Headline Humaniora

Revitalisasi Bahasa: Jawa, Sunda, dan Betawi Hampir Punah



single-image
Iwan Henry Wardhana (keempat dari kiri) dan Asep Juanda (keempat dari kanan) menunjukkan salam literasi. (Foto Hamzah Ali)

INDOWORK.ID, JAKARTA: Mengapa perlu revitaliasi bahasa daerah? Asep Juanda punya jawabnya.  “Dalam 30 tahun terakhir, 200 bahasa daerah di dunia punah,” kata Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi itu.

Asep berkata demikian dalam diskusi bersama Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana, Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi, dan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Jakarta, Senin, 26 Februari 2024.

Di Indonesia, terdapat 718 bahasa daerah dalam kondisi kritis dan punah. Itulah sebabnya pemerintah pusat, daerah, penutur bahasa, praktisi, dan akademisi bertanggung jawab atas kondisi tersebut. “Dasar hukumnya jelas dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 2,” ujarnya.

JAWA, SUNDA, BETAWI

Suasana rapat Kantor Bahasa Privinsi Banten dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta (Foto: Hamzah Ali)

Asep menjelaskan bahwa bahasa yang direvitalisasi adalah Jawa, Sunda, dan Betawi. Untuk itu tahun ini ia akan mengeglar serangkaian kegiatan guna mendukung revitalisasi tersebut. Gelaran yang dilakukan adalah mulai dari rapat koordinasi, penyusunan modul, pelatihan guru, pengimbasan hingga monitoring.

Menurut  Asep, acaranya terdiri dari tujuh lomba yaitu baca sajak atau puisi, biantara (pidato), dongeng, cerita pendek, borangan (lawak tunggal), tembang, dan aksara.

Asep membagi tiga model dalam revitalisasi bahasa daerah yaitu A (aman), B (rentan), dan C (terancam punah atau kritis). “Ketiganya memiliki pendekatan yang berbeda,” kata Asep.

Jumlah penutur model A masih banyak dan digunakan sebagai bahasa yang dominan di masyarakat. Sedangkan model B jumlah penuturnya masih banyak tetapi bahasa digunakan bersaing dengan daerah lain. “Model C jumlah penuturnya sedikit dengan sebaran terbatas,” ujarnya.

Untuk model C, pendekatan yang dilakukan adalah melalui pemebelajaran berbasis komunitas untuk wilayah tutur bahasa yang terbatas dan khas. Caranya dengan menunjuk dua atau leih keluarga sebagai model tempat belajar. “Dapat juga dilakukan di pusat kegiatan masyarakat seperti tempat ibadah, kantor desa, atau taman bacaan.”

Iwan menyambut baik gagasan Asep. “Untuk rapat koordinasi kami akan mengirimakn delegasi ke Serang pada 6-8 Februari,” katanya.

Sekretaris LKB menyambut baik rencana tersebut. Tujuh lomba yang digelar akan dipadukan dengan kegiatan peringatan Seabad Ali Sadikin pada 7 Juli 2024. “Khusus untuk Betawi tidak ada lomba aksara, tetapi digantikan dengan pantun,” kata Imbong Hasbullah.

Peringatan Seabad Ali Sadikin digelar oleh DKJ yang dipusatkan di Taman Ismail Marzuki. Anggota DKJ Fadjriyah Nurdiarsih mengatakan bahwa peringatan itu digelar untuk mengenang jasa Bang Ali sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 1967-1977.

 

Berita Lainnya