Headline Humaniora

Rasa Lapar Tak Bagus bagi Politisi



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Islam diturunkan Allah saat Jazirah Arab dikepung oleh peradaban Romawi dan Persia, yang gemerlap dengan simbol-simbol duniawi. Mereka membangun istana-istana dan memuja permata.

Rasulullah tak pernah membangun istana, dan tak pernah tertarik terhadap permata. Manusia mulia itu membangun akhlak dan kebersihan jiwa.

Boleh jadi kesederhanaan fisik lebih kondusif bagi penyucian jiwa. Boleh jadi ketika aspek fisik ditonjolkan ke depan, aspek spiritual terdesak ke belakang. Boleh jadi rasa lapar tak bagus bagi para politisi, seperti kata Einstein. Tapi para nabi, para sahabat dan para wali, dengan sengaja, penuh kesadaran dan kesabaran mengakrabi perihnya rasa lapar.

PUASA  BERSIHKAN HATI

Hidup memang tak pernah membebaskan kita dari kebutuhan. Tak pernah membebaskan manusia dari hasrat, dari nafsu dan keserakahan. Ketika perut penuh terisi, hati kita cenderung menjadi tumpul. Mungkin karena itu, puasa mampu lebih mendekatkan kita kepada Maha Pencipta. Kelaparan, mungkin lebih dekat pada kematian, membuat kita lebih peka, sensitif dan peduli sesama. Karena itu rasa lapar bisa membersihkan hati dan menebalkan iman.

Simak peradaban modrern, sahabat. Kita masih menyaksikan negara produsen membuang hasil pertanian, karena produksi berlebih dan harganya jatuh, sementara di ujung dunia yang lain, barisan generasi kurang gizi membetot rasa haru siapa pun yang masih memiliki rasa welas asih. Di sekitar kita, kita dengan mudah menemukan orang orang gendut yang alergis terhadap banyak jenis makanan halal, sementara tak jauh dari situ kita juga menyaksikan sebagian yang lain mengais di tumpukan sampah agar tidak mati kepalaran.

Para sahabat yang menjadi makmum merasa aneh ketika pada suatu hari, saat menjadi imam sholat, gerakan Rasulullah terlihat lamban dan sukar, seakan beliau sedang memikul beban berat di bahunya, dan pada setiap gerak terdengar suara gemertak, seakan suara sendi yang bergeser. Sahabat Umar, yang berdiri di shaf pertama, yang tidak tahan melihat keadaan beliau, langsung bertanya setelah selesai sholat :

“Yaa Rasulallah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Anda sakit yaa Rasulallah?”
“Tidak, Umar. Alhamdulillah, saya sehat dan segar,” jawab beliau.
“Tapi ya Rasulallah… mengapa setiap kali baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh baginda?”

MENAHAN LAPAR

Rasulullah mengangkat jubahnya.. Perut beliau yang tipis kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh beliau.

Dengan cinta yang dalam dan rasa haru yang meleleh, para sahabat bertanya: “Ya Rasulallah, seandainya kami diberitahu keadaan baginda yang lapar, kami tentu dapat memperoleh sekedar makanan untuk mengganjal perut baginda”

Beliau menjawab dengan lembut dan senyum, ”Tidak para sahabatku. Saya tahu, apa pun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah yang akan saya jawab di hadapan Allah nanti, apabila saya sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya?.Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini, dan, lebih-lebih, tidak kelaparan di akhirat.”.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id.

Berita Lainnya