Bisnis Headline

Bursa Saham Dunia Bergelora, Bagaimana Indonesia?



single-image

INDOWOR.ID, JAKARTA: Bursa saham dunia bergelora. Bloomberg baru saja melaporkan, dari 20 bursa saham terbesar dunia, 14 di antaranya mencatat rekor harga tertinggi (all time high, ATH)

Dow Jones Industrial Average untuk pertama kali menembus angka 40,000. S&P 500 mencetak rekor tertingginya minggu lalu. Dan itu merupakan pemecahan rekor yang ke 24 sejak awal 2024. Menambah USD 12 triliun pada kapitalisasi pasar. Hal serupa terjadi pada NASDAQ 100.

Nikkei 225 sudah naik 16% YTD, menambah kenaikan 28% tahun lalu. Eropa juga meluncur ke ATH. Kenaikan signifikan terjadi di India, Brazil dan Kanada.

Ngeri ngeri sedap. Jujur saya bersikap ambigu terhadap fenomena rally luar biasa itu. Dosis FOMO terasa besar sekali dalam keputusan investasi.

Dari kacamata fundamental, saya menerawang tiga faktor penggerak: Perkiraan turunnya tingkat bunga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan solid serta pendapatan & profitabilitas perusahaan yang meningkat.

Harapan penurunan tingkat bunga merupakan katalis positif paling kuat, yang menularkan pandemi FOMO. Beralasankah harapan itu? Pada tingkat Indeks Harga Konsumen 3,4% YoY April lalu, dan ekonomi AS yang masih bertumbuh positif, kesempatan kerja masih bertumbuh, The Fed tentu dengan alasan meyakinkan bisa terus menunda penurunan tingkat federal fund rate.

Imbal hasil treasury 2-10, sebagai indikator resesi yang banyak diyakini pelaku pasar, memang menunjukkan pola inverted sejak Juli, dan sektor manufaktur mengalami kontraksi selama 1Q24, tapi GDP AS masih bertumbuh 1,6% YoY selama kuartal pertama tahun ini.

DOMINASI PRJOGO PANGESTU

Prajogo Pangestu

IHSG selama seminggu terakhir sudah naik lebih dari 3%. Grup Prajogo yang memiliki bobot 18% dalam kapitalisasi BEI menfdapat kredit paling besar, disamping pulihnya harga saham saham bank besar. Trend itu membawa IHSG mencatat kenaikan positif YTD

IHSG memiliki lebih banyak katalis positif untuk bergerak naik. Belum mencapai kembali ATH (7.454). Ekonomi bertumbuh di atas 5% 1Q24. Harga komoditas andalan mengalami kenaikan signifikan. Rupiah menunjukkan penguatan, menantang keberanian BI untuk, ahead of the curve, menurunkan tingkat bunga acuan. Tak kalah menentukan, ribut pemilu sepertinya sudah reda

Saya sedang mencari-cari alasan yang mampu menopang trend bullish berlanjut hingga akhir tahun.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Berita Lainnya