Universitas Jakarta, Pengabdian Muhammad Rochjani Soe’oed

INDOWORK.ID, JAKARTA: Berlokasi di kawasan Jalan Pulomas Barat (Komplek Villa Tanah Mas), Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, kampus Universitas Jakarta tampak berdiri kurang gagah.

Maklum, kampus universitas yang berdiri sejak 1964 tersebut, menjadi gedung boleh dikatakan paling tua di antara bangunan tinggi lainnya. Padahal Unija terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

Unija menyediakan program pendidikan dengan biaya terjangkau sebagai bentuk komitmen untuk mencerdaskan masa depan generasi bangsa. Muhammad Rochjani Soe’oed tercatat sebagai Dekan Fakultas Hukum yang awalnya cukup bergengsi itu.

Kampus yang dipimpin oleh rektor Shafiria S. Manaf tersebut memiliki taqline Raih Gelar Sarjana Berkualitas walau Dana Terbatas. Program perkuliahannya ada kelas reguler dan karyawan. “Jadi kalau malam hari justru ramai oleh mahasiswa,” kata Sulaeman, staf yang menerima saya pada Selasa, 2 Juli 2024.

Unija memiliki empat program studi yaitu Fakultas Teknik, Hukum, Ilmu Administrasi, Ilmu Sosial dan Politik. “Biaya terjangkau… dan bisa diangsur per bulan,” begitu tertulis dalam selebaran penerimaan mahasiswa baru.

Ia menceritakan bahwa pendirian universitas itu awalnya dilakukan oleh pamannya yaitu Asmawi Manaf bersama tokoh Betawi lainnya yaitu Napis Tadjerie. Namun para pendiri tak mengembangkan kampus tersebut sehingga ditangani dan dikembangkan oleh Sjah Manaf.

PERNAH BERGENGSI

Saya terkenang akan peristiwa 40 tahun lalu ketika masih duduk di bangku SMA. Berlian Mughnie, seorang karyawan yang berasal dari Palembang, bercerita betapa bangganya ia kuliah di kampus Unija. Ketika itu masih berlokasi di bilangan Utan Kayu, Jakarta Timur.

Berlian mengatakan bahwa kampusnya diajar oleh dosen-dosen dari perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Indonesia dan Institut Kejuruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta yang kini bernama Universitas Negeri Jakarta (UNJ). “Universitas swasta kan jadi ladang bagi dosen perguruan tinggi negeri,” katanya.

Berlian tidak sendiri. Banyak mahasiwa yang bangga bercerita ketika kuliah di Unija. Kampus ini juga menjadi pilihan bagi anak-anak lulusan SMA yang tak diterima di perguruan tinggi negeri.

GEDUNG TUA

Mengunjungi kampus Unija, saya teringat akan syair lagu Elvi Sukaesih yang berjudul Gedung Tua.

Siapa yang mau menghuni gedung tua

siapa yang sudi singgah di hati ini

Tempat keramaian kemewahan sunyi sepiSemuanya hampa termakan lapuknya usia

Begitulah kondisi kampus Unija sekarang. Saya mencari alamatnya agak relatif sulit. Namun akhirnya saya temui setelah melalui beberapa kali belokan dari jalan utama.

Ruang dosen di lantai 1

Kondisi gedung yang terdiri dari 4 empat lantai, tanpa lift. Lantai satu untuk ruang dosen dan kantor karyawan. Perpustakaan juga di lantai ini, namun kondisinya terkunci. Saya mengintip hanya ada beberapa koleksi buku yang tampak lusuh. Memprihatinkan.

Sulaeman mengantar saya ke lantai dua. Ada ruang kuliah yang cukup banyak. Suasananya senyap. Lantai tak terlalu bersih. Saa teringat akan ruang kelas Sekolah Dasar, setengah abad lalu.

“Di lantai tiga dan empat juga ada ruang kuliah. Mau meninjau ke sana,” Sulaeman menawarkan. Saya mengucapkan terima kasih.

Saya berupaya mengontak sang rektor. Dari namanya belakangnya S. Manaf, saya tentu sangat mengenal tokoh Betawi tersebut. Saya menghubungi Sjahindra S. Manaf dan Maulana S. Manaf yang merupakan anak dari Syah Manaf.

POLITIKUS DAN PENGUSAHA

Muhammad Sjah Manaf

Mochammad Syah Manaf adalah seorang politikus yang lahir di  Jakarta pada 26 Oktober 1931. Dia sempat berada di puncak kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1985. Setelah terjadi kericuhan di tubuh PPP tentang tindak lanjut mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan DPP PPP, ia kehilangan jabatan selaku Ketua umum DPP PPP.

Namun masih banyak jabatan yang didudukinya, di antaranya Wakil Ketua PB Nahdatul Ulama (NU), Ketua NUI di wilayah DKI Jakarta, Rektor Universitas Jakarta (Unija), serta Direktur PT Pelita Persatuan.

Pada masa pendudukan Jepang, Syah Manaf duduk di bangku SMP menjadi pemimpin regu di sekolahnya yang mendapat pendidikan militer. Pada saat zaman Revolusi, Syah Manaf bergabung dengan TKR Divisi Siliwangi yang berada di Jawa Barat.

PENGABDIAN ROCHJANI SOE’OED

Sjahindra Manaf, putra dari Sjah Manaf, mengatakan bahwa M. Rochjani Soe’oed pernah menjadi Dekan Fakultas Hukum Unija.

Penjelasan senada disampaikan oleh Hasby Ma’arif yang bekerja di Unija sejak 1973 ketika perguruan tinggi itu masih berkampus di Gang Kenari, Jakarta Pusat. Kampus tersebut. kini menjadi Museum Muhammad Husni Thamrin. “Pak Rochjani juga pernah Pembantu Rektor II Bidang Administrasi dan Keuangan,” katanya.

Ketika itu Ketua Yayasan dijabat oleh HM Sjah Manaf dan Rektor Prof. Dr. H. Arifin Abdurrahman.  Sedangkan Purek I adalah H. Hoot SH. Sebagai Purek II, Rochjani Soe’oed cukup lama menjabat hingga ia meninggal dunia pada 1977.

Hasby menjelaskan bahwa pendiri Universitas Jakarta adalah Dr. H. Asmawi Manaf, SH, H. Root SH, Prof. Dr. Ir. Moh. Tasli Napis, SE, MM, PHD, dan Drs. H. Hamami Sa’aman.

Sejak beridri pada 1964, Rochjani mengajar di Fakultas Hukum Unija ketika masih berkampus di bilangan Utan Kayu, Jakarta Timur. Begitu pun setelah ia pensiun sebagai Wakil Kepala Pengadilan Tinggi Jakarta yang berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Rully Soe’oed, cucu dari Rochjani Soe’oed mengatakan bahwa kakeknya mengabdikan diri pada universitas tersebut. Ardjenas Soe’oed, ibunya yang bekerja di Dinas Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang mengurus perizinan untuk Unija. “Dahulu kampusnya di Jalan Kenari, Jakarta Pusat,” katanya.

Dalam pengurusan perizinan itu Ardjenas memiliki peran yang signifikan. Istri dari Baharuddin Soe’oed tersebut terakhir sebagai Kepala Subdit di Dikti Divisi Pengabdian pada Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional. Setelah pensiun, Ardjenas mengajar sebagai widyaiswara di Diknas yang berkampus di Sawangan,  Depok, Jawa Barat.

Rully sangat yakin bahwa kakeknya mengabdi secara penuh pada perguruan tinggi tersebut. Setelah Indonesia merdeka, Rochjani memang berkiprah di dunia pengadilan sebagai hakim dan mendirikan Unija.

Unija didirikan untuk kemaslahatan orang Betawi sehingga mengangkat harkat dan martabat kaum yang menjadi penduduk inti kota Jakarta.

Lahyanto Nadie di Universitas Jakarta

“Papi naik bajaj mengajar di Unija dari rumahnya di Kepu, Kemayoran,” kenang Wen Wahab Abdurrahman, menantu Rochjani Soe’oed.

Saya juga ingin bernostalgia dan ngobrol dengan Ibu Rektor. Sayang, pesan belum terbalas.

“Thank yo for your message. We’re unavaliable right now, but will respond as soon ass possible.”

Cerita Hasby tentang Rochjani sebagai pemimpin dia orang baik dan dekat dengan anak buah. Dengan siapa pun dia menyapa. Orang low profile. Di bawah dia orang merasa nyaman. Pegawai di bawah Rochjani.

Pindah kampus karena gedun Muhammad Husni Thamrin dijadikan museum oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1973. Awalnya kampus hanya satu lantai.

Hubungan sesama pimpinan dan dosen juga baik. Tapi sesama anak Betawi juga suka becanda. Misalnya jika ada karyawan yang meminjam uang maka ditanyakan. “Ngapain luh, minjem mulu tapi akhirnya dikasih juga.”

Hasby kuliah di Unija sampai sarjana muda pernah datang ke rumah Rochjani di Kepu, Kemayoran, untuk meminta tanda tangan sebagai Wakil Rektor. Rochjani pribadi yang menyenangkan meskipun pernah marah juga namanya juga manusia. Marahnya dia bagaimana seorang ayah kepada anaknya. “Tidak keluar jalur,” ujarnya.

Kenangan yang paling berkesan adalah rasa kasih sayang karena ia menganggap karyawan bukan sebagai bawahan tapi memberikan semangat agar karyawan bisa lebih maju. “Kita diperlakukan sebagai keluarga,” ujar Hasby.

Mahbub Djunaedi pernah menjadi dekan FISIP Unija. “Tokoh-tokoh Betawi ketika itu memajukan orang-orang Betawi melalui pendidikan tinggi.”

*) Ditulis oleh Lahyanto Nadie, redaktur khusus Indowork.id

Saham GOTO Makin Tertekan

INDOWORK.ID, JAKARTA: Saham GOTO makin tertekan. Kolom kanan makin tebal. Volume transaksi makin tipis. Kalau trend berlanjut, terbuka peluang saham “kebanggaan banyak orang” ini dikerangkeng Bursa Efek Indnesia (BEI) ke penjara Papan Pemantauan Khusus (PPK).
GOTO adalah deretan nama besar. Dalam daftar pemegang saham ada Subco ada Taobao. Nama besar lain seperti INA, ADIA, Astra, Telkomsel boleh jadi tergabung dalam Masyarakat Non Warkat.

PERTARUHAN INVESTASI?

Agus Martowardojo, Komisaris Utama
Di jajaran komisaris ada Agus Martowardojo dan John Prasetyo. Komando pengelola di pegang oleh “visioner bisnis cemerlang” Sugito Waluyo. Pertaruhan reputasi?
Bagi saya sebagai investor, pertanyaan yang paling relevan tetap: “Apakah GOTO sebagai perusahaan akan mampu bertahan eksis, atau akan hilang dari peredaran?” Jawabannya puluhan kali saya ulang dalam celoteh: hanya perusahaan yang mampu menghasilkan laba secara wajar dari operasi yang wajar yang mampu bertahan.
Dari kaca mata itu saya melihat secara fundamental GOTO saat ini jauh lebih kuat. Segmen e-commerce yang boros dan boncos sudah bisa ditransformasi menjadi penyumbang laba bersih. Dibayar dengan harga kehilangan pengendalian.
Segmen Service on Demand (SOD), menurut saya, menghadapi persaingan yang tidak setajam e-commerce. Di samping peluang ekspansi yang masih sangat lebar. GOTO memang tak memiliki dukungan pendanaan sehebat Grab yang ditopang oleh Sea grup. Kalah jauh dalam nilai kapitalisasi dibandingkan Grab yang tercatat di NASDAQ. Tapi saya tidak melihat alasan GOTO tidak mampu bersaing dalam memperebutkan pasar di kandang sendiri.
Indonesia – begitu luasnya – merupakan lahan paling menraik untuk bisnis SOD di ASEAN
Penurunan harga, dalam pandangan saya, semata faktor teknis. Alibaba (Taobao) telah menjual sebagian porsi nya lebih dari 16 miliar saham. GT Subco juga menjual hampir 100 juta saham.
Sebagian founders – terutama yang berasal dari Toped – telah pergi dan menjual pemilikannya. Cadangan ESOP yang ada dalam GPF – masih sekitar 64 miliar saham – terus mengguyur pasar dengan harga Rp2. Tanpa kehadiran pembeli besar, butuh waktu lama agar perimbangan permintaan dan penawaran kembali ke titik ekuilibrium.
Karena itu, saya akan menyisihkan jatah angkringan saya untuk membeli 100 lot GOTO setiap minggu bila harganya masih di gocap atau lebih rendah. Nabung saham!
Uji akurasi penerawangan hingga akhir 2024. Cuan? Urusan
kesekian.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Deklarasi Gerakan Ayo Bela Beli Jajanan Betawi, Perlu Inovasi dan Pengembangan

INDOWORK.ID, JAKARTA: Deklarasi Gerakan Ayo Bela Beli Jananan Betawi yang digelar dalam rangkaian diskusi. Perlu inovasi dan pengembangan agar kuliner Betawi tak gulung tikar.

Bertempat di Balai Budaya Betawi Condet Balekambang, Gelar Tiker ala Betawi kembali menggelar diskusi sosial budaya pada Minggu, 30 Juni 2024 mengangkat tema Jajanan Rakyat Semakin Sekarat.

Diskusi bernuansa ngobrol santai ala orang Betawi ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana, Ketua Masyarakat Adat dan Tradisional Betawi Biem Benjamin, raja pantun Zaharuddin, pemerhati budaya Betawi Endi Arif, praktisi UMKM terpilih Lala Nurmala dan dinas terkait seperti Jakpreneurs, Dinas KPKP serta pendamping sertifikasi halal.

Iwan Wardhana menyampaikan peran dinas kebudayaan dalam penetapan aneka kuliner khas Betawi menjadi bagian dari WBTB yang hingga saat ini mencapai 22 jenis yaitu nasi uduk, nasi ulam, gado-gado betawi, sayur besan, gabus pucung, pindang bandeng, soto betawi, sate lembut, laksa betawi, ketupat sayur babanci, sayur sambel godog, bubur ase, semur jengkol, dodol Betawi, kue sengkulun, selendang mayang, akar kelapa, ali begente, roti buaya, bir pletok, kerak telor dan kue sengkulun.

Iwan pun mengusulkan agar ada upaya memberi apresiasi terhadap pelaku pelestarian kuliner yang disebutkan tersebut dengan memberi piagam penghargaan dengan kriteria yang ditentukan.

PERLU INOVASI

Untung P. Napis, Biem Triani Benyamin, Iwan Henry Wardhana

Hal senada diungkapkan pula oleh Biem Benyamin. Anak ketiga seniman legendaris Benyamin S tersebut  mengatakan upaya ini tak cukup sebatas pelestarian, namun juga harus dilakukan inovasi dan pengembangan tanpa keluar dari pakemnya”.

Biem menyampaikan amanat dari Deddy Mizwar, anak Betawi  tokoh perfilman nasional, berupa resep aneka kuliner khas Betawi yang ditulis almarhumah ibundanya, Sun’ah Andres. Ia berharap pihak dinas kebudayaan DKI Jakarta memperbanyak dan menjadi rujukan bagi pelestari jajanan tradisional.

BUKAN HANYA BETAWI

Ketua Gelatik Betawi Untung P. Napis mengatakan bahwa diskusi jajanan tradisional ini sejatinya tak hanya yang bersifat khas Betawi saja, tapi mencakup jajanan tradisional dari daerah lain.

“Sepanjang jalan raya Condet yang didominasi jajanan impor, maka kemungkinan hal yang sama terjadi pula di berbagai wilayah lainnya,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan upaya serius dan berkesinambungan agar aneka kuliner tradisional ini tak punah tergerus zaman. “Sebab punahnya jajanan tradisional pertanda punahnya sebuah budaya,” kata budayawan berambut grondong tersebut.

Diskusi yang disemarakkan dengan selingan Samrah Betawi ini ditutup dengan penandatanganan bersama deklarasi Gerakan Ayo Bela Beli jajanan tradisional rakyat warisan budaya Nusantara, oleh seluruh peserta yang hadir.

 

Kopenhagen Gempar, Festival Indonesia Memukau WNI dan Denmark

INDOWORK.ID, JAKARTA: Para pengunjung Festival Budaya Indonesia di Denmark ikut menari  bengen tawai, pelalo adat dan gantar yang digelar tim Budaya dari Kalimantan Timur.  Kesenian Angklung dari Jawa Barat juga memikat.

Penampilan Manshur Angklung yang menyuguhkan perpaduan alat musik Angklung dengan Electronic Dance Music(EDM). Seribu pengunjung juga turut bermain Angklung melalui penampilan Angklung interaktif. Pengunjung juga dapat membawa pulang Angklung yang dimainkan. Penampilan Tari Kecak yang diusung oleh komunitas Masyarakat Bali di Denmark, juga berhasil mencuri perhatian pengunjung yang mengajak lebih dari 200 orang pengunjung untuk ikut menari kecak.

Indonesian Festival Copenhagen sukses mencuri perhatian Masyarakat Kota Kopenhagen melalui berbagai sajian penampilan budaya, kuliner khas Indonesia, dan berbagai produk serta handycraft Indonesia hingga berbagai inisiatif pelestarian lingkungan di Indonesia. Festival yang digelar pada hari Sabtu, 29 Juni 2024, di Rådhuspladsen, atau Alun-Alun Kota Kopenhagen, menarik perhatian tidak kurang dari sekitar 16.000 pengunjung.

BERBAGAI TARIAN

Masyarakat disuguhi panggung hiburan dengan penampilan berbagai tarian dan penampilan budaya dari berbagai daerah di Indonesia yang diantaranya, Sabang, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Bali dan Makassar.

Selain berbagai penampilan budaya, Kristian Hansen, Youtuber asal Denmark, berbagi pengalaman berwisata di Indonesia. “Saya senang sekali menjadi bagian dari festival ini, dan berkesempatan untuk berbagi cerita kepada masyarakat Denmark tentang keindahan alam dan ragam budaya Indonesia”, ujarnya.

Sementara itu, terdapat 27 booth di Indonesian Festival Copenhagen yang menyajikan sajian makanan khas dan menjual berbagai produk dan kerajinan tangan dari Indonesia. Selain itu, terdapat juga beberapa travel yang menawarkan paket wisata ke Indonesia.

Save Orangutan Foundation, sebuah yayasan asal Denmark yang turut membuka gerai dan memanfaatkan momentum penyelenggaraan Indonesian Festival Copenhagen untuk mendorong kampanye konservasi Orangutan. “Kami sangat menikmati menjadi bagian dari kegiatan yang sangat luar biasa ini,” kata Marie.

Aktivis dari Save Orangutan Foundation yang berharap dapat berpartisipasi kembali tahun depan.

Sebagai Festival Indonesia pertama di Denmark, kegiatan ini menjadi penawar rindu masyarakat Indonesia di Denmark yang telah tinggal di Denmark selama belasan bahkan puluhan tahun.

MAIN ANGKLUNG MASSAL

Indonesian Festival Copenhagenjuga menarik perhatian masyarakat Indonesia yang tinggal di negara sekitar seperti Swedia dan Norwegia, yang datang ke Kopenhagen khusus untuk menyaksikan Festival ini. “Dari mulai parade pembukaan, tarian tradisional, kita ikut nari kecak dan maen Angklung, sambil jajan makanan Indonesia, acaranya seru banget”, pungkas Tya, seorang WNI yang datang dari kota Malmo, Swedia.

Fesitival yang diselenggarakan oleh KBRI Kopenhagen tersebut dibuka oleh Duta Besar Dewi Wahab dengan menyampaikan apresiasi kepada Dewan Kota Kopenhagen dan seluruh sponsor yang mendukung pelaksanaan Festival seperti Kementerian Luar Negeri RI, Bank Indonesia,

Kementerian Investasi, Kawasan Industri Terpadu Batang, Bank Mandiri, ASDP, dan Singapore Airlines. Dengan sambutan yang sangat luar biasa dari Masyarakat Denmark khususnya Kota Kopenhagen.

Duta Besar Dewi Savitri Wahab berharap bahwa Indonesian Festival Copenhagen dapat dilakukan secara tahunan. Mayor of Employment and Integration of Copenhagen, Jens-Kristian Lütken, yang menjadi tamu kehormatan dalam pembukaan Festival menyampaikan apresiasi kepada Masyarakat Indonesia Denmark, yang walaupun jumlahnya tidak banyak, namun telah memberikan warna keberagaman yang sangat positif pada kota Kopenhagen.

Kegiatan Indonesian Festival Copenhagen merupakan acara puncak dari rangkaian kegiatan promosi terpadu yang diselenggarakan oleh KBRI Kopenhagen dari tanggal 24 hingga 29 Juni 2024.

Selain Indonesian Festival Copenhagen, kegiatan promosi Indonesia terpadu tersebut juga dirangkaikan dengan penyelenggaraan Indonesia Investment Forum pada tanggal 27 Juni 2024, yang bekerja sama dengan Danish Industry.

KEBAHAGIAAN IBU DUBES

Dewi Savitri Wahab

Sementara itu, bekerja sama dengan Bank Indonesia, KBRI Kopenhagen juga telah turut mendorong promosi specialty coffee Indonesia di ajang World of Coffee 2024 di Copenhagen, 27-29 Juni 2024.

Sebelumnya, dalam suasana yang penuh kebahagiaan dan semangat persaudaraan, Dubes LBBP RI untuk Kerajaan Denmark dan Republik Lithuania Dewi Savitri Wahab bersama masyarakat Indonesia di Denmark merayakan Hari Raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1445 H yang bertepatan dengan hari Minggu, tanggal 16 Juni 2024.

Inilah yang Dibutuhkan Investor dari OJK dan BEI

INDOWORK.ID, JAKARTA: Sedikitnya empat hal penting yang dibutuhkan investor, terutama ritel, dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Berikut adalah empat kebutuhan tersebut:

Pertama, lebih selektif dalam meloloskan emiten masuk bursa.
Kedua, perbaiki kualitas transparansi. Informasi pasar: kode broker, dikotomi asing-domestik, FCA. Kualitas disclosures, bluffing, buzzers, pom-pom, influencers, pernyataan menyesatkan.

Ketiga, tingkatkan level playing field. Perangi manipuasi harga dan manipulasi pasar.

Keempat, tingkatkan edukasi dan literasi. Salah satu kewajiban pialang adalah educate clients. Edukasi sebelum solisitasi. Tidak ada jalan pintas dalam edukasi. Saya tidak percaya sekolah pasar modal 3 hari.

Harus dimengerti bahwa kalau mayoritas investor menanamkan dana jangka panjang, pialang dan BEI akan kehilangan fee. Bagian OJK juga menurun.

Margin trading adalah fasilitas spekulasi jangka pendek. Short selling adalah fasilitas spekulasi jangka pendek. Repo adalah spekulasi jangka pendek. Derivatif, option (waran terstruktur), kontrak berjangka (futures) adalah fasilitas spekulasi jangka pendek.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Lahyanto Nadie Hibahkan 12 Buku Kepada KITLV Belanda

INDOWORK.ID, JAKARTA: Wartawan senior yang juga penulis buku Lahyanto Nadie memberikan sumbangan sedikitnya 12 buku yang diterbitkan oleh Pustaka Kaji kepada Direktur KITLV-Jakarta sehingga namanya tercatat di Leiden University, Belanda.

Direktur KITLV-Jakarta Marrik Bellen mengirimkan surat kepada penulis untuk mengucapkan terima kasih atas hibah buku karyanya.

Buku yang Lahyanto hibahkan dikirimkan ke Perpustakaan Unversitas Leiden dan menjadi koleksi berharga dan memperkaya sumber daya bagi mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum. “Kami yakin buku ini akan membuka wawasan baru dan memberikan inpirasi bagi banyak orang,” tulis Marrik Ballen.

Marrik Ballen menyatakan bahwa data diri penulis akan dicatat oleh Perpustakaan Leiden sebagai pemberi hibah. Ia menyatakan pihaknya selalu terbuka menerima hibah buku dan hibah lainnya yang dapat membantunya untuk mencapai tujuan dalam menyediakan akses informasi dan pengetahuan bagi semua orang.

MEMAJUKAN PENELITIAN

Sejak 1851 Koninklijk Instituut voor Taal –, Land – en Volkenkunde (KITLV) mengkhususkan pada pengumpulan informasi dan memajukan penelitian mengenai keadaan masa kini dan lampau daerah-daerah bekas koloni Belanda dan wilayah sekitarnya.

KITLV yang berpusat di Leiden, membuka perwakilannya di Jakarta pada\ 1969. KITLV-Jakarta bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan ilmiah dan menerbitkan karya-karya ilmiah tentang Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya.

Sejak 1 Juli 2014 Perpustakaan KITLV di Leiden bergabung dengan Perpustakaan Universitas Leiden dan kantor KITLV-Jakarta dialihkan di bawah naungan Perpustakaan Universitas Leiden dan berbadan hukum Yayasan.

Sebagai perpustakaan dan pusat penelitian, Perpustakaan Universitas Leiden menghimpun penerbitan buku-buku dan majalah dalam bidang ilmu sosial dan kemanusiaan dari instansi pemerintah, swasta, universitas, atau terbitan komersial umum dan terbuka yang disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden dalam bentuk asli, digital dan/atau microfilm.

Koleksi dan terbitan KITLV mencakup ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial yang berfokus pada Asia Tenggara—khususnya Indonesia. Berkisar dari sejarah kolonial sampai isu-isu sosial masa kini, Perpustakaan Universitas Leiden memiliki koleksi yang sangat banyak dan beragam.

Direktur KITLV-Jakarta Marrik Bellen, mengirimkan surat kepada penulis untuk mengucapkan terima kasih atas hibah buku.

Dengan berkantor di Jakarta, KITLV menyatakan pentingnya arti Indonesia untuk menghimpun koleksi bagi lembaga ini. Kegiatan di KITLV-Jakarta secara operasional terbagi menjadi tiga kategori, yaitu koleksi, digitalisasi, dan terbitan. KITLV-Jakarta juga mengadakan pameran dengan tema sesuai profilnya dan peluncuran buku. KITLV-Jakarta melaksanakan program penerbitan karangan akademis bersama dengan penerbit-penerbit Indonesia.

Sebagian besar dari terbitan ini berupa terjemahan, tetapi ada pula terbitan baru, seperti edisi Indonesia dari Kamus Belanda-Indonesia yang diterbitkan KITLV-Jakarta bekerja sama dengan Gramedia. Kami juga melakukan akuisisi untuk Monash University dan Australian National University (ANU).

Kantor KITLV-Jakarta juga menjadi kantor perwakilan tetap Universias Leiden di Indonesia. Tujuan dari kantor ini adalah untuk meningkatkan kerja sama akademis dengan lembaga mitra di Indonesia serta berfungsi sebagai pusat informasi mengenai program studi yang ditawarkan oleh Universitas Leiden.

PEMBERI HADIAH

Metode akuisisi KITLV-Jakarta, bukan hanya dengan cara membeli. KITLV mendapatkan buku-buku, jurnal, dan bahan material pustaka lainnya yang merupakan hadiah dari lembaga dan perorangan di seluruh Indonesia.