Headline Humaniora

Andai Ismail Marzuki Masih Hidup, Ia akan Tertawa Geli



single-image

INDOWORK.ID, JAKARA: Andai Ismail Marzuki maestro musik Betawi alias Bang Maing masih hidup, boleh jadi dia akan tertawa geli. Pasalnya, lagu ‘ Hari Lebaran’ yang diciptakannya tahun 1950-an itu, dibuatkan video klip oleh grup band Sentimental Moods dengan tokoh utama berbadan tambun.

Grup bergenre Ska asal Jakarta, tampaknya berhasil memadukan lantunan aransemen lagu ‘Hari Lebaran’ dengan musik Ska yang riang dengan tokohnya itu. dalam video klip diperlihatkan, bagaimana sang lelaki berbadan subur ini, berusaha keras untuk dapat bersilaturahim lebaran mendatangi sanak family. Di akhir cerita, video klip berdurasi 3,06 menit ini Sang Tokoh berhasil bersilaturahim meski sepeda motornya sempat mogok.

Sentimental Moods hanya satu dari puluhan grup musik maupun penyanyi yang mendendangkan kembali lagi ini. Kali pertama direkam, lagu dengan lirik penuh kritik sosial ini, dilakukan di Studio RRI tahun 1954. Adalah Suyoso Karsono yang memakai nama samaran Didi, sebagai pendendang lagu ini. Sejak dilantunkan dan disiarkan maka salah satu frasa liriknya yang berbunyi “Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin” menjadi populer diucapkan hingga kini.

Bang Maing memang bukan pemusik asal-asalan. Sepanjang hidupnya ia menekuni sejumlah aliran musik yang populer di masa itu. Tak terkecuali lagu-lagu dari segala penjuru Tanah Air ia lahap untuk menjadikan bahan referensinya. Juga para komponis besar semacam Schubert maupun Mozart dilahap dengan tuntas.

Boleh dikata, Ismail Marzuki musisi jenius. Sepanjang hayatnya ia sudah menciptakan maupun mengaransemen ratusan lagu. Tak sedikit lagunya terus didendangkan hingga kini, Sebut saja, Sepasang Mata Bola yang mengisahkan soal perjuangan. Atau soal lagu ‘Arianti’ yang menceritakan perihal perempuan pujaan para pria.

Demikian juga dengan ‘Hari Lebaran’ yang sejatinya penuh dengan kritik sosial tapi dibawakan secara riang. Menariknya, dalam lirik lagu ini frasa-frasa Betawi dimunculkan dengan menarik. Coba simak lirik lagu berikut:

Setelah berpuasa satu bulan lamanya// Berzakat fitrah menurut perintah agama// Kini kita beridul fitri berbahagia// Mari kita berlebaran bersuka gembira// Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan// Hilang dendam habis marah di hari lebaran.

Reff: Minal aidin wal faidzin // Maafkan lahir dan batin// Selamat para pemimpin// Rakyatnya makmur terjamin

Dari segala penjuru mengalir ke kota// Rakyat desa berpakaian baru serba indah// Setahun sekali naik terem listrik perey// Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore// Akibatnya tengteng selop sepatu terompe// Kakinya pada lecet babak belur berabe

Reff: Maafkan lahir dan batin// ‘lang tahun hidup prihatin// Cari wang jangan bingungin// ‘lan Syawal kita ngawinin

Cara orang kota berlebaran lain lagi// Kesempatan ini dipakai buat berjudi// Sehari semalam main ceki mabuk brandi// Pulang sempoyongan kalah main pukul istri// Akibatnya sang ketupat melayang ke mate// Si penjudi mateng biru dirangsang si istri

Reff: Maafkan lahir dan batin// ‘lang taon hidup prihatin// Kondangan boleh kurangin// Korupsi jangan kerjain

Sebagai putra Betawi kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat, liriknya memang kental dengan kritik sosial yang disampaikan dengan ‘cara’ Betawi. Coba tengok pada reffrain terakhir yang menyinggung soal korupsi. Meski sejatinya lagu ‘Hari Lebaran’ adalah lagu kegembiraan, toh ia menyelipkan juga kondisi sosial masa itu yang memprihatinkan.

Ismail Marzuki memang kerap menyelipkan lirik-lirik yang terjadi pada masa itu dalam setiap lagunya. Namun, sayang seribu sayang, Maestro musik nasional ini tak berumur panjang. Kelahiran 11 Mei 1914 ini wafat dipangkuan istrinya pada tanggal 25 Mei 1958. Empat tahun setelah lagu ‘Hari Lebaran’ direkam di Studio RRI untuk kali pertama.

Andai ia masih ada, boleh jadi ia akan tertawa geli mendapati korupsi bukan sesuatu yang harus dihindari.

sumber foto: Wikipedia

http://betawipedia.com

Berita Lainnya