisi fisik pun melemah. Memasuki usia 60 tahun, mulai terasa kelemahan di sana sini. NAB tak henti berolahraga.  Rutinitas di lapangan golf, main bulutangkis, bersepeda, hingga jalan kaki, masih tetap dilakoninya meskipun intensitasnya tidak sesering dahulu.

Ia tetap senang hati menghibur diri melalui lagu-lagu lama kesukaannya, mulai dari lagu dangdut, pop, hingga lagu-lagu Betawi. Itu dapat dilakukannyan karena NAB konsisten mengamalkan 4R, nilai-nilai kehidupan yang sangat ia yakini. Nilai-nilai yang terkandung dalam 4 R tersebut adalah Olah Raga, Olah Rasa, Olah Ratio, dan Olah Ruh. Olah ratio diimplementasikannya dengan bermain catur dan tentu saja menghitung urusan bisnis. Sebagai ahli administrasi keuangan, ayah empat anak ini mencermati setiap perhitungan investasi dalam bisnis yang digelutinya. Sukses? Belum tentu. Namun NAB melihatnya sebagai investasi meskipun ia harus kehilangan dana yang lumayan besar untuk seorang pensiunan.

Sebagai anak Betawi yang pandai menyanyi dan pintar mengaji, lulusan SMAN 38 Jakarta ini, tak lupa melakukan tadarus setiap hari, teristimewa pada bulan Ramadhan.

NGGAK ADE MATINYE

Chospiadi, Defrizal, Nurhayadi, Agung

Kurang lengkap rasanya jika buku ini tidak disempurnakan dengan pandangan para sahabat. Opini mitra bisnis dan sahabat lama maupun baru dituliskan dalam Bab IV. Mereka adalah Arief Boediman, Andri Bachtiar, Danang Priyambodo Soedirman, Helmi Effendi, Kurnia Hu, Markus Fernaldi Gideon, dan Rakhmat Karim.

Banyak cerita inspiratif yang tekandung dalam buku ini. Bukan sekadar buku biografi, tapi dapat dijadikan sebagai acuan dalam belajar mengenai manajemen, marketing, hingga mengoptimalkan waktu setelah pensiun.

Bagi NAB, masa pensiun memiliki keberkahan tersendiri. Waktu untuk melakukan berbagai kegiatan, terbuka luas. Manajemen diri yang baik dapat menjadikan masa pensiun menjadi lebih produktif, bahkan menambah pendapatan dan yang paling penting masih bisa memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Setelah melalui diskusi, maka disepakatilah buku ini berjudul Bang NAB, Pensiunan Nggak Ade Matinye.

Lahyanto Nadie di rumah kebaya
Lahyanto Nadie di rumah kebaya

Akhirnya, jika halaman demi halaman di buku ini dapat membangkitkan semangat pembelajaran dan memberikan inspirasi bagi pembaca, tentu merupakan kebagian yang tiada tara bagi penulis. Selamat membaca.

Ditulis oleh Lahyanto Nadie, Redaktur Khusus Indowork.id

Tuhan Laris Dijual di Mana-mana

INDOWORK.ID, PALU: Aku sudah lama meninggalkan hobi menonton. Tinggal sesekali. Itu pun terbatas pada serial silat China. Fantasi yang merusak akal sehat, kata temanku.

Tapi aku terus melototi sajian ePisode yang banyak itu dengan mata yang mulai lamur. Ada kearifan kuno tentang penghormatan kepada orang tua dan guru. Ada romantisme yang tetap disukai banyak orang, tak peduli berapa pun umurnya. Sarat dengan heroisme. Dan aku bisa berkhayal menjadi pahlawan.

Banyak teman chat yang menyarankan aku menonton serial The Believers di Netflix. Mungkin saking seringnya aku menulis berceloteh tentang hipokrisi dan kemunafikan. Tapi aku tak berlangganan Netflix. Dan tak terlalu berminat dengan cerita kriminal.

TUHAN LARIS DIJUAL

Akhirnya, karena penasaran, aku cari sinopsis nya di Google. Oh itu dia! Sama satirnya dengan banyak celotehku. Memang sangat relevan dengan Indonesia kekinian. Di sini, hingga kini, Tuhan laris dijual di mana mana. Bertebaran. Dari retorika politik hingga khotbah ulama dan pendeta.

Tapi jauh sebelum The Believers Thailand itu tayang di Netflix, aku saat masih di bangku SD tahun 1960-an, sudah membaca cerpen Robohnya Surau Kami, A. A. Navis. Ujung pendulum yang lain. Ekstrim yang lain.

Satire tentang Tuhan yang menggiring para toksik ibadah ke neraka, karena mereka egois. Mereka hanya mengejar surga untuk diri sendiri, mengabaikan kewajiban mereka yang lain di dunia ini. Kewajiban kepada sesama.

MENGEJEK REALITA

Dua penggal cerita mengejek realita. Yang satu tentang pendeta dan ulama yang memamerkan hidup megah dari sumbangan jamaah yang -sebagian – masih renta nestapa. Yang lain tentang kesalihan sempit. Terus beribadah vertikal kepada Allah sehingga nyaris tak bermanfaat bagi kemanusiaan.

Hasan Zein Mahmud

Dua penggal cerita yang mengajar dan mengajak pada sikap hidup yang berimbang. Celoteh berulang: kualitas aqidah tercermin dalam ibadah, tapi kualitas ibadah tercermin dalam muamalah!

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Short Selling, Memacu Spekulasi Agar Target Transaksi BEI Tercapai

INDOWORK.ID, PALU: Sejatinya jual di depan – jual sebelum produknya jadi, short selling? Itu, praktek biasa dalam bisnis.

Perusahaan properti menjual rumah sebelum dibangun. Tukang jahit menjual jas dengan hanya memperlihatkan gambar dan contoh bahan.

Jual forward dan kontrak berjangka, per definisi, adalah short selling. Praktek biasa dalam berbagi bisnis. Praktek yang biasa, termasuk di negara negara islam.

KEBUTUHAN LINDUNG NILAI

Ada kebutuhan konkret di situ. Kebutuhan lindung nilai, kebutuhan price discovery. Tanpa perdagangan berjangka yang terorganisasi yang ada hanya harga saat ini, atau harga tengkulak. Perdagangan berjangka yang berfungsi baik, memberikan acuan, pedoman, road map terhadap harga yang akan datang. Mekanisme price discovery dalam perdagangan berjangka, mampu menangkap potensi permintaan dan penawaran di masa yang akan datang, dan menerjemahkannya dalam harga acuan.

Perdagangan berjangka akan otomatis membatasi spekulasi bila disyaratkan adanya penyerahan fisik sebagai penyelesaian kontrak saat jatuh tempo. Ada standar kualitas dan kuantitas, waktu dan tempat penyerahan, ketentuan delivery versus payment, ketentuan marjin sebagai performance bond, yang diatrur dengan jelas dalam protokol kontrak.

Hasan Zein Mahmud

Unsur-unsur – kebutuhan ekonomis itu – itu tidak hadir dalam short selling saham yang akan difasilitasi BEI. Tujuan utamanya – boleh jadi satu-satunya – adalah memacu spekulasi agar target transaksi BEI tercapai.

Mari berbangga hati sebagai masyarakat yang paling gandrung berjudi!

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Cerita tentang Bisnis Indonesia, Stringer Paling Kaya

INDOWORK.ID, JAKARTA: Dalam WAG Alumni Bisnis Indonesia pada 27 Juli 2024, sahabatku Lahyanto Nadie, menyebutku sebagai stringer paling kaya. “Reporter jebolan ITB aja gajinya cuma Rp200.000, eh honor dia lebih dari sejuta gara-gara pembobolan bank,” tulis Lay, begitu panggilan akrabnya.

Muhammad Karyanto menimpali. “Rezeki anak sholeh🙏,” kata ahli farmasi itu.

Lay benar, saya mendapatkan honor yang begitu besar pada zamannya karena pemberitaan Bank Pasar Dwimanda, yang ditulis secara berseri. Hampir setiap jadi hari head line.

Ketika itu Pak Abdullah Alamudi sebagia redaktur pelaksana. Aku ingat setiap berita dihargai antara Rp75.000 dan Rp100.000. Belum lagi pemberita tentang hukum lain yang aku tulis.  Dari honor sebagai stringer trsebut, akhirnya mampu membeli mobil bekas Daihatsu Hijet 1000. Ini sejarah yang tak terlupakan. Keberhasilanku awalnya dari Bisnis Indonesia.

Aku tetap ingat juga pesan almarhum, H. Amir Daud, Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia, suatu ketika. “Turman sebaiknya kamu jadi Pengacara”.

Kata-kata dari almarhum yang sangat bermakna ini dikatakannya saat aku dipanggil ke ruangannya secara khusus akibat pemberitaan Paket Oktober (Pakto) 1988 tentang perbankan. Pakto 88 merupakan paket kebijakanm ekonomi deregulasi pada Era Orde Baru. Paket tersebut adalah aturan paling liberal sepanjang sejarah perbankan Indonesia. Hanya dengan modal Rp10 miliar (pada tahun 1988) siapa pun dapat mendirikan bank baru.

Dampak dari kebijakan ini juga berpengaruh besar tehadap pemberitaan oleh media massa. Tentu saja Bisnis Indonesia menjadi koran yang paling getor memberikannya.

KENA SEMPRIT

Namun sayang, saking getolnya, Bisnis Indonesia “kena semprit.” Akibat pemberitaan yang dinilah oleh penguasa sebagai kritis keras sehingga, Bisnis Indonesia kena peringatan tertulis. Saat itu Pak Lukman Setiawan, Wakil Pemimpin Umum, marah besar.  Aku dipanggil untuk menghadap. Namun aku tidak meresponnya. Namun Pak Lukman tak patah semangat. Ia meminta Pak Shirato Syafei untuk memanggilku.

“Pak Lukman marah besar, tidak mau melihat kamu lagi di Bisnis. Gimana kalau kamu ke Solo. Aku mau mendirikan koran di sana.”

Aku tak memberikan respon atas peringatan sekaligus tawaran tersebut. Aku sangat yakin tak bersalah karena berita itu obyektif dan dan ditulis secara berimbang.

Pemerintah Orde Baru memang sangat berkuasa. Mereka tak mau melihat pemberitaan koran yang mengkritik pemerintah. Ketika itu Menteri Kehakiman Ismail Saleh merasa keberatan atas berita Bisnis Indonesia lantaran menulis tentang perizinan yang sulit. Padahal pengusaha ingin mendirikan bank dan perlu izin prinsip dari Menteri Kehakiman.

Saya pun kena black list. Aku diusir ketika meliput di Departemen Kehakiman (Depkeh). Namun kemarahan Pak Ismail Saleh mereda setelah Suwantin Umar membuat berita tentang bonsai, yang menjadi kesukaan Pak Ismail. Selanjutnya wartawan Bisnis dapat kembali meliput di Depkeh.

Suwantin Oemar kemudian menceritakan pengalamannya. IA diminta oleh Mohammad Effendi Aboed (MEA) datang ke kantor Ismail Saleh di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.

BONSAI

Suwantin mengira Pak Ismail akan marah besar. Ternyata sang menteri justru bercerita tentang tanaman bonsai. Pak Ismail juga senang mengoleksi batu-batuan di ruang kerja. Dia kemudian menunjukkan dan memperlihatkan beraneka jenis bebatuan sehingga lupa tentang beritaku yang mengkritik Pakto 88.

Turman M. Panggabean

Kenangan lainnya di Bisnis Indonesia adalah tentang berita nonekonomi. Aku punya dokumen koran Bisnis yang berjudul Kisah Cinta di Atas KRL.

Tulisan tentang perselingkuhan penumpang kereta tersebut atas perintah almarhum Mansyur Amin, yang ketika itu menjadi Redaktur Kota.

Ditulis oleh Turman Panggabean, wartawan yang kini menjadi pengacara.

 

PWI Pusat, Etika Hendry Ch. Bangun yang Tersesat

INDOWORK.ID, JAKARTA: Demo di berbagai daerah menuntut Ketua PWI Henry Ch Bangun mundur dari jabatan Ketua PWI Pusat.

Saya sedih melihat apa yang terjadi di PWI Pusat –Persatuan Wartawan Indonesia –sekarang ini.

Lebih sedih lagi karena saya tidak bisa menulis secara objektif. Semua yang bersilang sengkarut di situ adalah teman sendiri. Baik mereka yang di atas panggung maupun yang di balik layar.

Dewan Kehormatan PWI memecat Ketua Umum PWI Hendry Ch Bangun. Bahkan sekjen PWI dipecat sampai ke keanggotaan PWI-nya.

Tapi yang dipecat itu melawan. Sekjen yang ikut menandatangani surat pemecatan itu sudah dipecat oleh ketua umum PWI pusat. Maka Hendry tetap merasa sebagai ketua umum. Hendry juga tetap masuk kantor di lantai atas Gedung Dewan Pers Jalan Kebun Sirih Jakarta Pusat. “Ini saya baru pulang dari rapat PWI di kantor,” ujarnya saat saya telepon kemarin petang, Selasa, 23 Juli 2024.

Saya sendiri resminya masih anggota Dewan Penasihat PWI Pusat, tapi tidak pernah aktif. Sudah lama saya merasa tidak harus menasihati para pengurus.

Saya sudah terlalu jauh meninggalkan dunia organisasi wartawan –sejak jadi dirut sebuah koran di Surabaya dulu. Saya lebih merasa sebagai juragannya para wartawan daripada sebagai wartawan.

Karena itu organisasi saya adalah Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) –sampai tiga periode sebagai ketua umumnya. Saya pernah lari meninggalkan kongres SPS agar tidak terpilih, ups, dipilih juga.

TERLALU RUWET

Hendry Ch. Bangun

Melihat kemelut di PWI sekarang ini saya tidak akan memberi nasihat apa-apa. Sudah terlalu ruwet. Hendry, misalnya, juga tidak akan mau ketika saya beri nasihat untuk mengalah: mengundurkan diri. Ia merasa benar. Pemecatannyalah, katanya, yang salah.

Saya juga memberikan pilihan kepadanya: bagaimana kalau KLB –Kongres Luar Biasa. Itu, kata Hendry, tidak mungkin. KLB memang bisa terlaksana kalau diminta oleh 2/3 pengurus cabang –berarti sekitar 20 daerah. Tapi, menurut AD/ART organisasi ada syarat lain: yakni kalau ketua umumnya sudah jadi tersangka dalam perkara pidana.

Saya pun nguping sana-sini: apa sih pokok pangkalnya. Ups. Soal dana. Rp 6 miliar. Dana itu didapat dari Forum Humas BUMN. Sifatnya sponsor kegiatan. Yakni untuk biaya penyelenggaraan UKW –uji kompetensi wartawan. Bunyi kontraknya: untuk UKW di 10 daerah.

“Jelas sekali dana itu sifatnya sponsor. Bukan CSR BUMN,” ujar Hendry. “Tapi saya diberhentikan dengan tuduhan menyelewengkan dana CSR,” tambahnya.

Itu yang Hendry tidak bisa menerima. “Dasar pemecatannya pun sudah salah,” tambahnya.

PENYELEWENGAN

Yang menuduh ada penyelewengan itu rupanya punya dasar. Sebagian dana itu memang dikeluarkan untuk komisi bagi yang berjasa mendapatkan sponsor. Hendry mengakui itu. Tapi bukan penyelewengan.

Menurut Hendry, sejak tiga kepengurusan sebelumnya, sudah berlaku aturan itu. Ada SK-nya. Yakni siapa yang berjasa mendapatkan sponsor akan mendapat bagian.

Dari situlah muncul rumor soal cashback. Dan siapa saja yang menerimanya. Hendry memang tidak menerima tapi dianggap harus bertanggung jawab.

PENSIUNAN KOMPAS

Hendry adalah pensiunan pimpinan redaksi Kompas. Kini ia memimpin media online Hello Indonesia. Di zaman ketua umum PWI Margiono, Hendry menjabat sekjen.

Hendry orang Karo. Marganya Bangun. Waktu kecil namanya Hendry Bangun –terinspirasi oleh kehebatan tokoh palang merah dunia asal Swiss, Hendry Dunant.

Ia pun dipanggil Hendrik. Waktu kelas tiga SD di Medan di tengah nama Henry Bangun diberi singkatan ’’Ch’’: Henry Ch Bangun. Itu karena sekeluarganya menjadi mualaf. ”Ch” adalah singkatan Chairuddin. Sebelum itu keluarga ini menganut agama adat.

ILHAM PERLU TURUN TANGAN

Ilham Bintang (Foto Antara)

Kalau tidak ada yang mengalah, heboh PWI ini masih akan panjang. Kecuali dewan penasihat turun tangan dengan full power. Ketuanya: Ilham Bintang. Ia bos besar media terkenal Cek Ricek. Ia dua kali menjabat ketua dewan kehormatan.

Sebenarnya saya ingin Ilham sekali lagi menjabat Dewan Kehormatan. Tapi aturan melarang: maksimal hanya boleh dua periode.

Rasanya Ilham adalah tokoh ”langitan” terakhir menjabat ketua dewan kehormatan. Kongres PWI harusnya ketat menetapkan persyaratan ketua dewan kehormatan: agar terjaga tradisi bahwa ketua dewan kehormatan adalah kelas ”suhu”.

Dahlan Iskan

Tapi beginilah konsekuensi sistem pemilihan dengan cara suara terbanyak. Rasanya sudah waktunya susunan pengurus dewan kehormatan jangan dipilih berdasarkan suara terbanyak.

DK adalah hati nuraninya profesi. Bukan wakil suara terbanyak. DK adalah penjaga etika tertinggi sebuah profesi, bukan corong suara terbanyak.

*) Ditulis oleh Dahlan Iskan, wartawan senior.

36 Tahun LPDS, dari Buku, Blangkon, hingga Band

INDOWORK.ID, JAKARTA: UIang tahun ke-36 Lembaga Pers Dokter Soetomo (LPDS) kali ini agak beda. Suasana Hall Dewan Pers meriah. Maruntik Band menghibur acara yang dihadiri oleh gen Z hingga wartawan senior.

Pada hari bersejarah ini, LPDS meluncurkan buku Dokter Soetomo Penggerak Kebangkitan dan Kiprahnya Dalam Pers.Peluncuran buku Soetomo ini menandai perayaan HUT ke-36 LPDS yang berlangsung di Gedung Hall Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2024).

Direktur LPDS Kristanto Hartadi mengungkapkan, sosok Soetomo dalam perjuangan merebut kemerdekaan berbeda dengan Soekarno, Sjahril, Tan Malaka dan sebagainya.

“Soetomo ini bisa dibilang tokoh kebangkitan. Karena perannya lebih kepada membangun dan menyadarkan bangsa ini lewat pergerakan dan tulisan-tulisannya di media. Sedangkan Soekarno, Sjahril, Tan Malaka dikenal sebagai tokoh pendobrak,” ujarnya.

Kristanto menyebut, peluncuran buku tentang tokoh-tokoh jurnalistik menjadi salah satu ciri khas LPDS dalam merayakan hari ulang tahun.

MARUNTIK BAND

“Tahun lalu kami luncurkan buku tentang Adinegoro, tahun ini Dokter Soetomo, tahun depan akan ada lagi, siapa sosoknya nanti kami diskusikan,” tandasnya.

Menurut Kristanto, pengurus LPDS sengaja mengenakan busana Jawa karena tokoh buku yang diluncurkan berasal dari Jawa Timur.

“Kami sengaja menyuguhkan musik agar lebih meriah,” katanya.

Maruntik Band yang terdiri dari Bella (vokal), Umar (lead gitar), Reza (gitar) dan Gilang (drum) mempersembahkan lagu-lagu lama. Kristanto Hartati menyanyikan lagu Cinta yang dipopulerkan Chrisye, Rustam F. Mandayun membawakan Andai Kau Datang (Koes Plus) dan Lahyanto Nadie dengan lagu Melayu lama, Fatwa Pujangga.

Hadir dalam peluncuran buku Soetomo, penulis Elik Susanto, Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Muktimedia Adinegoro (YPMA) Bambang Harymurti, Direktur LPDS Kristanto Hartadi, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, dan Budayawan Sobary. Peluncuran buku ditandai dengan diskusi bertajuk Pemikiran Soetomo dan Budaya Kekinian. (Abraham Asad)

 

 

Rakhmat Karim dan Nurhayadi, Sang Paman Jadi Teman

INDOWORK.ID, JAKARTA: Persahabatan antara paman dan keponakan yang akrab dalam suka dan duka mungkin jarang terjadi. Namun itulah kenyataan relasi antara Direktur Telkom Landmark Tower (2017-2021) Nurhayadi  dan Direktur Jatidiri Trans (1998-2016)  Rakhmat Karim. Maklum, meskipun beda status persaudaraan tetapi mereka sebaya.

Keduanya berteman sejak kecil dan ketika masuk sekolah Dasar mereka ke sekolah yang sama yaitu SD 02 Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Namun ketika melanjutkan SMP, mereka berpisah. NAB masuk SMP PGRI di Tanjung Barat, sedangkan Rakhmat bersekolah di SMPN 98 Jakarta.

Berlanjut ke jenjang SMA, mereka bertemu kembali. Awalnya, Rakhmat ingin masuk ke sekolah favorit ketika itu yaitu SMAN 3 dan SMAN 8 Jakarta. Namun ia dapat di SMAN 38. Begitu pun Nurhayadi mendapatkan di sekolah yang sama. “Padahal Yadi peringkat pertama di SMP, tapi hanya dapat SMAN 38,” kenang Rahmat. Yadi adalah panggilan NAB ketika kecil dan remaja.

