Bisnis Headline Humaniora

Makanan Bergizi Gratis, Pagi Tempe Sore Kedele



single-image
INDOWORK.ID, JAKARTA: Presiden Terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto akhirnya mengganti nama program Makan Siang Gratis menjadi Makan Bergizi Gratis. Alasannya, anak sekolah dasar umumnya masuk pagi. “Kalau nunggu makan siang kan terlalu lama. Jadi harus makan pagi. Ya kan?” katanya.
Kita tidak usah mempersoalkan pergantian kebijakan itu. Janji politisi memang begitu. Pagi kedele sore tempe.
Tetapi, menurut hemat saya, memberi makan bergizi pada pagi hari memang jauh lebih efektif bagi anak, ketimbang makan siang gratis. Anak akan lebih semangat menjalankan aktivitas belajar, jika perutnya sudah terisi sejak pagi hari. Apalagi jika yang diberikan makanan bergizi.
Bayangkan jika sudah harus melakukan aktivitas sejak pagi, sementara perutnya keroncongan karena belum terisi. Yang dipikirkan mungkin bukan soal pelajaran, tetapi makanan yang akan diterima pada saat makan siang gratis.
Tentu tidak semua pelajar sekolah dasar akan merasakan hal itu, karena sebagian adalah keluarga yang sudah mampu menyediakan sarapan bagi anak-anaknya.
Soal sarapan Bergizi gratis itu saya ingat pada saat di Taman Kanak Kanak dulu, menjelang tahun 1965 di Depok.
Setiap pagi sebelum mulai belajar, kami diberi sarapan bergizi dengan menu berganti-ganti, di sekolah. Kadang bubur kacang ijo dengan susu, kadang roti, telur dan susu. Setiap hari. Makanan itu terasa menyenangkan, buat saya yang masih sangat kecil.
Walau pun harus jalan kaki sejauh 700 meter (dengan hitungan google maps saat ini), saya tetap semangat pergi sekolah. Dengan pakaian rapi dan bersepatu, saya dan kakak yang umurnya tidak berjauhan, berjalan kaki ke sekolah tanpa diantar orangtua, atau kakak yang besar.
Padahal jalan  di Depok saat itu masih berbatu-batu besar dan tidak ada kendaraan. Saat itu rumah orangtua saya di pinggir rel jalan menuju Pasar Lama Depok (sekarang underpass Jl. Dewi Sartika Depok, dan Sekolah kami di Jl Tengah (sekarang Jl. Siliwangi, persis di depan RS Hermina Depok).

TERLIBAT PKI

Sayang sarapan bergizi gratis itu tidak berlangsung lama. Hanya berjalan beberapa hari, karena sekolah yang didirikan oleh Yayasan Bantuan Yang (itu yang saya dengar saat itu) kemudian ditutup. Konon pemiliknya ditangkap atas tuduhan terlibat partai terlarang PKI.
Saya tidak tahu persis apa yang terjadi, karena waktu itu masih kecil. Yang saya tahu waktu itu rumah orangtua kami yang besar karena bekas pabrik tahu, dijadikan markas tentara Siliwangi Batalion 303 yang datang dari Jawa Barat, kemudian diganti oleh tentara Kostrad dari Jawa Timur.
Saat itu saya pernah melihat pedagang-pedagang etnis Tionghoa yang direndam oleh tentara di kali Bongkok di sebelah rumah (saluran irigasi yang sekarang melintas di belakang Kantor Walikota Depok). Kata kakak saya yang sudah besar, penyebabnya mereka menjual dagangannya dengan harga mahal, sementara rakyat sedang susah.
*) Ditulis oleh wartawan senior Matt Bento

Berita Lainnya