Bisnis Headline

Saham GOTO Makin Tertekan



single-image
INDOWORK.ID, JAKARTA: Saham GOTO makin tertekan. Kolom kanan makin tebal. Volume transaksi makin tipis. Kalau trend berlanjut, terbuka peluang saham “kebanggaan banyak orang” ini dikerangkeng Bursa Efek Indnesia (BEI) ke penjara Papan Pemantauan Khusus (PPK).
GOTO adalah deretan nama besar. Dalam daftar pemegang saham ada Subco ada Taobao. Nama besar lain seperti INA, ADIA, Astra, Telkomsel boleh jadi tergabung dalam Masyarakat Non Warkat.

PERTARUHAN INVESTASI?

Agus Martowardojo, Komisaris Utama
Di jajaran komisaris ada Agus Martowardojo dan John Prasetyo. Komando pengelola di pegang oleh “visioner bisnis cemerlang” Sugito Waluyo. Pertaruhan reputasi?
Bagi saya sebagai investor, pertanyaan yang paling relevan tetap: “Apakah GOTO sebagai perusahaan akan mampu bertahan eksis, atau akan hilang dari peredaran?” Jawabannya puluhan kali saya ulang dalam celoteh: hanya perusahaan yang mampu menghasilkan laba secara wajar dari operasi yang wajar yang mampu bertahan.
Dari kaca mata itu saya melihat secara fundamental GOTO saat ini jauh lebih kuat. Segmen e-commerce yang boros dan boncos sudah bisa ditransformasi menjadi penyumbang laba bersih. Dibayar dengan harga kehilangan pengendalian.
Segmen Service on Demand (SOD), menurut saya, menghadapi persaingan yang tidak setajam e-commerce. Di samping peluang ekspansi yang masih sangat lebar. GOTO memang tak memiliki dukungan pendanaan sehebat Grab yang ditopang oleh Sea grup. Kalah jauh dalam nilai kapitalisasi dibandingkan Grab yang tercatat di NASDAQ. Tapi saya tidak melihat alasan GOTO tidak mampu bersaing dalam memperebutkan pasar di kandang sendiri.
Indonesia – begitu luasnya – merupakan lahan paling menraik untuk bisnis SOD di ASEAN
Penurunan harga, dalam pandangan saya, semata faktor teknis. Alibaba (Taobao) telah menjual sebagian porsi nya lebih dari 16 miliar saham. GT Subco juga menjual hampir 100 juta saham.
Sebagian founders – terutama yang berasal dari Toped – telah pergi dan menjual pemilikannya. Cadangan ESOP yang ada dalam GPF – masih sekitar 64 miliar saham – terus mengguyur pasar dengan harga Rp2. Tanpa kehadiran pembeli besar, butuh waktu lama agar perimbangan permintaan dan penawaran kembali ke titik ekuilibrium.
Karena itu, saya akan menyisihkan jatah angkringan saya untuk membeli 100 lot GOTO setiap minggu bila harganya masih di gocap atau lebih rendah. Nabung saham!
Uji akurasi penerawangan hingga akhir 2024. Cuan? Urusan
kesekian.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Berita Lainnya