INDOWORK.ID, JAKARTA: Deklarasi Gerakan Ayo Bela Beli Jananan Betawi yang digelar dalam rangkaian diskusi. Perlu inovasi dan pengembangan agar kuliner Betawi tak gulung tikar.
Bertempat di Balai Budaya Betawi Condet Balekambang, Gelar Tiker ala Betawi kembali menggelar diskusi sosial budaya pada Minggu, 30 Juni 2024 mengangkat tema Jajanan Rakyat Semakin Sekarat.
Diskusi bernuansa ngobrol santai ala orang Betawi ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana, Ketua Masyarakat Adat dan Tradisional Betawi Biem Benjamin, raja pantun Zaharuddin, pemerhati budaya Betawi Endi Arif, praktisi UMKM terpilih Lala Nurmala dan dinas terkait seperti Jakpreneurs, Dinas KPKP serta pendamping sertifikasi halal.
Iwan Wardhana menyampaikan peran dinas kebudayaan dalam penetapan aneka kuliner khas Betawi menjadi bagian dari WBTB yang hingga saat ini mencapai 22 jenis yaitu nasi uduk, nasi ulam, gado-gado betawi, sayur besan, gabus pucung, pindang bandeng, soto betawi, sate lembut, laksa betawi, ketupat sayur babanci, sayur sambel godog, bubur ase, semur jengkol, dodol Betawi, kue sengkulun, selendang mayang, akar kelapa, ali begente, roti buaya, bir pletok, kerak telor dan kue sengkulun.
Iwan pun mengusulkan agar ada upaya memberi apresiasi terhadap pelaku pelestarian kuliner yang disebutkan tersebut dengan memberi piagam penghargaan dengan kriteria yang ditentukan.
PERLU INOVASI

Hal senada diungkapkan pula oleh Biem Benyamin. Anak ketiga seniman legendaris Benyamin S tersebut mengatakan upaya ini tak cukup sebatas pelestarian, namun juga harus dilakukan inovasi dan pengembangan tanpa keluar dari pakemnya”.
Biem menyampaikan amanat dari Deddy Mizwar, anak Betawi tokoh perfilman nasional, berupa resep aneka kuliner khas Betawi yang ditulis almarhumah ibundanya, Sun’ah Andres. Ia berharap pihak dinas kebudayaan DKI Jakarta memperbanyak dan menjadi rujukan bagi pelestari jajanan tradisional.
BUKAN HANYA BETAWI
Ketua Gelatik Betawi Untung P. Napis mengatakan bahwa diskusi jajanan tradisional ini sejatinya tak hanya yang bersifat khas Betawi saja, tapi mencakup jajanan tradisional dari daerah lain.
“Sepanjang jalan raya Condet yang didominasi jajanan impor, maka kemungkinan hal yang sama terjadi pula di berbagai wilayah lainnya,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan upaya serius dan berkesinambungan agar aneka kuliner tradisional ini tak punah tergerus zaman. “Sebab punahnya jajanan tradisional pertanda punahnya sebuah budaya,” kata budayawan berambut grondong tersebut.
Diskusi yang disemarakkan dengan selingan Samrah Betawi ini ditutup dengan penandatanganan bersama deklarasi Gerakan Ayo Bela Beli jajanan tradisional rakyat warisan budaya Nusantara, oleh seluruh peserta yang hadir.
Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *