INDOWORK.ID, JAKARTA: Menyusuri sungai Ciliwung, dari titik nol Jakarta, warga janganlah bingung, rawat lingkungan penuh cinta. Begitu pantun yang saya sampaikan kepada kepada Sunardi, Lurah Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ia girang lantaran pada pelarungan di perahu pada acara Semangat Ciliwung 2025, merupakan pengalaman pertamanya.
Semangat Ciliwung 2025 bertema Selamatkan Sungai, Selamatkan Generasi: Ciliwung untuk Kehidupan. Panitia menggelar program pelatihan arum jeram, water rescue, dan arung edukasi Ciliwung. Untuk program terakhir, Sunardi mengarungi Ciliwung mulai dari Jakarta Titik Nol yang berlokasi di Kampung Sawah RT 001 RW 02 hingga ke kafe milik Solihin Said Saten yang berlokasi di RT 006 RW 02.
Sunardi yang baru dilantik 3 hari lalu oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo sebagai lurah Srengsengsawah, merasakan pengalaman baru. “Saya sudah tiga kali menjadi lurah di wilayah Jakarta Selatan, ini pengalaman pertama,” kata ayah dua anak itu pada Sabtu, 8 November 2025.
Ia terkenang akan kampung halamannya di Bima, Nusa Tenggara Barat. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) sungai banjir, maka ia pun berenang bersama teman-temannya.
Dalam menyusuri sungai Ciliwung Sunardi naik perahu karet, didampingi oleh Ketua RW 01 Rahmat Maing, dan Anggota Lembaga Masyarakat Kelurahan (LMK) Fauzan H. Fauzi.
Ketua Yayasan Ciliwung Bambon Lestari Asdat Syahadat M. Nur mengatakan bahwa program yang digelarnya berfokus pada edukasi dan pelestarian lingkungan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat terbantu atas kerja sosial anak Betawi tersebut. Namun hingga kini belum ada bantuan dana dari pemerintah.
JUARA TINGKAT KOTA

Asdat menjelaskan bahwa sedikitnya empat pemuda dari RW 02 Kampung Sawah, dua dari RW 01 dan seorang dari RW 03 yang mewakili komunitasnya meraih juara dalam lomba tingkat kota Jakarta Selatan. Mereka tampil diperkenalkan sebagai remaja yang berprestasi.
Harapan mereka dapat ikut menjadi peserta dalam Pekan Olah Raga Nasional untuk cabang mendayung di sungai. Asdat mengharapkan Jakarta dapat menjadi tuan rumah dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2026. “Cabang mendayung dapat digelar di sungai ini,” kata ayah lima anak tersebut.
Sebelum mengarungi sungai Ciliwung, acara dibuka dengan menyayikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sunardi memberikan sambutan dan pengarahan. Para pejabat dan tokoh masyarakat menanam pohon di tepian Ciliwung. Sunardi menanam pohon rambutan, saya menanam mangga, dan Rahmat pohon jengkol.
Panitia menjelaskan mekanisme pelarungan, mencermati simulasi peserta lomba, dan menceritakan sejarah Ciliwung hingga harapan kepada pemerintah derah untuk lebih membantu kerja sosial mereka. Tampak para peserta terdiri dari anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar hingga mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi a.l. Universitas Islam Negeri (UIN), Jakarta, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan IBI Kosgoro.
MELEPAS IKAN

Udara di Kampung Sawah yang cerah itu makin terasa alami lantaran terdengar gemericik sungai Ciliwung berpadu dengan kicau burung. Mereka seolah menyambut langkah para relawan yang datang dengan semangat menjaga alam. Selain itu, acara juga dihiasi dengan pelepasan ikan mujahir.
Di tepi sungai, tampak Cang Asdat, begitu panggilan akrabnya, sibuk menyiapkan perahu karet berwarna oranye, khas kota Jakarta. Tangan-tangan para relawan turut membantu, memastikan setiap pelampung dan helm siap digunakan untuk menyusuri sungai yang tampak ada sampah.
“Sedikitnya 70 peserta ikut mengarungi sungai hari ini,” kata Cang Asdat yang jago teknologi informasi.
Dengan nada tegas namun hangat, ia menambahkan pesan sederhana. “Hati-hati, jaga keselamatan. Lingkungan wajib dijaga, keselamatan paling utama,” ucapnya bersemangat.
Bagi Cang Asdat, menjaga sungai bukan sekadar kegiatan sosial, tetapi bagian dari tanggung jawab terhadap bumi. “Sungai ini sumber kehidupan, jangan biarkan ia mati.”
NGOPI DI CAFE BANG COIN

Sebagai anak Betawi ia punya tanggung jawab moral menjaga warisan dari engkong dan neneknya. Bagi orang Betawi, Ciliwung adalah sumber kehidupan. Ia merupakan infrastruktur utama sebagai alat transportasi dari Bogor hingga ke Manggarai, Jakarta Selatan.
Di tengah pengarungan, peserta sempat beristirahat di kafe milik Solohin alias Bang Coin. Digelar talk show dan dilanjutkan mengarungi Ciliwung hingga ke markas Komunitas Ciliwung Bambang. Dahulu, lokasi ini dikenal sebagai Pangkalan Haji Samat.
Sunardi mendengarkan penjelasan saya tentang sejarah Ciliwung, cerita Kampung Sawah sejak 1960-an hingga tokoh-tokoh masyarakat dan warga yang masih famili antarsatu dan lainnya. “Pongkolnya cuma tiga engkong, yaitu Kong Radjimin, Kong Daud, dan Kong Saten.”
Bang Coin yang generasi keempat Kong Saten dan saya generasi kelima Kong Radjimin mengenang masa kecil di sungai Ciliwung. Seusai talk show, saya menutupnya dengan pantun. Tampak Pak Lurah mencermati.
Kupas kelapa jangan dibelah, kalau dibelah airnya rumpah, Ciliwung bebas dari sampah, insya Allah membawa berkah.
*) Ditulis oleh Lahyanto Nadie, Redaktur Khusus Indowork.id


Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *