Headline Humaniora

Tuhan Laris Dijual di Mana-mana



single-image

INDOWORK.ID, PALU: Aku sudah lama meninggalkan hobi menonton. Tinggal sesekali. Itu pun terbatas pada serial silat China. Fantasi yang merusak akal sehat, kata temanku.

Tapi aku terus melototi sajian ePisode yang banyak itu dengan mata yang mulai lamur. Ada kearifan kuno tentang penghormatan kepada orang tua dan guru. Ada romantisme yang tetap disukai banyak orang, tak peduli berapa pun umurnya. Sarat dengan heroisme. Dan aku bisa berkhayal menjadi pahlawan.

Banyak teman chat yang menyarankan aku menonton serial The Believers di Netflix. Mungkin saking seringnya aku menulis berceloteh tentang hipokrisi dan kemunafikan. Tapi aku tak berlangganan Netflix. Dan tak terlalu berminat dengan cerita kriminal.

TUHAN LARIS DIJUAL

Akhirnya, karena penasaran, aku cari sinopsis nya di Google. Oh itu dia! Sama satirnya dengan banyak celotehku. Memang sangat relevan dengan Indonesia kekinian. Di sini, hingga kini, Tuhan laris dijual di mana mana. Bertebaran. Dari retorika politik hingga khotbah ulama dan pendeta.

Tapi jauh sebelum The Believers Thailand itu tayang di Netflix, aku saat masih di bangku SD tahun 1960-an, sudah membaca cerpen Robohnya Surau Kami, A. A. Navis. Ujung pendulum yang lain. Ekstrim yang lain.

Satire tentang Tuhan yang menggiring para toksik ibadah ke neraka, karena mereka egois. Mereka hanya mengejar surga untuk diri sendiri, mengabaikan kewajiban mereka yang lain di dunia ini. Kewajiban kepada sesama.

MENGEJEK REALITA

Dua penggal cerita mengejek realita. Yang satu tentang pendeta dan ulama yang memamerkan hidup megah dari sumbangan jamaah yang -sebagian – masih renta nestapa. Yang lain tentang kesalihan sempit. Terus beribadah vertikal kepada Allah sehingga nyaris tak bermanfaat bagi kemanusiaan.

Hasan Zein Mahmud

Dua penggal cerita yang mengajar dan mengajak pada sikap hidup yang berimbang. Celoteh berulang: kualitas aqidah tercermin dalam ibadah, tapi kualitas ibadah tercermin dalam muamalah!

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Berita Lainnya