Jamaludin: Smart Factory Cibitung Jadi Fondasi Komatsu Indonesia Hadapi Siklus Industri Alat Berat
INDOWORK.ID, JAKARTA: Redaksi indowork.id berkesempatan mengunjungi New Assembly Plant Komatsu Indonesia di di Kawasan Industri MM2100 Cibitung berkonsep smart factory. Kami mewawancarai Presiden Direktur Komatsu Indonesia Jamalludin. Pabrik alat berat semi otomatis tersebut khusus memproduksi alat berat kategori besar. Dengan adanya bantuan Automatic Guided Vehicle (AGV) yang digerakkan melalui program robotik, sudah mengarah pada efisiensi dan inovasi. Akhirnya berdampak pada peningkatan kapasitas produksi. Berikut petikan wawancaranya:
Komatsu Indonesia (KI) meresmikan pabrik perakitan baru berkonsep Smart Factory alias pabrik cerdas di kawasan industri MM2100, Cibitung. Bagaimana penjelasan detailnya? Apa visi dari KI ke depan dengan adanya pabrik ini?
Kita adalah pelopor pabrik alat berat di Indonesia, bahkan termasuk dari salah satu yang pertama dalam pengembangan alat berat nasional. Itu di-assessment sendiri langsung oleh pemerintah. Perlu diketahui, di Indonesia ada empat sektor alat berat yaitu konstruksi, kehutanan, perkebunan, dan pertambangan. Awalnya Komatsu Indonesia banyak mengerjakan pekerjaan bendungan, kemudian merambah ke kehutanan, yang dahulu masih hutan alam. Hal itu related sekali dengan ikon kita buldozer yang diproduksi pertama berada di Pusat Pengembangan Industri Komatsu Indonesia (KBN PLant) di Cilincing, Jakarta Utara. Lalu, masuk ke era 1996, KI mulai masuk ke mining, awalnya ya kita buat dump truck. Kemudian masuk ke big component yang dalam tahapan bisnis kita masuk ke stage IV.
Dalam rangka itulah Cibitung Plant ini lahir, untuk kebutuhan alat berat yang big size component (200 ton, 300 ton, sampai 400 ton) tadi. Tepat pada 2009 pabrik ini lahir. Kita meyakini bahwa pangsa pasar itu ada di Indonesia. Sehingga akan sangat memungkinan jika kita buat ini di lokasi terdekat dengan pasarnya. Arahnya adalah memberikan customer satisfaction. Di sisi lain, kita berpikir untuk kebutuhan di Indonesia minimal harus dipenuhi oleh pabrik di Indonesia. Maka dari sana kita lebarkanlah sayap untuk membangun new assembling plant di Cibitung. Kita produksi di sini mulai dari 85 ton, 95 ton, 125 ton, sampai 400 ton.


Apa konsep utama yang ingin ditonjolkan Komatsu Indonesia melalui pembangunan New Assembly Plant berkonsep Smart Factory di Cibitung?
New Assembly Plant Komatsu Indonesia di Cibitung dibangun di atas lahan seluas sekitar 15.000 meter persegi, dengan proses konstruksi yang dimulai sejak Desember 2024 dan ditargetkan rampung pada Oktober 2025. Pabrik ini dirancang sebagai fasilitas perakitan alat berat kategori besar dengan pendekatan Smart Factory yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Konsep utama yang kami terapkan adalah 5S, yang menjadi fondasi dalam meningkatkan keselamatan, efisiensi, ketepatan logistik, hingga keberlanjutan operasional pabrik.
Pertama adalah aspek Safety. Di pabrik ini kami tidak lagi mengandalkan forklift sebagai alat utama pemindahan komponen. Sebagai gantinya, kami menggunakan Automatic Guided Vehicle (AGV) untuk sistem suplai komponen. AGV bekerja secara otomatis mengikuti jalur dan instruksi digital, sehingga mampu mengurangi potensi kecelakaan kerja di area produksi, meningkatkan presisi distribusi komponen, serta menekan emisi karbon dari aktivitas logistik internal.
Kedua, dari sisi supply chain, Komatsu Indonesia melakukan optimalisasi rantai pasok dengan menjalin kerja sama erat dengan para pemasok yang berada di sekitar Kawasan Industri Cibitung. Strategi ini bertujuan mempersingkat jarak logistik, menurunkan lead time, meningkatkan keandalan pasokan, sekaligus memperkuat ekosistem industri lokal agar lebih terintegrasi dengan pabrik utama.
Ketiga adalah sentralisasi proses produksi, di mana kegiatan fabrikasi dan perakitan (assembling) ditempatkan dalam satu kawasan yang sama. Dengan model ini, alur produksi menjadi lebih ringkas, koordinasi antarproses lebih efektif, dan potensi bottleneck dapat ditekan secara signifikan. Ini penting terutama untuk perakitan alat berat berukuran besar dengan bobot ratusan ton.
Keempat, pabrik ini menerapkan konsep Smart Logistics melalui sistem smart warehousing. Pengelolaan gudang dilakukan secara digital, mulai dari pencatatan stok, pergerakan material, hingga penjadwalan distribusi komponen ke lini produksi. Sistem ini memungkinkan visibilitas data secara real time, meningkatkan akurasi inventori, dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat.
Kelima adalah penerapan prinsip Sustainability secara menyeluruh. Di Plant Cibitung terdapat lini produksi foundry, sehingga sisa material atau scrap hasil produksi tidak menjadi limbah. Dalam kerangka ekonomi sirkular, scrap tersebut akan diproses kembali menjadi komponen atau unit baru. Selain itu, Komatsu Indonesia juga mengembangkan aktivitas remanufaktur, yaitu memanfaatkan kembali komponen lama yang masih layak guna. Dengan pendekatan ini, hampir tidak ada material yang terbuang, sekaligus memperkuat komitmen perusahaan terhadap produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Berapa target produksi Komatsu Indonesia dalam setahun, baik sebelum maupun setelah penerapan konsep Smart Factory di Plant Cibitung?
Sebelum Plant Cibitung ditransformasikan menjadi Smart Factory, kapasitas produksi kami masih terbatas pada skala tertentu. Pada periode tersebut, Komatsu Indonesia mampu memproduksi sekitar 100 unit excavator dan 100 unit bulldozer untuk kategori medium size setiap tahunnya. Selain itu, kami juga memproduksi sekitar 40 unit dump truck. Untuk alat berat kategori big size, kapasitasnya masih relatif kecil, yakni excavator PC1250 sebanyak 4 unit dan excavator PC2000 sebanyak 2 unit per tahun.
Setelah konsep Smart Factory diterapkan secara penuh, kapasitas produksi ditingkatkan secara signifikan. Kami menargetkan total produksi mencapai sekitar 250 unit per tahun. Khusus untuk alat berat berukuran besar, target produksi ditingkatkan menjadi 9 unit excavator PC1250, 6 unit excavator PC2000, serta 6 unit PC950, dengan total output sekitar 21 unit per bulan untuk berbagai tipe.
Peningkatan ini dimungkinkan karena adanya otomasi proses, integrasi logistik, serta efisiensi alur produksi yang lebih baik. Apabila permintaan pasar masih melampaui kapasitas Plant Cibitung, kebutuhan tersebut akan dilengkapi melalui dukungan produksi dari Plant Cilincing, sehingga pasokan kepada pelanggan tetap terjaga secara optimal.
Bagaimana kebutuhan dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk mengoperasikan Smart Factory di Plant Cibitung?
Untuk mengoperasikan Smart Factory di Cibitung, Komatsu Indonesia tidak merekrut SDM baru secara sembarangan. Kami memprioritaskan tenaga kerja yang sudah berpengalaman di Pusat Pengembangan Industri Komatsu Indonesia atau KBN Plant di Cilincing, dengan masa kerja minimal dua tahun. Hal ini penting karena karakter operasional Smart Factory berbeda dengan pabrik konvensional, baik dari sisi otomasi, sistem kerja, maupun standar keselamatan yang diterapkan.
Industri alat berat sangat bergantung pada skill employee, sehingga kualitas SDM menjadi faktor kunci. Oleh karena itu, kami serius dalam membina dan meningkatkan kompetensi karyawan secara berkelanjutan. Komatsu Indonesia memiliki Takumi Training Center, yang berfungsi sebagai pusat pengembangan SDM sekaligus corporate university. Fasilitas ini berfokus pada peningkatan keterampilan teknis seperti pengelasan, perakitan, dan inspeksi kualitas, sekaligus penguatan soft skill seperti disiplin kerja, problem solving, dan budaya keselamatan.
Melalui Takumi Training Center, standar kompetensi karyawan dapat dijaga tetap tinggi dan selaras dengan perkembangan teknologi manufaktur, termasuk otomasi dan digitalisasi proses produksi. Pendekatan ini memastikan bahwa transformasi menuju Smart Factory tidak hanya berbasis teknologi, tetapi juga didukung oleh SDM yang siap, adaptif, dan mampu menjaga kualitas serta kepuasan pelanggan Komatsu Indonesia.
