INDOWORK.ID, JAKARTA: Syukuran atas peluncuran buku 50 Tahun Industri Alat Berat Menjadi Pemain Dunia digelar di Restoran Kahyangan by Pagi Sore di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, penuh kenikmatan. Ucapan penulis buku ini, Agus Tjahajana Wirakusumah ditimpali Pratjojo Dewo Sridadi yang menyentuh hati, makin nikmat lantaran melahap gulai kepala kakap.
“Terima kasih atas kerja sama yang baik sehingga buku dapat selesai tepat waktu. Semoga bermanfaat bagi pembaca khususnya generasi penerus kita,” tulis Agus dalam buku yang diberikan kepada saya, Jumat, 7 November 2025.
Pratjojo mengaminkan doa tersebut. “Terima kasih untuk kebersamaan dan persahabatan kita,” tulis Pratojo.
Saya membalasnya dengan menyitir syair lagu Sahabat karya Rhoma Irama. “Mencari teman memang mudah, apabila untuk teman suka. Mencari teman tidak mudah, apabila untuk teman duka. Banyak teman di meja makan. Teman waktu kita jaya. Tetapi di pintu penjara, di sana teman tiada…”
PENUH WARNA

Begitulah suasana akrab menguar. Obrolan tentang suka duka menulis buku, mulai dari perencanaan, riset, liputan, penulisan, penyuntingan, percetakan hingga peluncuran penuh warna. Semua peristiwa itu terekam dari jepretan fotografer Ferdiansyah Djoenadi.
Ketika membuka lembaran album foto, tampak wajah direktur Pustaka Kaji Hamzah Ali sedang cemberut. “Cerita dong tentang foto cemberut itu,” kata Agus.
Rupanya Hamzah yang juga bertugas melakukan riset tentang sejarah industri alat berat, tak menemukan materi yang dicari. Ia begadang hingga pukul 02.30 dinihari. Sementara tenggat terus mengejar. Ketika rapat pagi hari, ia masih mengantuk. Sementara perdebatan mengenai isi makin menguat. “Itulah sebabnya Hamzah cemberut,” kata saya.
Lain lagi cerita Zaenal Aripin yang bertugas meliput ke setiap pabrik. Ia punya kenangan lucu ketika bergaya di bawah ban dumtruck yang tingginya dua kali tubuhnya yang mungil, 150 cm. Tentu saja ia tampak semakin mungil.
NYARIS SEMPURNA

Muhammad Furqon, yang menangani desain cover dan lay out, merasakan pengalaman baru dalam memproduksi buku ini. “Desain berubah hingga belasan kali,” katanya. Tapi ia puas, dengan kecermatan Agus dan Pratjojo, buku terbit nyaris sempurna.
Hamzah yang flamboyan, berkomentar bahwa buku kedua karya Agus dapat mengantarkan mantan Sekjen Departemen Perindustrian itu meraih gelar doktor. “Dengan bekal dua buku, dapat mengajukan program doktoral di perguruan tinggi. Jadi hanya butuh satu semester,” katanya.
Sebelumnya Agus menulis buku Industri Otomotif untuk Negeri Menjadi Pemain Utama Era Mobil Listrik.
Cerita lucu lainnya adalah tentang Pratjojo. Ia adalah eksekutif puncak di PT Komatsu Indonesia. Namun ketika ditanyakan kepada mesin artificial intelligence (AI), yang muncul “Pratjojo adalah seorang penulis buku.” Ada perubahan mendadak dari seorang eksekutif menjadi penulis. Pratjojo tertawa riang. Ia lalu bercerita tentang pertanyaan eksekutif di Jepang. Setelah pensiun apa yang dikerjakan? Rupanya jawabannya dapat dijawab dengan baik oleh AI.
Seusai menikmati aneka menu masakan padang, mulai dari rendang, talua barendo, ayam pop, kerupuk jange, daun singkong, teri, jariang, tunjang, udang, tentu ada yang menjadi terfavorit. “Kepala kakapnya enak,” kata Agus. Syukuran buku alat berat, makin lengkap dengan gulai kepala kakap.
*) Ditulis oleh Lahyanto Nadie, Redaktur Khusus Indowork.id


Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *