Headline Humaniora

Inilah Cerita Halusinasi yang Melahirkan Jakarta Weltevreden



single-image
INDOWORK.ID, JAKARTA: Memandangi tembok batu bata disisakan tanpa polesan revitalisasi pada bekas pabrik gula De Tjolomadoe, Surakarta, Jawa Tengah, memicu penampakan sekaligus pencetus rasa pilu. Aha.., bulu kuduk pun berdiri.
Raja Mangkungara IV, tahun 1861, merespons problem perekonomian menempuh ikhtiar mendirikan pabrik gula. Pria asal Jerman, R. Kampf, diberi tugas penanggung jawab pembangunan juga menjalankan aktivitas administratur prabrik. Manismya gula berefek fulus mengucur deras masuk kas negara.
Perjalanan waktu, era NKRI sekira tahun 1998, pabrik tidak lagi mampu berproduksi. Tutup. Bangunan pun rentang waktu 20 tahun merana.
Belakangan, tahun 2017, pemerintah melalui proses revitalisasi mengubah peruntukan. Area plus bangunan yang sempat dirasa angker ini, sekarang tampil kereen.
Lebih-lebih karena difungsikan untuk tujuan wisata cagar budaya. Bisa mengendorkan kepenatan syaraf wisatawan yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Perihal bulu kuduk berdiri lantaran ada rasa penampakan leluhur tengah berjerih payah menuruti perintah mandor. Mewujudkan kemauan bos besar mendirikan pabrik.
Banyak yang kelelahan. Langkah terseok-seok saat mengangkat beban. Ada pula yang terjengkang.

ORNAMEN ISTANA

Penampakan serupa, sempat pula muncul manakala berada di sekitar Istana Negara dan Istana Merdeka, Jakarta. Sekitar deretan ornamen nan megah berikut hamparan ruang terbuka hijau asri dirimbumi pohon akasia tua pada bagian tengah kompleks, berkelebatan wajah-wajah letih.
Gerak mimik mengisaratkan pesan bahwa beliau-beliau adalah leluhur yang dulu, sejak tahun 1796, dikerahkan mendirikan istana di Kawasan Weltevreden atas perintah sang penguasa yaitu Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten. Pembangunan rampung tahun 1804, era Gubernur Jenderal Johannes Siberg.
Bersama hulu-balang penguasa pada masanya, hingga kini mereka bertahan sebagai ‘penghuni’ tetap.
Ampun .., Emak! Inikah yang dikategorikan halusinasi itu?

PENCETUS HALUSINASI

Sejumlah pakar kejiwaan mendefinisikan haluninasi merujuk pada kondisi perasaan individu terhadap stimulus penglihatan, pendengaran, sentuhan dan atau aroma, padahal salah karena di alam nyata tidak ada!
Pencetus halusinasi antara lain menyebut dampak kurang tidur. Stadium setiap penderita bisa beda.
Yo wes rapopo. Sing penting kembali waras. Ser …

TENANG dan PUAS

Penulis, paling kiri, inisiator Jakarta Weltevreden

Cagar budaya dapat pula dipahami sama dengan warisan berharga bagi generasi penerus. Bahkan, banyak pihak percaya bila menyalahgunakan peninggalan bertuah leluhur seperti sedang menggali sumber bencana, maka dari itu sebaiknya tidak. Justru kudu menjaga kelestariannya demi meraih berkah dari masa ke masa.

Penamaan Weltevreden oleh Anthonij Paviljoun, seorang pengembang masa Koloni VOC. Sejak tahun 1648, Paviljoun memprakarsai pembangunan permukiman sekaligus tempat peristirahatan ini, untuk orang-orang Eropa. Berjarak sekitar 10 Km ke arah selatan – pinggiran Kota Batavia, Hindia Belanda.
Menyimak data Wikipedia bahwa pengertian Weltevreden – bahasa Belanda, berarti suana tenang dan puas. Letaknya saat ini membentang dari RSPAD Gatot Subroto hingga Museum Gajah.

ASPIRASI ARUS BAWAH

Para pendiri Jakarta Weltevreden dengan jurus Jalan Enam
Aktualisasi Kawasan Weltevreden erat dengan amanat UU No. 3/2022 tentang Ibu Kota Negara pindah ke Kalimantan Timur. Jakarta tanpa gelar daerah khusus ibukota akan difungsikan untuk apa?
Sampai dengan hari ini belum ada UU pengganti yang mengatur status bekas ibukota negara ini.
Diskusi kelompok kecil dari kalangan Wong Cilik yang turut peduli warisan maha karya – peradaban tata kota, menyikapi untuk apa, oleh siapa, mengapa, dan bagaimana pemanfaatannya, membuahkan aspirasi. Arus bawah tersebut meghendaki agar penguasa menetapkan Kawasan Weltevreden sebagai destinaisi wisata bertaraf internasional.
Spiritnya – restorasi, inspirasi dan kolaborasi berkelanjutan lingkup cagar budaya. Berbasis ilmu pengetahuan. Berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat.
Semoga terkabul…
Ditulis oleh Toto Irianto, Founder Jakarta Weltevreden

Berita Lainnya