Bisnis Headline

Investor Pertanyakan Sistem Pre-Opening dan Pre-Closing di Aplikasi BEI



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Investor Ritel Hasan Zein Mahmud mempertanyakan fairness dari sistem pre-opening dan pre-closing yang diaplikasikan BEI.

Mantan Direktur Utama BEI (1991-1996) ini memiliki pengalaman buruk berkali-kali dengan pre opening, “ketika order jual saya yang diinput di sistem broker saat dini, jauh sebelum jam perdagangan dimulai tidak tertampung dalam transaksi, padahal harga pembukaan yang terjadi lebih tinggi dari order jual saya,” ujarnya.

Pempimpin BEI menyatakan keadaan itu terjadi karena latensi di sistem pialang. Padahal Hasan menggunakan salah satu pialang papan atas. Begitu kerdilkah kapasitas sistem suatu broker papan atas?

“Sudahlah. Saya terima dan pasrah. Orang akan menertawakan saya bila saya ngotot, saat kepentingan saya terkait di dalamnya,” tulis Hasan di media sosialnya (27/05/2021).

SAHAM BANK PENGGERAK IHSG, KO!

Hasan Zein Mahmud
Hasan Zein Mahmud

Peristiwa tutup pasar sore ini sungguh menggiriskan. Empat saham bank besar yang menggerakkan IHSG dibanting habis pada saat pre closing menggunakan keunggulan mereka. Keunggulan dalam skala memberi peluang mereka menjadikan sistem pre-closing sebagai mainan.

Saham BBCA yang lagi menanjak diseret turun dari harga sekitar 32.400 sebelum pre closing ke 31.350 menggunakan sistem pre closing. Dari hijau berubah seketika menjadi merah. Hal serupa terjadi juga pada saham BBRI, BMRI, dan BBNI. Empat bank berkapitalisasi paling besar di BEI, sebelum demam bank digital jadi pandemi para spekulan saham.

Sistem BEI menggunakan Dutch Auction yang pada pre-opening dan pre-closing. Dalam sistem itu, mengambil harga dengan peredaran paling banyak dari beberapa harga yang matched.

Mereka yang memiliki stok saham lebih besar dan uang lebih banyak, dengan leluasa menentukan harga melalui sistem itu.

Kesengajaan itu semakin kentara, karena pialang yang melakukan “guyuran” di empat saham itu adalah pialang yang sama.

“Selama ini saya berpegang teguh pada keyakinan bahwa well-functioning stock exchange, adalah bursa yang atomic. Ketika tak satu pihak pun seacara individual yang mampu – secara individual – menentukan harga.”

Anwar Nasution, puluhan tahun yang lalu mengatakan, “Capital market is the toy of the riches”. Mungkin para investor ritel perlu mengusulkan adanya bursa baru yang bisa beroperasi dan memperlakukan mereka secara lebih adil.

“Saya siap turun gunung, menyusun konsep bursa yang lebih adil itu, bila pemerintah dan otoritas membuka pintu,” tutup Hasan.

Peristiwa tutup pasar hari ini, Kamis 27 mei 2021 menunjukan bahwa lempar dadu menjanjikan outcome yang lebih adil.

Berita Lainnya