INDOWOKR.ID, JAKARTA: Industri alat berat merusak lingkungan melalui beberapa proses. Mulai dari polusi udara (emisi gas rumah kaca & partikulat), polusi air dan tanah (tumpahan oli & bahan kimia), kebisingan, deforestasi, erosi tanah, dan kerusakan habitat akibat aktivitas konstruksi, pertambangan skala besar, yang mengancam keanekaragaman hayati dan kualitas sumber daya alam.
Berdasarkan analisis dan dikusi redaksi Indowork.id, yang digelar hari ini, Senin, 29 Desember 2025, di Jakarta, peran utama industri alat berat dalam merusak lingkungan adalah memfasilitasi proyek besar, namun operasioalnya menimbulkan dampak negatif yang signifikan tanpa mitigas yang tepat. Diskusi digelar dalam rangkaian analisis redaksi terhadap kejahatan lingkungan yang terjadi di Sumatra sehingga mengakibatkan musibah yang melanda Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Seperti diketahui bahwa kejahatan lingkungan di Sumatra hingga Senin, 29 Desember 2025, telah menelan korban banjir dan longsor yang mencapai 1.138 Jiwa dan hampir 450.000 warga masih mengungsi.
PERCEPAT KERUSAKAN

Seperti diketahui bahwa kerja alat berat untuk memotong pohon mencakup berbagai mesin seperti feller buncher (menebang dan mengumpulkan, harvester (menebang dan mengukur, memotong) excavator dengan attachment khusus (wood crab atau pemotongan hidrolik) dan alat bantu seperti chainsaw (gergani rantai), gunting pohon (tree shear), dan buldozer (menggusur tunggul dan pohon).
Alat-alat tersebut dirancang untuk efisiensi tinggi dalam penebangan skala besar, dengan fungsi mulai dari memotong batang hingga membersihkan cabang. Namun di sisi lain, justru makin mempercepat kerusakan lingkungan.
Dalam diskusi tersebut juga terungkap bahwa dampak utama industri alat berat terhadap lingkungan perlu diantisipasi sehingga tidak makin memperparah kerusakan lingkungan. Kesimpulan dalam diskusi tersebut adalah sbb:
Pertama, polusi udara dan perubahan iklim karena mesin diesel alat berat menghasilkan CO, CO2, NOx, dan partikulat yang mencemari udara, berkontribusi pada pemanasan global, dan menyebabkan masalah kesehatan (ISPA, asma).
Kedua, degradasi tanah dan erosi karena penggalian dan pemindahan tanah skala besar merusak struktur tanah, meningkatkan risiko erosi, sedimentasi, dan longsor.
Ketiga, pencemaran air dan tanah akibat dari tumpahan oli, bahan bakar, dan limbah kimia dari alat berat dapat mencemari tanah dan sumber air (sungai, danau, sumur).
Keempat, kebisingan yaitu suara keras dari mesin alat berat mengganggu ketenangan dan kehidupan satwa liar di sekitar lokasi proyek.
Kelima, deforestasi dan kerusakan ekosistem pada pembukaan lahan untuk konstruksi seringkali melibatkan penebangan pohon besar-besaran, merusak habitat flora dan fauna.
Keenam, penurunan produktivias lahan sebagai akibat dari aktivitas alat berat di area pertambangan atau pertanian dapat menurunkan kesuburan dan kapasitas lahan produktif dalam jangka panjang.
Semua itu terjadi karena keteragangan bahan bakar fosil. Sebagian besar alat berat masih mengandalkan mesin diesel. Selain itu, juuga terjadi akibat skala operasi di mana proyek infrastruktur dan pertambangan membutuhkan penggalian dan pemindahan material yang sangat besar.
Penyebab lainnya adalah kurangnya reklamasi karena bekas galian sering ditinggalkan tanpa upaya reklamasi yang memadai.
Dalam diskusi yang diikuti oleh sejumlah wartawan senior, peneliti, pekerja media massa dan pegiat media sosial tersebut memberikan solusi sebagai berikut:
- Penggunaan alat berat yang lebih efisien energi/listrik.
- Penerapan praktik berkelanjutan (ESG).
- Perawatan rutin untuk mencegah kebocoran.
- Penghijauan kembali lahan (reklamasi) pasca-operasi.


Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *