Demokrasi, Kampanye Jokowi Jadi Pembenar Kecurangan Pemilu

INDOWORK.ID, JAKARTA:  Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal presiden dan menteri dapat berpihak potensi jadi pembenar kecurangan pemilu oleh pejabat dan aparatur negara. Hal itu disampaikan dalam siaran pers Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem)

Rabu, 24 Januari 2024, Jokowi menyatakan bahwa presiden dan menteri boleh berpihak di dalam pemilihan presiden, sepanjang tidak menggunakan fasilitas negara. Presiden juga menyatakan ini terkait dengan hak politik warga negara dan jabatan politik yang dipegang oleh masing-masing pejabat negara.

Merespon pernyataan Jokowi tersebut Perludem menyatakan sikap sebagai berikut:

Pertama, pernyatan presiden sangat dangkal, dan berpotensi akan menjadi pembenar bagi ia sendiri, Menteri, dan seluruh pejabat yang ada di bawahnya, untuk aktif berkampanye dan menunjukkan keberpihakan di dalam Pemilu 2024.

Apalagi Jokowi jelas punya konflik kepentingan langsung dengan pemenangan Pemilu 2024, sebab anak kandungnya, Gibran Rakabuming Raka adalah Calon Wakil Presiden Nomor Urut 2, mendampingi Prabowo Subianto. Padahal, netralitas aparatur negara, adalah salah satu kunci mewujudkan penyelenggaraan pemilu yang jujur, fair, dan demokratis;

Kedua, pernyataan Jokowi dipastikan hanya merujuk pada ketentuan Pasal 281 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2017 yang berbunyi:
“Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan Presiden, Wakil Presiden, Menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota harus memenuhi ketentuan:

a. Tidak menggunakan failitas dalam jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat negara ebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan; dan

b. Menjalani cuti di luar tanggungan negara.

Ketiga,  di dalam UU No. 7 Tahun 2017, khsusnya di dalam Pasal 282 UU No. 7 Tahun 2017 terdapat larangan kepada “pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala desa dilarang membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta pemilu selama masa kampanye”.

Dalam konteks ini, Jokowi dan seluruh menterinya jelas adalah pejabat negara, sehingga ada batasan bagi presiden dan pejabat negara lain. Tentui saja termasuk menteri untuk tidak melakukan tindakan atau membuat keputusan yang menguntungkan peserta pemilu tertentu, apalagi dilakukan di dalam masa kampanye.

PELANGGARAN PEMILU

Dalam konteks ini, jika ada tindakan presiden, apa pun itu bentuknya, jika dilakukan tidak dalam keadaan cuti di luar tanggungan negara, tetapi menguntungkan peserta pemilu tertentu, itu jelas adalah pelanggaran pemilu. Termasuk juga tindakan Menteri, yang melakukan tindakan tertentu, yang menguntungkan peserta pemilu tertentu, itu adalah pelanggaran kampanye pemilu.

Apalagi tindakan itu dilakukan tidak dalam cuti di luar tanggungan negara;

Keempat, di dalam Pasal 283 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2017 juga terdapat ketentuan yang mengatur soal pejabat negara yang serta aparatur sipil negara yang dilarang melakukan kegiatan yang mengarah kepada keperbihakan kepada peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah kampanye. Ketentuan itu berbuyi “Pejabat negara, pejabat structural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye”.

Ketentun ini jelas ingin memastikan, pejabat negara, apalagi selevel presiden dan Menteri untuk tidak melakukan kegiatan yang mengarah pada keberpihakan pada peserta pemilu tertentu. Bahkan larangan itu diberikan untuk ruang lingkup waktu yang lebih luas, sebelum, selama, dan sesudah kampanye. Kerangka hukum di dalam UU Pemilu dapat disimpulkan ingin memastikan semua pejabat negara yang punya akses terhadap program, anggaran, dan fasilitas negara untuk tidak menyalahgunakan jabatannya dengan menguntungkan peserta pemilu tertentu.

MENARIK PERNYATAAN

Berdasarkan uraian diatas, kami mendesak untuk segera:
Pertama, Jokowi menarik pernyataan bahwa presiden dan menteri boleh berpihak, karena ini akan berpotensi menjadi alasan pembenar untuk pejabat negara dan seluruh aparatur negara untuk menunjukkan keberpihakan politik di dalam penyelenggaraan pemilu, dan berpotensi membuat proses penyelenggaraan pemilu dipenuhi dengan kecurangan, dan menimbulkan penyelenggaraan pemilu yang tidak fair dan tidak demokratis;

Kedua, mendesak Bawaslu untuk secara tegas dan bertanggungjawab menyelesaikan dan menindak seluruh bentuk ketidaknetralan dan keberpihakan aparatur negara dan pejabat negara, yang secara terbuka menguntungkan peserta pemilu tertentu, dan menindak seluruh tindakan yang diduga memanfaatkan program dan tindakan pemerintah yang menguntungkan peserta pemilu tertentu;

Ketiga, mendesak kepada seluruh pejabat negara, seluruh apartur negara untuk menghentikan aktifitas yang mengarah pada keberpihakan, menyalahgunakan program pemerintah yang mengarah kepada dukungan pada peserta pemilu tertentu.

MENCERNA PROGRAM

Hasan Zein Mahmud

Ekonom Hasan Zein Mahmud mengatakan bahwa masyarakat  berharap terlalu banyak dari demokrasi. Demokrasi adalah permainan well-educated society. Lebih dari itu, demokrasi mana mungkin subur di tengah masyarakat yang miskin dan lapar.

“Kita berharap rakyat menyimak jejak rekam calon.”

Mencerna program program yang ditawarkan. Mereka harus melakukan itu dalam keadaan perut kosong dan lapar. Lalu ada tangan menjulur menanggulangi sesaat rasa lapar, walau pun dengan pemberian yang tak tulus.

“Mampukah kita menyalahkan mereka? Akua tak mampu. Tidak tega! Yang harus kita kutuk adalah politikus pengusaha dan pengusaha politikus yang memberi dengan motif dan untuk tujuan transaksi politik,” ujarnya.

Gibran Mempermalukan Diri Sendiri

INDOWORK.ID, JAKARTA: Saya berjalan kaki dari stasiun Gondangdia, ke Gedung Dewan Pers di Jalan Kebon Sirih, Jakarta. Pusat. Seorang pedagang media cetak menjajakan koran Warta Kota. Terlihat judul laporan utama koran itu, “Gibran Mempermalukan Diri Sendiri.”

Debat keempat Pilpres 2024 yang diikuti tiga calon wakil presiden, Minggu (21/1) malam, berlangsung sengit. Selain adu gagasan, bak ‘ladang ranjau’, provokasi juga bertebaran sepanjang sesi.

Suara.com menulis, di antara ketiga peserta, analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo, menilai Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakbuming Raka yang tampil paling provokatif.

Sebab, pasangan Prabowo Subianto tersebut beberapa kali terlihat melempar provokasi kepada Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar maupun Cawapres nomor urut Mahfud MD.

Setiap kali Gibran menjawab, satu atau dua kalimat pendahuluannya selalu mengomentari lawannya. “Tujuannya ya mengejek atau memprovokasi secara emosional,” kata Kunto.

Gibran, contohnya, sempat menyindir penggunaan botol plastik oleh Muhaimin Iskandar yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan hidup.

Tapi, Gus Muhaimin juga tidak bertindak defensif, malainkan membalas serangan dengan melemparkan provokasi mengenai Mahkamah Konstitusi.

Dalam siaran radio Dakta Bekasi pagi ini, Selasa, 23 Januari 2024, yang bertema “Debat Rasa Cerdas Cermat,” terungkap bahwa dalam debat tak muncul substansi yang berkualitas. Lebih banyak gimik yang dimunculkan oleh masing-masing Cawapres.

Debat Cawapres, Mereka bukan Negarawan

INDOWORK.ID, JAKARTA: Gibran Rakabuming Raka bukan sosok negarawan. Tapi seorang yang berusaha menutupi kekurangannya dengan memakai istilah njelimet biar kelihatan pintar.

Dia gunakan alibi kosong untuk menutupi ketidaktahuan dia kemudian menyerang lawan diskusinya. Secara personal bukan pada inti gagasannya.

Contohnya soal bio regional. Gibran malah bahas botol plastik. Kemudian soal greenflation, whatever yang nampak disengaja untuk merontokkan Prof. Mahfud MD.

DAPAT BOCORAN?

Kita menyimak bahwa selama debat nampak Gibran sangat text book hingga muncul dugaan, jangan-jangan Gibran sudah tahu bocorannya atau paling tidak kisi-kisinya. Jadi dia sangat lancar menjelaskan aneka aspek tapi hanya di kulitnya saja. Tidak pada detilnya.

Simak jawabannya ketika ajang tanya jawab.

Simak gaya ngeles dia soal hak adat dan redistribusi tanah.

Bener-bener norak.

Tingkahnya begitu liar “menghajar” dua lawannya.

So pathetic…

Namun itu yang nampaknya diarahkan konsultan dia. Serang pribadi jika tidak mampu jawab dengan dampak yang minimal.

DENDAM TERBALASKAN

MUHAIMIN ISKANDAR, Foto: Kaltim Today

Publik kemudian diarahkan dengan banjir opini buatan “para kakak pembina” bahwa apa yang dilakukan Gibran terhadap Cak Muhaimin Iskandar dan Prof Mahfud adalah dendam yang terbalaskan tuntas atas perlakuan Ganjar dan Anies terhadap Prabowo soal skor Kemenhan.

Dan tentunya kita setuju pada Cak Imin bahwa forum debat soal kebijakan bukan soal tebak-tebakan.

Tapi dia juga lakukan plot twist.

PERTANYAAN RECEHAN

Lalu apakah Cak Imin dan Prof. Mahfud menunjukkan kenegarawanan?

Tidak juga. Karena keduanya pun sama dodolnya. Prof Mahfud bilang pertanyaan Gibran recehan.

Sementara Cak Imin terpancing emosinya hingga keluar kata ijazah palsu.

Tapi jika diperingkatkan, jelaslah Gibran yang paling lemah sisi ke-negara- wan.

Dia lebih tampil sebagai penyerang bergaya oposan recehan.

Tentu pendukungnya mengatakan begitulah anak muda dengan pemikiran yang progesif menghadapi kecenderungan debat Paslon Capres makin menguliti pribadi bukan program.

Namun sebagai Golputer, kita memandang bahwa Indonesia tidak membutuhkan sosok seperti dia.

Kita butuh figur negarawan. Yang tidak hanya mampu menjelaskan program dengan gamblang tetapi juga menghargai pandangan berbeda dari pihak lawan.

Politisi yang negarawan akan melihat lawannya bahwa meski berbeda pandangan dan program, namun dia dan lawan-lawannya berkomitmen sama.

Yakni sama-sama mencintai negerinya serta berkomitmen mensejahterakan rakyat yang berusaha direbut hatinya untuk memilihnya.

Jadi meskipun berbeda, semua kandidat harus dihormati sebagai sosok yang punya komitmen sama. Yakni memajukan Indonesia dan rakyatnya.

Sebagai Golputer, saya memandang baik capres maupun cawapres yang sedang bertarung tidak menunjukkan kualitas negarawan.

Negeri ini tidak pernah dipimpin oleh seorang negarawan. Tapi penjaga kepentingan kaum oligarkis dan pengusaha gede-gedean.

KECUALI HABIBIE

BJ Habibie

Pengecualian pada Presiden B.J. Habibie yang sangat disayangkan hanya memerintah seumur jagung.

Jadi debat yang ada cuma ajang Drakor semata.

Sebagai hiburan belaka.

Sebagai tissue yang digunakan sejenak kemudian dibuang menjadi sampah. Tanpa ada makna kecuali hiburan saling hujat di media sosial.

Karena akhirnya kita sudah tahu.

Siapa pun yang kalah.

Siapa pun yang menang.

Siapa pun yang melecehkan.

Siapa pun yang merecehkan.

Pada akhirnya akan bersatu dalam pemerintahan.

Jadi kenapa saling hujat-hujatan.
Wong hasilnya sudah ketahuan..

Yang kita dapatkan ya kelas-kelas debat capres dan cawapres yang recehan itu.

****
Apa inti dari semua ini ?

Politisi itu jauh di luar kehidupan kita.
Sementara kita berada di pusaran keluarga kita.

Harusnya kita fokus saja pada kesejahteraan dan kejayaan keluarga kita sendiri.

Dengan demikian, aneka kebijakan yang merugikan akibat kebijakan pemerintah yang jauh dari sisi kenegarawan tidak berimbas kepada kita dan keluarga.

Jika ada untung dari kebijakan pemerintah ya kita ambil karena kita bayar pajak.

Yang negatif apalagi berurusan dengan hukum ya dijauhkan..

Sebab susah cari keadilan serta kesetaraan jika negara ini tidak dipimpin dan dikelola oleh para individu yang punya karakter sebagai seorang negarawan.

*) Ditulis oleh Budi Setiawan, wartawan senior.

 

Petugas Partai, Terjebak Persepsi Lupa Substansi

INDOWORK.ID, JAKARTA: Kita sering terjebak pada persepsi sempit dalam memaknai sebuah terminologi. Lalu abai dan lupa pada substansi. Saya ingin berceloteh tentang terminologi petugas partai.

Pertama, menurut konstitusi, calon presiden diajukan oleh parpol atau gabungan parpol. Jadi calon presiden sudah pasti petugas partai. Tapi jangan lupa, pintu akhir ke singgasana kuncinya di tangan rakyat.

Parpol cukup mengantar sampai ke depan pintu gerbang itu. Jadi seorang presiden, apalagi seorang kepala negara bukan lagi petugas partai semata. Lebih dari itu. Seorang presiden adalah petugas rakyat. Petugas rakyat!

Kedua, jauh lebih penting dari formalitas UUD, adalah substansi. Tugas apa? Kalau tugasnya hanya untuk memperbesar upeti kepada partai, membuat partai menjadi lebih kaya, membuka akses eksklusif bagi petinggi partai, mengangkat ketua partai ke tingkat kultus individu, maka seorang pemimpin yang memiliki integritas akan menolak. Wajib menolak.

Tapi kalau tugasnya adalah membangun bangsa, menyejahterakan rakyat, maka persetan siapapun yang memberi tugas. Laksanakan! Itu tugas seorang presiden. Tugas mulia yang harus dilaksanakan dengan cara yang mulia.

Seorang cendekiawan hanya tunduk pada kebenaran. Seorang negarawan punya prioritas loyalitas. Kepentingan negara diletakkan paling atas. Titik.

Tuanku adalah rakyat
Jabatan hanya mandat

Semoga bukan gimik sesaat
Bukan cuma topeng hasrat syahwat
Umpan pemikat
Agar rakyat terjerat

Semoga bukan gimik sesaat
Tapi betul suatu tekad bulat
Untuk berbaiat kepada rakyat
Mari sahabat kita lihat.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Jelang Debat Cawapres, Begini Pesiapan Cak Imin, Gibran, dan Mahfud

INDOWORK.ID, JAKARTA: Menjelang debat kedua cawapres atau keempat untuk pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, para kandidat punya gaya masing-masing.

Pada pukul 17.45,  Muhaimin Iskandar didampingi oleh Anies Baswedan menikmati santapan sore di restoran menjelang shalat maghrib. Sementara itu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, belum diketahui sedang melakukan apa karena wartawan yang menunggu di luar tak mengetahui kegiatan mereka. Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD tengah melakukan perjalanan ke Jakarta Convention Center (JCC) dari kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Pasangan AMIN didampingi istri masing-masing yang mengenakan pakaian putih-putih. Kerududung Ferry Ferhati, istri Anies, berwarna biru. Sementara istri Muhaimin yaitu Rustini Murtado mengenakan kerudung berwarna hijau muda.

Suasana di rumah Prabvowo Subianto tampak dijaga ketat sehingga belum diketahui apa yang dilakukan oleh Gibran.

DETIK DETIK JELANG DEBAT

Adu visi cawapres 2024 digelar hari ini, Ahad, 21 Januari 2024, di JCC Jakarta. Sejumlah stasiun televisi menyiarkan secara langsung detik-detik menjelang debat.

Anies mempimpin doa yang diaminkan oleh para pendukungnya. Ketika azan maghrib berkumandang, pasangan Anies-Muhaimin sudah berada di lokasi sehingga langsung shalat berjemaah. Sementara itu, Ganjar dan Mahfud MD sedang dalam perjalanan.

Pukul 18.54 pasangan Prabowo-Gibran tiba di JCC. Mereka mengenakan seragam biro telor asin dengan pantalon hitam. Sepatu Gibran berwarna putih dan Probowo hitam.

“Tidak ada persiapan khusus, justru banyak istirahat,” kata Gibran.

Ketika Prabowo ditanyakan soal pembekalan terhadap wakilnya, Menteri Pertahanan itu menjawab singkat. “Saya lihat beliau sudah menguasai persoalan,” kata bekas Danjen Kopassus itu.

“Bisa diatur waktu, santai aja,” kata gibran singkat menjawab pertanyaan ketika diwawancara reporter televisi tentang mengatur jadwal kampanye menjelang debat.

ANIES SALAMI PRABOWO

Anies dan Muhaimin tampil pertama disusul Prabowo-Gibran. Tampak Anies dan Muhaimin menyalami Prabowo-Gibran. Pasanngan Ganjar-Mahfud tampil kemudian. Keduanya menyalami pasangan nomor urut 1 sambil tersenyum. Anies menepuk pundak Ganjar.

Setidaknya ada enam tema debat cawapres 2024 keempat. Keenam tema tersebut adalah pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.

 

 

 

 

 

Program Food Estate Prabowo, Bagaimana Nasibnya Kelak?

INDOWORK.ID, JAKARTA: Program Food Estate, saya baca akan dilanjutkan. Bahkan dengan skala yang lebih besar di pulau lain (Papua).

Saya mau menitipkan beberapa catatan:

Pertama, program ekonomi harus dilakukan dengan pertimbangan/pendekatan ekonomi dengan bobot lebih besar ketimbang pertimbangan dan pendekatan politis. Butuh kajian kelayakan, kajian amdal dan kaijan lain yang relevan.

Kedua, karena itu, sebelum dilaksanakan perlu mendengar pendapat akademisi dan para ahli di bidangnya. Butuh peta jalan yang memadai, Juga pendapat masyarakat sekitar dan terdampak.

Ketiga, bagi saya, swasembada pangan harus melibatkan secara aktif para petani. Boleh saja mengembangkan pertanian dalam skala besar, bila layak, tapi tak kalah pentingnya program serius untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan rentabilitas petani.

Kendala yang dihadapi oleh mayoritas petani, seperti persoalan lahan yang terlalu sempit, teknologi yang terbelakang, dukungan infrastruktur, keterbatasan akses pasar dan akses finansial, perlu dicari solusi secara berkesinambungan.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Homoludens, Konser Sejuk di Tengah Panasnya Debat Pilpres

INDOWORK.ID, JAKARTA: Menjelang Pilpres Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar acara keren. Di tengahnya panasnya suasana menjelang pemilihan presiden, di kampus Rawamangun, Jakarta Timur, sejuk mengalun konser gitar yang bertajuk Homoludens.

Mengawali tahun ini, Ahad, 20 Januari 2024, Edura UNJ berkolaborasi dengan Nyong Alga  menggelar intimate concert dengan tajuk Hompoludens. Acara ini digagas atas inisiasi Unit Bisnis Edura UNJ dalam rangkaian income generating bagi universitas.

Edura UNJ adalah unit bisnis di bawah naungan Universitas Negeri Jakarta yang memiliki beberapa lini usaha antara lain event organizer, penerbitan/publikasi, media, keolahragaan, pelatihan, dan riset.

RAWAMANGUN GUITAR ANSAMBEL

Hamzah Ali, Direktur Pustaka Kaji

Menurut panitia dari Edura Hamzah Ali, konser ini juga menghadirkan beberapa pendukung yang tidak kalah meriahnya lewat penampilan Bintang Hendritama sebagai fingerstyle pre-opening, Timothy Revival April Torondek sebagai opening. “Ada juga penampilan dari Rawamangun Guitar Ansambel,” kata Hamzah yang juga Direktur Pustaka Kaji.

Hamzah Ali bin Amar Rusli adalah pengusaha muda kelahiran Jakarta, 13 Maret 1987. Ayah dari Euclid Hana Wijaya dan Amartya Hana Wijaya tersebut adalah lulusan Universitas Negeri Jakarta. Selain kerap menggelar event, ia juga rajin menulis buku dan memiliki hobi membaca. Gaya hidupnya adalah melalukan riset.

Ketika di tengah pertunjukkan, Nyong Alga bercerita bahwa dipilihnya tajuk Homoludens yang mempunyai arti manusia yang bermain. Dalam bermain ini ia bukan hanya bermain asal tetapi dengan keseriusan. “Jadi jika dijabarkan ini merupakan representasi aku ketika menekuni musik dengan sangat serius,” ujar Alga.

Konser ini menjadi puncak tertinggi dalam pencapaian kariernya. “Saya ucapkan terima kasih kepada Edura yang berhasil bekerja sama untuk dapat terwujud,” katanya.

Hamzah Ali menyampaikan bahwa konser musik ini menjadi gerbang pembuka, karena event yang banyak diminati sekarang ialah event yang bersifat hiburan dan salah satunya itu musik. “Ini merupakan salah satu cara untuk masuk ke dalam pusaran industri tersebut,” kata ayah dua anak itu.

Hamzah Ali bin Amar Rusli adalah pengusaha muda kelahiran Jakarta, 13 Maret 1987. Ayah dari Euclid Hana Wijaya dan Amartya Hana Wijaya tersebut adalah lulusan Universitas Negeri Jakarta. Selain kerap menggelar event, ia juga rajin menulis buku dan memiliki hobi membaca. Gaya hidupnya adalah melalukan riset.

Hamzah Ali yang juga Sekretaris Yayasan Jakarta Weltevreden itu, menyampaikan selamat kepada Nyong Alga atas konser pertamanya dan selamat juga kepada para panitia yang sudah bekerja dengan keras, tentu juga untuk para peserta yang sudah hadir selamat menyaksikan dan enjoy your time, ungkapnya.

BELAJAR SEJAK SD

Algafari Rizkyprima atau yang biasa dikenal dengan panggilan Nyong Alga lahir di Jakarta 2 Juni 1996. Mulai belajar gitar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar dengan ayahnya. Kemudian Nyong Alga mulai belajar menekuni gitar klasik di Yamaha Music School sejak tahun 2014 di bawah naungan bapak Suwarko hingga saat ini.

Nyong Alga memulai karir di dunia musik dengan mengikuti Jamming antar musisi Indie di berbagai cafe. Kemudian mulai mendapat Job manggung baik di cafe maupun di berbagai mall sejak tahun 2019 hingga saat ini. Nyong Alga juga pernah mengikuti Master Class gitar klasik bersama Theduardo Prasetyo tahun 2019 di prodi Pendidikan Musik UNJ.

Mengapa Homoludens? Manusia adalah makhluk bermain, dalam bermain manusia memiliki sesuatu yang hakiki menjadi manusia kebudayaan. Bermain bukan berarti ‘main-main’ tetapi juga memberikan hal-hal yang utama setelah ‘berpikir, bekerja,’ lalu ada proses ‘bermain’ yang melengkapi kita sebagai manusia seutuhnya. Dalam bermain, ada konsep freedoms, kebebasan bagi  orang-orang.  Serta fokus dalam melakukan sesuatu. 

CITRA MANUSIA

Narasi bermain dengan kebebasan inilah yang coba disampaikan lewat pesan-pesan biografis maupun citra manusia yang muncul dalam setiap lagu yang dibawakan. Nyong Alga akan menceritakan mengapa ia menyusun playlistnya. 

Meskipun ada kejenuhan, Nyong Alga senang untuk menjalani solois sebagai fingerstyle, berawal dari musik atau lagu-lagu yang disukai atau selera musik, happy dalam menggarap aransemen musik. Solois gitar itu musik yang spesial di mana terdapat melodi, bass, dan rhythm dalam satu alat musik yaitu gitar. 

Sosok Ibu adalah yang pertama kali menyadari potensi Nyong Alga. Ibu waktu itu menganggap suara Nyong Alga jelek saat nyanyi dan bermain gitar. Kritik itulah yang membuat ‘nyokap’ mengarahkan untuk belajar musik instrumental atau gitar klasik.  Mulai dari situ Nyong Alga belajar dari Youtube, 2009 belajar petikan dasar gitar. 

Homoludens merupakan presentasi musik Nyong Alga selama menjadi solois sebagai fingerstyles. Homoludens menjadi citra Nyong Alga dalam menyajikan musik sebagai perjalanan belajar yang mengasyikan, sekaligus  bermain-main dengan playlist lagu yang telah dipilihnya. 

KOLABORASI TERBAIK

Nyong Alga membawakan lagu-lagu yang sederhana dan easy listening dalam performancenya. Sebagai konser pertamanya Nyong Alga akan menjelajahi dunia klasik dan menyelami ‘the oldies’ ditambah dengan kolaborasi terbaik dengan teman-temannya.

Nyong Alga akan bercerita mengapa playlist yang akan dimainkannya memiliki narasi penting dalam perjalanannya bermain musik sebagai fingerstyles. Cerita-cerita biografis akan mengiringi narasi dari lagu-lagu yang telah dipilihnya dari ‘klasik’ dan ‘oldies’. 

Dalam intimate concert ini Nyong Alga membawakan musik klasik lalu melompat kepada oldies hal ini akan membawa pengalaman yang berbeda bagi penonton, di bagian pertama playlist mungkin saja Nyong Alga tidak membawa penonton kepada performatif yang mengajak, hanya membiarkan penonton senyap pada petikan gitar yang ia bawakan pada musik-musik klasik yang sudah disusun dan dipilihnya sebagai playlist.

ROMANTIS

Ketika memasuki dibagian babak kedua, petikan-petikan gitarnya yang mungkin saja itu bagi penonton awam hanya mampu dinikmati dengan senyap. Kini di babak kedua ia mencoba mengajak penonton tidak hanya menikmati melodi dan petikan gitarnya saja tapi juga mengajak menyelami biografi gitar yang dipetiknya melaluinya penonton dengan mengajak bernyanyi.

Karena di playlist kedua ini lagu-lagunya adalah yang tak hanya easy listening tapi juga lagu-lagu yang sudah melekat dari masa ke masa, romantis dan membawa ingatan akan percintaan, kasih sayang, dan kerinduan. 

Penampilan konser ini makin lengkap dengan kehadiran Timothy Revival April Torondek dan Rawamangun Guitar Ansambel.

