Figur Humaniora

Kolaborasi Profesor dan Jenderal Betawi, Apa Agenda Politiknya?

Share on:

INDOWORK.ID, JAKARTA: Para guru besar menggagas berdirinya sebuah organisasi atau forum intelektual Betawi. Mereka bersepakat untuk secara bersama membentuk sebuah lembaga untuk menghimpun para intelektual Betawi potensial.

Mereka bersilaturrahim di Assyiik Resto, Setu Cipayung, Kecamatan Setu Cipayung, Jakarta Timur, milik Nachrowi Ramli, pensiunan jenderal pemilik restoran tersebut. Bang Nara, begitu panggilan akrabnya, menjadi tuan rumah dan menyuguhkan makanan Betawi yang enak.

Apa agenda mereka? “Kami silaturahmi saja dan mau menunjukkan kepada publik bahwa banyak anak-anak Betawi yang jadi profesor,” kata Sylviana Murni, penggagas pertemuan itu, Rabu, 21 Mei 2025.

JENDERAL DARI BETAWI

Bang Nara adalah pria kelahiran Jakarta, 12 Juli 1951. Ia lahir dan besar di kawasan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat.  Sejak kecil ia sudah ditinggal ayahnya dan menjadi seorang anak yatim. Meski begitu, minat belajar dan cita-cita Nara jadi seorang tentara tetap menggelora karena bapaknya dikenal seorang laskar pada waktu itu. Nachrowi pun menempuh jenjang pendidikan hinga selesai.

Setelah lulus SMA Muhammadiyah 1 Jakarta Pusat, ia melanjutkan pendidikan di Akademi Militer di Magelang dan lulus pada tahun 1973. Bang Nara juga satu angkatan dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karir puncaknya adalah sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara.

Para intelektual Betawi itu terdiri dari para profesor sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, juga dihadiri salah seorang Jenderal TNI AD (purnawirawan), yang juga berasal dari Betawi. Dialah yang memfasilitasi pertemuan tersebut di restonya.

Mereka adalah Prof. Hasbullah Thabrani, antropolog UI Prof. Yasmine Shahab, mantan Wakil Ketua BPK RI Prof. Bahrullah Akbar,  Prof. Zulkifli Djunaedi (FKM UI), Rektor Universitas Teknologi Muhammadiyah Prof. Agus Suradika, Prof. Rugayah, Prof. Ramdan Pelana (UNJ) dan masih banyak lagi.

Murodi, Guru Besar dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menuliskan bahwa pertemuan itu berawal dari keinginan sejumlah profesor asal Betawi untuk mengadakan silaturrahmi. Tujuannya menggagas berdirinya sebuah forum atau lembaga yang menghimpun potensi intelektual Betawi dari berbagai PTN dan PTS di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Selama ini, potensi itu masih berserakan tidak termanfaatkan secara maksimal. Lembaga pendidikan atau Pemerintah Daerah Jakarta, terutama tenetang pemberdayaan masyarakat Betawi dan kebudayaannya tampaknya tidak peduli.

Padahal, banyak profesor dan doktor dari komunitas etnis masyarakat Betawi yang dapat diajak bekerjasama.

HEBAT DAN POTENSIAL

Menurut Murodi, mereka adalah orang-orang hebat dan potensial. Karena itu, meski dalam kesibukan luar biasa, mereka mau menyempatkan diri hadir guna menggagas berdirinya sebuah organisasi atau forum intelektual Betawi. Meski belum disepakati namanya, tapi mereka bersepakat untuk secara bersama membentuk sebuah lembaga untuk menghimpun para intelektual Betawi potensial.

Gagasan mendirikan forum atau semisal Betawi’s Intellectual Circle bertujuan, antara lain untuk:

Pertama, meningkatkan kualitas pemikiran dan penelitian di bidang kebudayaan Betawi.

Kedua, mengembangkan program pengabdian masyarakat yang berbasis kebudayaan Betawi.

Ketiga, meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan Betawi.

Keempat, membangun jaringan dan kerjasama dengan institusi pendidikan dan penelitian lainnya.

Semua gagasan tersebuat akan dituangkan dalam bentuk program
diskusi ilmiah, tentang topik-topik yang relevan dengan kebudayaan Betawi. Selain itu, juga melakukan penelitian kolaboratif dengan institusi pendidikan dan penelitian lainnya tentang kebudayaan Betawi.

Selajutnya ada juga program publikasi jurnal ilmiah tentang kebudayaan Betawi. Terakhir, program kegiatan budaya yang mempromosikan kebudayaan Betawi, seperti festival, pameran, dan pertunjukan seni.

Dengan demikian, Betawi’s Intellectual Circle dapat menjadi wadah bagi intelektual Betawi untuk memajukan pemikiran, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai kebudayaan Betawi.

Itulah impian intelektual masyarakat Betawi yang tergabung dalam Betawi’s Intellectual Circle. Semoga terwujud semua impian tersebut dalam waktu dekat.

GURU BESAR TERMUDA

Ramdan Pelana

Ramdan Pelana, guru besar termuda yang ikut dapat pertemuan itu berkomitmen untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap perkembangan Betawi. Selama ini ia fokus di kampus hingga karirnya moncer dapat meraih gelar profesior dalam usia relatif muda.”Saatnya saya berkiprah di organisasi kebetawian,” kata pria kelahiran Cengkareng, Jakarta Barat tersebut.

Pertemuan antara jenderal dan guru besar itu memang tumben. Tumben itu bahasa Betawi. Artinya, tidak seperti biasa atau menyalahi dugaan. Begitulah yang terjadi tentang pertemuan jenderal dan sejumlah profesor dari anak-anak Betawi yang kumpul saat Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2025. Jadi apa agenda politik para profesor dan jenderal tersebut? Kita tunggu saja.

*) Ditulis oleh Lahyanto Nadie, Redaktur Khusus Indowork.id

 


Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *