Headline Humaniora

Tradisi Rantangan di Betawi Pinggiran dan Depok Tetap Lestari



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri atau yang biasa disebut Hari Munggahan, tradisi mengirimkan makanan dalam rantang kepada kerabat yang lebih tua atau tetangga yang dituakan masih banyak dilakukan masyarakat asli Kota Depok. Seperti yang terlihat di kawasan Kampung Cipayung, Sukmajaya, Depok. Sejak siang hari di hari terakhir Ramadhan, warga Betawi Depok di kawasan ini sudah terlihat sibuk mengantar rantangan Lebaran.

Sore selepas waktu ashar, Nur, 35, tengah bersiap mengantar rantangan Lebaran ke rumah kakaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya.

“Biasanya memang yang nganter duluan yang lebih muda, sementara yang lebih tua nantinya bakal ngisi balik rantang yang kita bawa. Istilahnya membalas rantangan gitu, Abang saya juga nantinya bakal gantian memberi balasan rantang dengan isi yang berbeda,” kata ibu empat anak ini dengan logat Betawi Depok yang khas.

Isi rantang yang diantar juga bervariasi, mulai dari nasi, daging semur khas betawi, sambal kentang, hingga kue Lebaran khas Betawi Depok seperti tape uli atau dodol depok.

“Tradisi ini sebetulnya bukan hanya kepada orangtua atau kerabat yang lebih tua, biasanya orang-orang juga nganter rantang Lebaran ke guru ngaji mereka atau tetangga yang dituakan. Kagak cuma keluarga yang deket, yang jauh juga dapat anteran rantang Lebaran. Kalau yang tinggalnya agak jauh, biasanya yang nganter anaknya,” tambah Nur.

Tradisi rantangan merupakan momen yang ditunggu-tunggu di setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Dimana, masyarakat Depok tempo dulu membawa rantang yang berisi nasi dan lauk pauk ke rumah saudara dan kerabat mereka yang lebih tua. Dan hingga kini, tradisi tersebut masih dijaga dengan baik.

Aulia Mahda Surya Prihanti, juga masih melakukan tradisi Betawi itu hingga kini. Suaminya yang berasal dari Senayan, Jakarta Pusat, kini bermukim di Depok. Ia mengantarkan makanan untuk abangnya yang tinggal di Kampung Sawah, Srengsengsawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

“Rendang plus ketupat buatan sendiri memang dikhususkan untuk abang saya. Tentu saja dilengkapi dengan kolang-kaling dan pelengkap makanan seperti kue kering, kerupuk kulit, dan tempe garing,” katanya.

Bukan hanya menjelang Lebaran ia mengantarkan makanan. “Setelah lebaran menunya tinggal pilih mau soto tangkar atau sop kepala kambing.”

Sang suami, Haji Usman Abubakar juga dikenal jago masak. “Masakan Bapak enak banget,” kata Inay, anak ketiga dari empat bersaudara itu.

Budaya mengirim rantangan di Betawi pinggiran memang masih berjalan dengan baik. Rahayu Rachmania yang bermukim di Jl. Lenteng Agung Timur, Jakarta Selatan, juga masih tetap setia melestarikannya. “Saya mengantarkan semur daging dan kolang kaling untuk abang yang tinggalnya berdekatan,” ujarnya.

Sementara itu, Sumarni mengirimkan dodol dan tape uli. Sedangkan Umyani mengantarkan makanan kekinian yang disukai oleh keponakannya yang milenial.

Kota Depok sendiri, meski secara administratif masuk kawasan Jawa Barat, namun dari sisi budaya termasuk wilayah Betawi, tak heran jika banyak dikenal dengan sebutan Betawi Depok, bukan Sunda Depok. Tradisi membuat kue Lebaran khas Betawi juga masih banyak terlihat, seperti Dodol Betawi, Tape Uli, Wajik, Geplak, Kue Kembang, Rengginang dan lainnya. (San)http://depokpos.com

 

Berita Lainnya