SMAN 38 Jakarta yang berlokasi di Srengseng Sawah, Jagakarsa, yang jaraknya hanya 4 km dari kediaman Rakhmat. Sementara rumah NAB hanya beberapa ratus meter dari rumah Rakhmat.

Ketika akan berangkat ke sekolah, NAB berjalan kaki ke rumah Rakhmat dan membonceng motor pamannya tersebut. Ketika itu, siswa SMA masih jarang sekali membawa motor, jadi hal itu termasuk istimewa. Maklum, ayah Rakhmat yaitu Haji Abdul Karim adalah seorang mandor, ejabat di kelurahan yang memimpin kampung.

Begitu pun ketika pulang sekolah, Rakhmat mengantar NAB sampai ke rumah. Begitu pergaulan mereka selama 3 tahun hingga lulus SMA.

Ketika tak ikut Rakhmat, NAB diberikan karcis karcis bus kota. “Karcis itu harus digunakan karena tanggalnya habis,” kata Rakhmat mengenang peristiwa 40 tahun silam.

”Tanggalnya habis” yang dimaksud Rakhmat adalah karcis tersebut tak dapat digunakan dalam bulan berjalan. Misalnya, karcis bus untuk bulan Januari, maka tak dapat digunakan untuk bulan-bulan berikutnya. Makanya setiap di akhir bulan, karcis tersebut harus segera digunakan.

Dalam pandangan Rakhmat, NAB termasuk yang sukses secara karir karena bekerja di perusahaan besar, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom).

Rakhmat bercerita ketika mereka ngobrol berdua dan mereka saling curhat. “Gue nggak ngimpi jadi direktur di TLT,” kata NAB seperti ditirukan Rakhmat.

Ketika merka sukses di bidang masing-masing yaitu, Rakhmat sebagai pengusaha dan NAB sebagai professional, sesekali mereka berkolaborasi dalam bisnis. “Kami pernah bisnis bareng untuk jualan sapi. Untungnya lumayan,” kenang Rakhmat.

Dalam pandangan sang Paman, NAB memiliki prestasi yang luar biasa. Ia terpesona akan keuletan sang keponakan yang luar biasa karena benar-benar memulai karir dari nol.

MENIKMATI PENSIUN

Kini setelah sama-sama menikmati pensiun, Rakhmat bersyukur masih menjadi komisaris di perusahaan yang didirikannya. Awalnya pria kelahiran 3 September 1963 tersebut bekerja di perusahaan forwarding pada 1987-1989. Ketika itu masih kuliah di Universitas Krisnadwipanaya (Unkris) Jakarta.  Kemudian ia membangun bisnisnya dimulai dari Bandung dengan jenis usaha yang sama di bidang cargo, yang bernama  PT Jatidiri Trans berdiri 21 April 1989.

Selanjutnya ia mendirikan anak usaha yang dinamakan Jatidiri Logistik dan menjadi direktur  sejak 1998. Pada 2016 berhenti jadi direktur karena perkembangan usahanya mulai berkurang sejak 2010.

Ketika bermukim di Bandung, ia kembali bertemu dengan NAB yang melanjutkan pendidikan setelah berkarir di PT Telkom Tbk. Setelah selesai pendidikan,  NAB bertugas di Bandung. Namun Rakhmat justru pindah ke Jakarta.

Sesekali ia bertemu di Jakarta lantaran ada pertemuan keluarga yang tergabung dalam Ikataba yaitu Ikatan Keluarga Besar Tanjung Barat. Mereka memang kerabat dekat. Silsilahnya adalah sebagai berikut:

Kakek Rahkmat Karim adalah Haji Ahmad bin Haji Saidi yang memiliki saudara kandung Haji Sanim, Haji Jamhari, dan Haji Marzuki. Nah, Haji Marzuki adalah kakek NAB sehingga NAB menjadi keponakan Rakhmat.

Usia Rakhmat dan Nurhayadi juga sebaya. Begitu pun ketika mereka akan berumah tangga. Rakhmat menikah dengan Purwani pada 16 April 1988 dan mendapatkan buah cinta Tiara Rahmawati pada 5 agustus 1990 dan Gigih Usahawan, lahir 31 Mei 1996.

Tiara menikah dengan Anwar H. Aselih yang kini dkaruniai dua orang anak yaitu Fadilah Aryana Anwar (lahir 18 januari 2018) dan Rasya Aulian Anwar (14 Juni 2022).

Gigih, yang menjadi dokter gigi lulusan Universitas Yarsi, menikah dr. Dhania Khairunissa. Buah cinta mereka bernama Ghania Essal Catalula.

Namun Rakhmat dan Purwani juga memiliki anak angkat yang mereka asuh sejak kecil yiatu Deni Nugraha Wardhana, lahir pada 30 Desember 1988.

Perjalanan kehidupan rumah tangga Rakhmat-Purwani penuh cerita suka dan duka. Maklum, secara budaya mereka berbeda. Rakhmat anak Betawi asli, sedangkan Purwani keturunan Jawa. Mereka saling menyesuaikan diri cukup lama. Namun semua itu dilaluinya dengan bergandengan tangan sangat erat hingga kini bahagia bersama anak cucu.

Tinggal di perumahan luas yang asri di bilangan Depok,  Rakhmat dan Purwani kini lebih fokus beribadah. Pada waktu senggang ia berkebun yang letaknya dalam kompleks perumahan tempat tinggalnya. Adem deh…

 

 

 

Arief Boediman dan Nurhayadi, Ketagihan Golf Berawal dari Bandung

INDOWORK.ID, JAKARTA: Kota Bandung, Paris van Java, mempertemukan pemuda Cirebon dan anak Betawi. Kenapa Bandung disebut Paris van Java? Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan perkembangan pariwisata di Hindia Belanda pada masa penjajahan.

Pada saat itu Hindia Belanda mengikuti pameran pariwisata yang membuat sejumlah negara menjuluki Bandung menjadi Paris van Java. Kota Bandung, sekaligus menjadi ibu kota provinsi di Provinsi Jawa Barat, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya.

Di kota inilah persahabatan Arief Boediman dan Nurhayadi. Keduanya makin akrab setelah mengayunkan stik di lapangan golf.

“Saya yang mengajak Pak Nur  main golf ketika di Bandung. Selanjutnya ia ketagihan,” kata Kepala Divisi Pemasaran Perbankan & Broker Asuransi Ramayana Tbk. tersebut.

Pria kelahiran Cirebon, 9 Desember 1970, tersebut cocok bergaul dengan NAB, inisial Niurhayadi Anak Betawi. Lulusan Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat, Universitas Padjadjaran, Bandung, pada 1995, ini mulai gemar mengayunkan stik golf di Bandung.

RAJIN SEMINAR

Untuk menunjang karirnya di dunia asuransi, Arief rajin belajar dan mengikuti seminar maupun workshop.

Workshop Komunikasi Pemasaran dan Perencanaan Media, RCTI, Bandung (1996), seminar Kewirausahaan Indonesia : Strategi, Peluang, dan Tantangan dalam menghadapi Persaingan Bisnis Global, Universitas Padjadjaran Bandung juga pada tahun yang sama.

Khusus di industri asuransi, Arief mengikuti kursus Tingkat “C” Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Bandung (1996). Seteahun kemudian ia naik kelas ke Tingkat “B” Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Bandung.

SEMINAR TEKNIS

Pria yang tampak energetik itu juga rajin mengikuti seminar teknis. Mulai dari seminar Teknis Fasilitas Bapeksta Keuangan, Bapeksta, Bandung (1997), Jamsostek Menyongsong Abad 21, Jamsostek, Kadin & LP3ES, Bandung (1997).

Sedangkan workshop yang diikuti adalah Sales Rekruitment, Jakarta  pada 2001, Road Show Seminar Series : Customer Satisfaction, Frontier Marketing & Research Consultant, Jakarta (2003), dan Workshop Profitable Branch Management, Financial Club & M-Knows Consulting, Jakarta (2004).

Arief juga mempelajari asuaransi syariah yaitu sseminar Asuransi Syariah di Indonesia, Reindo (2004), Kursus Asuransi Syariah, Lembaga Pendidikan & Pengembangan Kepemimpinan, Departemen Keuangan, Jakarta (2005) serta diklat Asuransi Syariah, Bataza Tazkia Consulting, Jakarta (2005).

Sementara itu, Arief mengikuti Diklat Program Pengembangan Eksekutif Sertifikasi Ahli Pengadaan Nasional, Lembaga Manajemen PPM, Jakarta (2005), Semiloka Penyusunan Job Description, Lembaga Manajemen PPM, Jakarta (2009) dan Effective Sales Force Management, Intimark Jakarta pada tahun yang sama.

Musibah nasional yang dikenal sebagai pandemi alias pagebluk, Arief mengikuti webminar Series Mengkaji Dampak Covid 19 Terhadap Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan di Indonesia, Jakarta 2021.

Dalam 2 tahun belakangan ini, pria perokok tersebut aktif mempelajari tentang manajemen risiko dengan mengikuti webinar Peran Internal Auditing Dalam Memastikan Efektivitas Penerapan Enterprise Risk Management (ERM) (2022) dan Webinar Integrasi Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR) ke Dalam Profil Risiko Korporat (2023), Webinar ESG In Insurance How To Keep Up With ESG Risks (2023) dan webinar Penerapan Analysis dan Evaluasi Profil Risiko Korporat Berdasarkan MMBR (2023)

SERTIFIKASI

Sebagai tenaga profesional, Arief pun melengkapi kemampuannya dengan memiliki Sertifikasi Nasional Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Pertama dengan kategori L4, dikeluarkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta (2006).

Bisnis asuransi adalah bisnis yang berfokus pada penjualan produk asuransi untuk melindungi seseorang dari risiko finansial. Polis asuransi adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dan nasabah, di mana perusahaan asuransi menjamin membayar sejumlah uang kepada nasabah jika terjadi risiko yang tercakup dalam polis.

Arief mengikuti pendidikan Tingkat “C” Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Bandung (1996) dan Tingkat “B” Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Bandung (1997).

Begitu pun dibidang asuransi syariah. Ia mengikuti pendidikan Tingkat Dasar Asuransi Syariah, Lembaga Pendidikan & Pengembangan Kepemimpinan, Departemen Keuangan, Jakarta (2005).

Arief juga memahami mengenai manajemen risiko. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya. Ia memiliki sertifikasi Kompetensi Manajemen Risiko – QCRO dari LSP MKS (2022), Kompetensi Manajemen Risiko – QCRO dari Widya Dharma Artha (2022), dan Kompetensi Manajemen Risiko – QCRO dari BNSP (2022).

DARI STAF HINGGA MANAJER

Karir ayah dua anak tersebut cukup gemilang. Ia memulai bekerja sebagai Pelaksana Pemasaran PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Bandung pada 1996. Tiga tahun kemudian menjadi Pelaksana Administrasi Pemasaran PT Asuransi Ramayana Tbk di Kantor Pusat.

Pada 1999 ia dipromosikan menjadi Kepala Seksi Administrasi & Pengembangan Pemasaran PT Asuransi Ramayana Tbk Kantor Pusat. Dua tahun kemudian kembali dipromosikan menjadi Kepala Bagian Administrasi & Pengembangan Pemasaran PT. Asuransi Ramayana Tbk Kantor Pusat.

Setelah 5 tahun menempati posisi itu, Arief kemudian menuadi  Kepala Bagian Pemasaran BUMN PT. Asuransi Ramayana Tbk Kantor Pusat selama 3 tahun.

Selanjutnya ia menjadi  Kepala Bagian Pemasaran Korporasi PT. Asuransi Ramayana Tbk Kantor Pusat.

Kota Bandung yang penuh kenangan baginya, kembali ia sambangi ketika sebagai  Kepala Cabang Bandung PT. Asuransi Ramayana Tbk.

Ke Jakarta aku kan kembali. Begitu syair lagu Koes Plus. Arief pun demikian. Ia kembali ke Jakarta untuk menjadi Kepala Cabang Jakarta Harmoni PT. Asuransi Ramayana Tbk pada 2013 selama 4 tahun.

Selanjutnya ia menjadi Kepala Divisi Pemasaran Korporasi dan Ritel PT. Asuransi Ramayana Tbk Kantor Pusat pada 2017-2019 dan Kepala Divisi Pemasaran Direct Business dan Ritel PT. Asuransi Ramayana Tbk Kantor Pusat  (2019-2023).  Sejak 2023 hingga kini, ia menjadi Kepala Divisi Pemasaran Bank dan Broker PT. Asuransi Ramayana Tbk Kantor Pusat.

“Pak Nur itu orang asyik-asyik aja. Easy going, jadi kita juga nggak sungkan,” kata pria berbintang Sagitarius tersebut.

Secara sederhana, sifat easy going lebih sering dikenal dengan sifat yang ramah atau supel. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki sifat ramah, supel dan mudah bergaul biasanya akan disebut sebagai orang yang easy going. Persahabatan Arief-NAB yang apa adanya, termasuk juga serba-serbi di lapangan golf. “Pokoknya yang asyik-asyik aja deh,” kata Arief.

 

 

 

 

 

 

 

Lahyanto Network, More Than Just Solution

INDOWORK.ID, JAKARTA: Lembaga bisnis Lahyanto Network memerbarui tagline-nya menjadi More than just solution. Memayungi empat lini bisnis–publishing, printing, media, dan consulting,–ia terus melakukan inovasi.

Direktur Pustaka Kaji Hamzah Ali mengatakan bahwa pembaharuan lembaga bisnis yang dipimpinnya untuk mengikuti perkembangan trend bisnis dan teknologi. “Sebagai payung, Lahyanto Network lebih dari sekadar memberikan solusi,” katanya, Kamis, 18 Juli 2024.

Ayah dua anak itu menjelaskan bahwa menjelang ulang tahun ke-6 Pustaka Kaji pada 29 Oktober 2024, pihaknya terus melakukan inovasi. Pustaka Kaji panerbitan yang berfokus pada buku korporasi dan biografi, menurut Hamzah, berdiri pada 2014.

MASUK LAHYANTO NETWORK

Dalam perkembangannya, Pustaka Kaji menyatu dengan Lahyanto Network sejak 29 Oktober 2018. Kelahiran ini ditandai dengan penerbitan buku pertama Media Massa dan Pasar Modal karya Lahyanto Nadie.

Sejak awal berdiri Pustaka Kaji telah menerbitkan sedikitnya 80 buku. “Dalam 6 tahun terakhir kami menerbitkan 25 buku lagi, sehingga portofolio kami semakin bertambah,” ujar sarjana ekonomi lulusan Universitas Negeri Jakarta tersebut.

Sedikitnya 12 buku yang diterbitkan oleh Pustaka Kaji telah menjadi koleksi di Leiden University, Belanda.

Direktur KITLV-Jakarta Marrik Bellen mengirimkan surat kepada penulis untuk mengucapkan terima kasih atas hibah buku karyanya.

KOLEKSI UNIVERSITAS LEIDEN

Buku yang Pustaka Kaji hibahkan dikirimkan ke Perpustakaan Unversitas Leiden dan menjadi koleksi berharga dan memperkaya sumber daya bagi mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum. “Kami yakin buku ini akan membuka wawasan baru dan memberikan inpirasi bagi banyak orang,” tulis Marrik Ballen.

Marrik Ballen menyatakan bahwa data diri penulis akan dicatat oleh Perpustakaan Leiden sebagai pemberi hibah. Ia menyatakan pihaknya selalu terbuka menerima hibah buku dan hibah lainnya yang dapat membantunya untuk mencapai tujuan dalam menyediakan akses informasi dan pengetahuan bagi semua orang.

QUANTUM PRINTING

Hamzah mengatakan bahwa setelah sukses menyemarakkan bisnis penerbitan buku di Tanah Air, ia merambah ke percetakan yang berlokasi di Jogjakarta, Quantum Printing. “Kami berkolaborasi dengan Jogja. Kualitas cetak lebih bagus dan didukung oleh profesional muda.”

MEMPERMUDAH KEHIDUPAN

Setelah menerbitkan sejumlah buku korporasi dan memiliki konten yang banyak, Lahyanto Network mendirikan Indowork.id pada 11 Januari 2019, media yang berfokusi kepada sektor industri. “Taqline Indowork.id adalah Memudahkan kehidupan,” ujar pria yang memiliki filosofi hidup reading is my life, research is my life style tersebut.

Ia menjelaskan taqline tersebut karena Indowork.id berisikan tulisan tentang kemudahan bagi masyarakat dalam menjalani bisnis mulai dari pembangunan pabrik, manufaktur, hingga bisnis dan gaya gidup.

PERLU INFRASTRUKTUR

Pada era pandemi Covid-19, Lahyanto Network menerbitkan Infrastruktur.co.id, dengan taqline Hidup itu perlu infrastruktur.

Media ini berisikan tentang tulisan mengenai jalan, pelabuhan, bandara, listrik, energi, telekomunikasi, hingga ekonomi makro dan mikro.

HASAN DAN DJAUHAR

Hasan Zein Mahmud

Kedua media tersebut ditangani Hamzah sebagai pemimpin redaksi. Ia mengajak ekonom Hasan Zein Mahmud dan wartawan senior Ahmad Djauhar sebagai redaktur khusus.

Hasan menulis analisis dan opini tentang ekonomi makro, finansial, dan investasi. Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 1992-1996 tersebut hampir setiap hari menuliskan strategi investasi di pasar modal.  Hasan juga menulis sketsa mengenai kebudayaan dan agama.

Sedikitnya tiga buku tentang investasi karya Hasan diterbitkan oleh Pustaka Kaji, satu buku puisi dan Nukilan Tarikh, celotehnya tentang agama Islam.

Djauhar, pemimpin redaksi Bisnis Indonesia 2002-2012,  menulis tentang industri, energi, hingga budaya.

JADI PETANI

Ahmad Djauhar jadi petani di Jogjakarta

Setelah bermukim di Jogjakarta, Wakil Ketua Dewan Pers 2017-2023, tersebut lebih sena ng disebut sebagai petani.

“Seusai shalat subuh berjemaah di masjid, saya langsung ke kebun. Jadi lebih bahagia disebut sebagai petani,” ujar pria luusan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada tersebut.

Penyandang gelar manajemen majister dari Binus Uhversity tersebut juga menjadi editor sedikitnya 25 buku yang diterbitkan oleh Pustaka Kaji. “Saya pertajam terus pisau untuk ‘meraut’ naskah,” katanya beranalogi.

 

 

 

Kaesang dan Heru Budi Paling Ditolak, Warga Jakarta Bergerak

INDOWORK.ID, JAKARTA: Kaesang Pangarep paling ditolak oleh publik Jakarta. Itu hasil survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas. Bukan hanya Ketua Umum Partai Solidaritas itu yang ditolak paling keras, juga Pj. Gubernur DK Jakarta Heru Budi Hartono. Keduanya memang tak berprestasi.

Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas periode 15-25 Juni 2024, tidak kurang dari 33,8 persen warga yang menolak jika putra bungsu Presiden Joko Widodo tersebut menjadi memimpin Jakarta.

Menurut Kompas.com, meski tinggi penolakan, Kaesang juga tinggi untuk dipertimbangkan sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh 41,8 persen pemilih.

TAK AKAN PILIH

Sementara itu, ada 9,8 persen warga yang pasti akan memilih Kaesang jika dicalonkan sebagai Gubernur Jakarta dan sisanya 22,5 persen menjawab tidak tahu.

Selain Kaesang, posisi kedua tertinggi yang berpotensi mendapat penolakan dari warga Jakarta untuk dipilih pada pemilihan gubernur adalah Heru Budi Hartono. Tidak kurang 33,3 persen warga menolak Penjabat Gubernur Daerah Khusus Jakarta ini sebagai Gubernur Jakarta.

Heru Budi tidak hanya mendapatkan penolakan tapi juga pertimbangan untuk dipilih oleh warga Jakarta. Mengacu pada hasil survei Litbang Kompas ada 33,5 persen warga Jakarta yang mempertimbangkan untuk memilih Heru Budi. Sementara untuk yang pasti memilih 2,8 persen dan 30,5 persen tidak memberikan jawaban.

Posisi ketiga untuk potensi penolakan untuk dipilih sebagai Gubernur Jakarta ditempati oleh Tri Rismaharini yang saat ini menjabat Menteri Sosial. Risma, tidak diinginkan oleh 27,5 persen warga Jakarta untuk posisi DKI satu.

Pemilih yang menyatakan pasti memilih ada di angka 6,5 persen sedangkan 32,3 persen masih mempertimbangkannya dan sisanya 33,8 persen menjawab tidak tahu.

Kemudian dicermati dari hasil survei, potensi penolakan atau resistensi terendah ada pada sosok Ridwan Kamil. Mantan Gubernur Jawa Barat tersebut, dipastikan tidak akan dipilih oleh 12 persen warga Jakarta.

Namun demikian, Ridwan Kamil punya 24 persen warga yang pasti memilih dirinya dan 52,3 persen yang mempertimbangkannya menjadi Gubernur Jakarta. Sedangkan sisanya atau 11,8 persen mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.

Benny Purwito berpendapat bahwa mereka yang bermodal\ besar, pasti menang. Menurut dia, baik itu calonnya mantan gubernur ataupun didukung organisasi keagamaan, pasti kalah. “Hasil survei memang bagus tetapi uang lebih bagus,” tulisnya.
Sementara itu, Heri Setiatmoko mengatakan bahwa buat apa pilih Kaesang yang tidak bersinkan daerah kumuh di Jakarta.