Sejauh mana level teknologi yang diterapkan dalam konsep Smart Factory di Plant Cibitung?
Sejalan dengan konsep Smart Factory, tingkat teknologi yang kami terapkan di Plant Cibitung sudah mengarah pada otomasi proses produksi dan logistik internal. Salah satu teknologi kunci yang digunakan adalah Automated Guided Vehicle (AGV), yang saat ini tersedia untuk kapasitas angkut 30 ton dan 60 ton. Seluruh komponen utama ditempatkan di atas AGV dan dipindahkan secara otomatis antarstasiun kerja, menggantikan metode lama yang masih mengandalkan pemindahan manual di atas line produksi.
AGV di Plant Cibitung bekerja dengan sistem pemrograman yang menyerupai teknologi lift otomatis. Setiap unit AGV telah diatur kapan harus berhenti, berapa lama berhenti di setiap titik kerja, serta ke mana harus bergerak selanjutnya. Perpindahan antarpos dilakukan dengan dukungan barcode dan sistem kontrol digital, sehingga alur logistik menjadi lebih presisi dan terukur.
Setelah menurunkan komponen di titik tujuan, sistem robotik secara otomatis akan menentukan rute berikutnya yang paling efisien sesuai instruksi sistem. Dengan pendekatan ini, pergerakan material menjadi lebih cepat, aman, dan minim kesalahan manusia. Penerapan AGV tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga memperkuat aspek keselamatan kerja dan konsistensi kualitas dalam perakitan alat berat berukuran besar di Plant Cibitung.
Bagaimana adaptasi sumber daya manusia terhadap kemajuan teknologi di Smart Factory Cibitung? Apakah penerapan otomasi berdampak pada pengurangan tenaga kerja?
Dalam penerapan teknologi Smart Factory, Komatsu Indonesia tidak melakukan pengurangan SDM. Fokus utama kami bukan pada efisiensi jumlah tenaga kerja, melainkan pada peningkatan keselamatan kerja (safety) dan kualitas proses produksi. Dengan meminimalkan jumlah orang yang berada langsung di lantai produksi, risiko kecelakaan dapat ditekan secara signifikan, terutama mengingat industri alat berat melibatkan penggunaan crane dengan kapasitas angkat hingga 60 ton dan komponen berdimensi besar.
Ke depan, kami juga berkomitmen untuk terus mengurangi penggunaan forklift sebagai sarana pemindahan komponen di area assembling. Sebelum teknologi AGV diterapkan, pemindahan komponen bahkan sempat mengandalkan rail manual menyerupai rel kereta api, yang tentu memiliki keterbatasan dari sisi fleksibilitas dan keselamatan. Kehadiran AGV membuat pergerakan material menjadi lebih terkontrol, presisi, dan aman.
Prinsip kami jelas, yaitu tidak melakukan pengurangan karyawan, tetapi mengoptimalkan peran SDM yang ada agar mampu menghasilkan output produksi yang lebih besar dalam waktu yang lebih efisien. Dengan dukungan teknologi, karyawan dapat bekerja dengan beban fisik yang lebih ringan, risiko yang lebih rendah, dan fokus pada aktivitas bernilai tambah. Jika prinsip ini dijalankan secara konsisten, maka produktivitas akan tumbuh secara alami seiring dengan peningkatan kompetensi dan adaptasi SDM terhadap teknologi baru.

Bagaimana serapan pasar terhadap produk-produk Komatsu Indonesia, khususnya setelah pengembangan Smart Factory di Cibitung?
Hingga saat ini, mayoritas produk Komatsu Indonesia masih diserap untuk kebutuhan internal grup usaha, terutama untuk mendukung sektor-sektor utama pengguna alat berat. Dalam operasionalnya, Komatsu Indonesia mengembangkan ekosistem produksi berbasis multi sourcing dan cross sourcing, sehingga rantai pasok menjadi lebih fleksibel dan resilien terhadap dinamika pasar.
Khusus untuk pasar domestik, sebagian besar kebutuhan alat berat dipasok dari pabrikan di dalam negeri, termasuk dari fasilitas produksi Komatsu Indonesia. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa pasar terbesar alat berat berada di Indonesia, terutama pada empat sektor utama, yakni konstruksi, pertambangan, kehutanan, dan perkebunan. Dengan basis produksi lokal yang kuat, Komatsu Indonesia dapat merespons kebutuhan pasar secara lebih cepat, efisien, dan kompetitif.
Bagaimana proyeksi dan target produksi Komatsu Indonesia pada 2026?
Untuk tahun 2026, kami memperkirakan pergerakan pasar relatif tidak jauh berbeda dibandingkan 2025. Dinamika permintaan masih akan sangat dipengaruhi oleh kondisi sektor-sektor utama pengguna alat berat. Harapan terbesar tetap berasal dari sektor pertambangan, khususnya pertambangan batu bara, yang hingga kini masih membutuhkan alat berat dalam jumlah besar untuk mendukung kegiatan produksi dan overburden removal.
Dengan kondisi tersebut, Komatsu Indonesia tetap menjaga kesiapan kapasitas produksi agar mampu memenuhi permintaan pasar secara optimal. Pendekatan ini dilakukan dengan tetap mengedepankan fleksibilitas produksi, efisiensi operasional, serta pemanfaatan fasilitas Smart Factory untuk menjaga daya saing di tengah fluktuasi siklus industri alat berat.
Bagaimana Komatsu Indonesia menjaga performa produksi di tengah fluktuasi dan tren pasar industri alat berat yang cenderung siklikal?
Di industri alat berat, kami sangat memahami bahwa permintaan pasar bergerak dalam siklus naik-turun (cyclical demand). Karena itu, Komatsu Indonesia secara konsisten mempelajari dan memetakan pola fluktuasi tersebut. Berdasarkan pengalaman, ketika pasar mengalami penurunan, fase berikutnya hampir selalu diikuti oleh kenaikan permintaan yang signifikan. Pola inilah yang menjadi dasar strategi produksi kami.
Saat pasar berada dalam kondisi downturn, Komatsu justru memanfaatkan momentum tersebut untuk menggencarkan produksi dan menyiapkan stok. Sebaliknya, ketika pasar memasuki fase booming, fokus utama kami bergeser pada distribusi unit ke pelanggan, karena pada fase tersebut waktu dan kapasitas produksi sering kali tidak lagi mencukupi untuk mengejar lonjakan permintaan secara instan.
Pola ini telah kami pahami dan jalankan selama bertahun-tahun, termasuk saat menghadapi Pandemi Covid-19. Pada periode tersebut, Komatsu Indonesia tidak pernah menghentikan produksi dan tidak melakukan pengurangan karyawan. Operasional tetap berjalan, dan kami tidak menerapkan kebijakan no work no pay. Bagi kami, menjaga kontinuitas produksi dan stabilitas SDM merupakan kunci untuk memastikan kesiapan perusahaan saat pasar kembali tumbuh, sekaligus menjaga kepercayaan pelanggan dan keberlanjutan bisnis jangka panjang.

Bagaimana Bapak melihat gambaran dan arah perkembangan industri alat berat nasional ke depan?
Kami selalu menekankan kepada seluruh tim bahwa keberlanjutan industri alat berat tidak bisa dilihat dalam horizon jangka pendek. Bahkan, salah satu diskursus internal kami adalah bagaimana menjaga eksistensi Komatsu Group di Indonesia untuk 50 tahun ke depan. Ini bukan semata soal target tahunan atau siklus bisnis, tetapi tentang bagaimana sebuah perusahaan tetap relevan di tengah perubahan teknologi, pasar, dan kebutuhan pelanggan.
Sering kali kami sampaikan secara sederhana, tidak cukup hanya memikirkan masa kerja individu yang mungkin sebentar lagi pensiun. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana eksistensi perusahaan tetap terjaga lintas generasi. Kuncinya ada pada inovasi yang berkelanjutan. Tanpa inovasi, industri alat berat akan tertinggal, terlebih ketika tuntutan pasar semakin kompleks, baik dari sisi efisiensi, keselamatan, maupun keberlanjutan lingkungan.
Karena itu, Komatsu tidak memposisikan diri sekadar sebagai penjual produk. Kami tidak hanya menjual alat berat, tetapi menawarkan solusi menyeluruh kepada pelanggan—mulai dari perencanaan kebutuhan alat, efisiensi operasional, layanan purna jual, hingga dukungan teknologi yang membantu pelanggan meningkatkan produktivitas. Prinsip inilah yang kami pegang dan terangkum dalam tagline kami, “Provide The Best Solution for Customer” Pendekatan berbasis solusi ini kami yakini akan menjadi fondasi utama bagi daya tahan industri alat berat nasional di masa depan.


Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *