Bisnis Lainnya

Antara Tamak dan Takut di Bursa Saham



single-image

INDOWORK.ID,JAKARTA: Harga saham dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh ekspekstasi. Itu aksioma. Penjumlahan ekspekstasi tercermin dalam permintaan dan penawaran agregat. Terbentuklah harga

Tapi ekspekstasi manusia berubah sama cepatnya dengan harga itu sendiri. Yang lebih sulit, membedakan ekspekstasi wajar dengan emosi seperti ketakutan, kepanikan dan keserakahan. Membedakan ekspekstasi yang rasional dengan emosi, ilusi dan utopi.

Berikut mungkin bisa jadi ilustrasi. Nggak usahlah menyebut nama perusahaan. (Tanpa disebut, yang aktif di bursa akan tahu sendiri, haha).

Karena akan ikut berperan dalam kegiatan vaksinasi covid-19, harga sahamnya naik 533% selama 6 bulan terakhir. Padahal catatan kinerja sejauh ini, maaf, marjinal.

Akibatnya, perusahaan yang memiliki ekuitas kurang dari Rp 175 miliar (per 30 September 2020), itu, mengalami lonjakan kapitalisasi hingga mencapai Rp 5,5 triliun lebih. Mengerek PBV ke angka hampir 32 x dan PER (annualized) mendekati 459 x

Berapa besar laba yang bisa diperoleh dari limpahan tugas pemerintah itu. belum mampu dihitung. Apakah penugasan itu monopoli atau ada perusahaan lain sejenis, juga belum jelas. Lebih dari itu, penugasan semacam ini, tak sustainable. Tak seorang pun berdoa agar peristiwa vaksinasi massif semacam in akan terulang kembali

“Greed is good,” kata Geko dalam film Wall Street. “Investment is made of fear and greedy” tulis Ben Graham, bapak Investment Analysis. “Be fearful when others are greedy and be greedy when others are fearful.” petuah investor legendaris WB

Kataku: “Investor yang bahagia adalah yang mampu mengendalikan si liar TATA. Tamak dan Takut”.

 

Berita Lainnya