Bisnis Headline

Amerika Serikat dan Inggris Menambah Panjang Daftar Sanksi Kepada Rusia



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Amerika Serikat dan Inggris menambah panjang daftar sanksi kepada Rusia. Kali ini giliran logam yang jadi senjata “para kutu” sekutu. Nikel, baja dan aluminium – produksi baru – Rusia tidak boleh digunakan untuk menyelesaikan kontrak berjangka di London Metal Exchange (LME).

Amerika Serikat masih memeluk erat iman pada doktrinnya. Amerika masih percaya bahwa seantero dunia akan menjadi kapitalis. Bahwa seluruh dunia akan membeli, mengkonsumsi dan tergantung pada produk budaya kapitalis. Semua negara akan menjadi pelayan dan “abdi dalem” adidaya AS. Yang berusaha membangun negara nya mendekati kedigjayaan AS akan diberangus dengan segala cara.
Tahun 2019, AS melarang chips produksi AS cs. untuk dijual ke China, yang sedang meluncur menyalip kemajuan teknologi AS. Kerja keras China mampu menghasilkan chips nya sendiri dengan kecanggihan yang mengungguli. Eksekutif Huwawei ditahan dengan tuduhan melakukan bisnis dengan Iran. UU AS memang dipaksakan diberlakukan kepada semua makhluk planet.
PRODUSEN UTAMA LOGAM
Kembali ke embargo logam Rusia dalam penyelesaian transaksi LME. Konon Rusia merupakan produsen utama dunia untuk ke tiga jenis logam yang dijadikan sanksi. Konon Rusia memasok 36% nikel ke LME, 62% baja dan 90% alunimium.
Sahabat investor,
Mari kita saksikan tiga hal. Pertama harga logam logam itu akan mengalami lonjakan signifikan. Kedua, siapakah yang lebih menderita? Rusiakah? atau LME. Ketiga, masihkah dunia tetap mau menggunakan settlement price LME untuk logam logam itu sebagai kiblat harga dunia?
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Berita Lainnya