INDOWORK.ID, JAKARTA: Persahabatan antara paman dan keponakan yang akrab dalam suka dan duka mungkin jarang terjadi. Namun itulah kenyataan relasi antara Direktur Telkom Landmark Tower (2017-2021) Nurhayadi dan Direktur Jatidiri Trans (1998-2016) Rakhmat Karim. Maklum, meskipun beda status persaudaraan tetapi mereka sebaya.
Keduanya berteman sejak kecil dan ketika masuk sekolah Dasar mereka ke sekolah yang sama yaitu SD 02 Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Namun ketika melanjutkan SMP, mereka berpisah. NAB masuk SMP PGRI di Tanjung Barat, sedangkan Rakhmat bersekolah di SMPN 98 Jakarta.
Berlanjut ke jenjang SMA, mereka bertemu kembali. Awalnya, Rakhmat ingin masuk ke sekolah favorit ketika itu yaitu SMAN 3 dan SMAN 8 Jakarta. Namun ia dapat di SMAN 38. Begitu pun Nurhayadi mendapatkan di sekolah yang sama. “Padahal Yadi peringkat pertama di SMP, tapi hanya dapat SMAN 38,” kenang Rahmat. Yadi adalah panggilan NAB ketika kecil dan remaja.
SMAN 38 Jakarta yang berlokasi di Srengseng Sawah, Jagakarsa, yang jaraknya hanya 4 km dari kediaman Rakhmat. Sementara rumah NAB hanya beberapa ratus meter dari rumah Rakhmat.
Ketika akan berangkat ke sekolah, NAB berjalan kaki ke rumah Rakhmat dan membonceng motor pamannya tersebut. Ketika itu, siswa SMA masih jarang sekali membawa motor, jadi hal itu termasuk istimewa. Maklum, ayah Rakhmat yaitu Haji Abdul Karim adalah seorang mandor, ejabat di kelurahan yang memimpin kampung.
Begitu pun ketika pulang sekolah, Rakhmat mengantar NAB sampai ke rumah. Begitu pergaulan mereka selama 3 tahun hingga lulus SMA.
Ketika tak ikut Rakhmat, NAB diberikan karcis karcis bus kota. “Karcis itu harus digunakan karena tanggalnya habis,” kata Rakhmat mengenang peristiwa 40 tahun silam.
”Tanggalnya habis” yang dimaksud Rakhmat adalah karcis tersebut tak dapat digunakan dalam bulan berjalan. Misalnya, karcis bus untuk bulan Januari, maka tak dapat digunakan untuk bulan-bulan berikutnya. Makanya setiap di akhir bulan, karcis tersebut harus segera digunakan.
Dalam pandangan Rakhmat, NAB termasuk yang sukses secara karir karena bekerja di perusahaan besar, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom).
Rakhmat bercerita ketika mereka ngobrol berdua dan mereka saling curhat. “Gue nggak ngimpi jadi direktur di TLT,” kata NAB seperti ditirukan Rakhmat.
Ketika merka sukses di bidang masing-masing yaitu, Rakhmat sebagai pengusaha dan NAB sebagai professional, sesekali mereka berkolaborasi dalam bisnis. “Kami pernah bisnis bareng untuk jualan sapi. Untungnya lumayan,” kenang Rakhmat.
Dalam pandangan sang Paman, NAB memiliki prestasi yang luar biasa. Ia terpesona akan keuletan sang keponakan yang luar biasa karena benar-benar memulai karir dari nol.
MENIKMATI PENSIUN
Kini setelah sama-sama menikmati pensiun, Rakhmat bersyukur masih menjadi komisaris di perusahaan yang didirikannya. Awalnya pria kelahiran 3 September 1963 tersebut bekerja di perusahaan forwarding pada 1987-1989. Ketika itu masih kuliah di Universitas Krisnadwipanaya (Unkris) Jakarta. Kemudian ia membangun bisnisnya dimulai dari Bandung dengan jenis usaha yang sama di bidang cargo, yang bernama PT Jatidiri Trans berdiri 21 April 1989.
Selanjutnya ia mendirikan anak usaha yang dinamakan Jatidiri Logistik dan menjadi direktur sejak 1998. Pada 2016 berhenti jadi direktur karena perkembangan usahanya mulai berkurang sejak 2010.
Ketika bermukim di Bandung, ia kembali bertemu dengan NAB yang melanjutkan pendidikan setelah berkarir di PT Telkom Tbk. Setelah selesai pendidikan, NAB bertugas di Bandung. Namun Rakhmat justru pindah ke Jakarta.
Sesekali ia bertemu di Jakarta lantaran ada pertemuan keluarga yang tergabung dalam Ikataba yaitu Ikatan Keluarga Besar Tanjung Barat. Mereka memang kerabat dekat. Silsilahnya adalah sebagai berikut:
Kakek Rahkmat Karim adalah Haji Ahmad bin Haji Saidi yang memiliki saudara kandung Haji Sanim, Haji Jamhari, dan Haji Marzuki. Nah, Haji Marzuki adalah kakek NAB sehingga NAB menjadi keponakan Rakhmat.
Usia Rakhmat dan Nurhayadi juga sebaya. Begitu pun ketika mereka akan berumah tangga. Rakhmat menikah dengan Purwani pada 16 April 1988 dan mendapatkan buah cinta Tiara Rahmawati pada 5 agustus 1990 dan Gigih Usahawan, lahir 31 Mei 1996.
Tiara menikah dengan Anwar H. Aselih yang kini dkaruniai dua orang anak yaitu Fadilah Aryana Anwar (lahir 18 januari 2018) dan Rasya Aulian Anwar (14 Juni 2022).
Gigih, yang menjadi dokter gigi lulusan Universitas Yarsi, menikah dr. Dhania Khairunissa. Buah cinta mereka bernama Ghania Essal Catalula.
Namun Rakhmat dan Purwani juga memiliki anak angkat yang mereka asuh sejak kecil yiatu Deni Nugraha Wardhana, lahir pada 30 Desember 1988.
Perjalanan kehidupan rumah tangga Rakhmat-Purwani penuh cerita suka dan duka. Maklum, secara budaya mereka berbeda. Rakhmat anak Betawi asli, sedangkan Purwani keturunan Jawa. Mereka saling menyesuaikan diri cukup lama. Namun semua itu dilaluinya dengan bergandengan tangan sangat erat hingga kini bahagia bersama anak cucu.
Tinggal di perumahan luas yang asri di bilangan Depok, Rakhmat dan Purwani kini lebih fokus beribadah. Pada waktu senggang ia berkebun yang letaknya dalam kompleks perumahan tempat tinggalnya. Adem deh…
Begini Keadaan Bandara Soedirman Purbalingga