Timothy lahir di Pontianak, 22 April 2004. Ia memulai les gitar klasik bersama Johnny E. Karouw pada tahun 2015. Ia pernah memenangkan juara 2 provinsi pada FLS2N. Timothy merupakan mahasiswa Pendidikan Musik UNJ dengan mayor gitar ini akan membawakan Sevilla Isaac Albeniz

Sementara itu, Rawamangun Guitar Ansambel merupakan kelompok pemain gitar klasik yang beranggotakan 7 orang: Nyong Alga, Timothy Revival April Torondek, Ferdi Eko Satrio, Muhammad Emyr Yusuf, Aidan Widyaputra Pohan, Rizky Muhammad Hadam, Gabriel Kitaro Pero M.D

Rawamangun Guitar Ansambel menjadi bentuk kolaborasi yang akan memeriahkan acara Homoludens. Secara berkala mereka berkumpul bermain musik. Ansambel ini terbentuk sejak pertemuan Nyong Alga dengan beberapa mahasiswa gitar klasik UNJ di Pukul Satu Kopi pada  4 November 2023.   

 

Ada Partai Baru yang Ikut Pemilu, Apa Namanya?

INDOWORK.ID, JAKARTA: Calon Presiden Nomor Urut 1 Anies Baswedan selau ada inovasi dalam berkampanye. Kali ini ia memberikan kuis kepada pendukungnya.

Gubernur DKI Jakartai perode 2017-2022 tersebut kemudian menyampaikan partai-partai pengusung capres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yaitu Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS).Sedangkan partai pendukungnya ditambah dengan Partai Ummat. Para pendukung kemudian mengikutinya dan berteriak bersama-sama.

“Ingat ya, ini berdasarkan abjad. Nasdem, PKB, PKS, Ummat,” teriak Anies pada Ahad, 21 Januari 2024 di Tangerang, Banten.Hadirin pun bergemuruh menyebutkan keempat nama partai tersebut.

PARTAI BARU?

Muhammad, seorang pengunjung bertanya kepada rekannya bahwa ada partai baru yang ikut pemilu Pilpres 2024. “Apa nama partainya?” kata Muhammad kepada Zainuddin.

Zainuddin kemudian menjawabnya. “Partai Nasional Kebangkitan Ummat Sejahtera,” katanya samil tertawa.

Begitulah suasana kampanye capres nomor 1. Selalu riang gembira.

Dari pantauan CNNIndonesia.com, di lokasi sejak sekitar pukul 08.00 WIB, terlihat relawan dan simpatisan pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) telah memadati arena kampanye.

Massa membawa atribut bendera masing-masing parpol koalisi pendukung AMIN dengan ukuran yang besar.

Marah Jadi Pencetus Stroke, Ini kata Linda Agum Gumelar

INDOWORK.ID, JAKARTA:  Bencana otak di Indonesia melanda lebih dari 2,1 juta rakyat usia 15 tahun ke atas. Menjadi penyebab mati kehidupannya.

Menangani bencana otak atau stroke, Linda Amalia Gumelar, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak, Kabinet Indonesia Bersatu, mendesak pemerintah wajib kerja sama melibatkan lembaga kemasyarakatan. Tanpa upaya ke arah itu, mustahil bisa karena keterbatasan kemampuan.

“Pemerintah harus melibatkan lembaga kemasyarakatan,” katanya, Sabtu (20/01), di Kantor Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Menara Kuningan, Jl. R. Rasuna Said, Jaksel.

Linda dalam pernyataan siang itu, didampingi jajaran dewan pembina, dewan pengawas Yastroki terdiri dari Teguh Ranakusuma, Mayjen (Purn) Eddy Rate, serta Ketua Umum Mayjen (Purn)  Tugas Ratmono.

SETAHUN NAIK RP1 TRILIUN

Linda Agum Gumelar dan Tugas Ratmono

Kementerian Kesehatan mencatat populasi stroke di Indonesia berdasarkan hasil diagnosis dokter pada  2018 total 2.120.362 jiwa.

Pengeluaran untuk biaya pengobatan dan perawatan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kes) belakangan ini, setahun naik Rp 1 triliun. Tahun sebelumnya sekitar Rp 2 triliun, menjadi kisaran Rp3 triliun.

Tugas menjelaskan bahwa stroke serupa dengan matinya kehidupan. Penderitaan berlangsung menahun. Berisiko kehilangan keleluasaan aktivitas di dalam maupun luar rumah.

Bahkan terpaksa diberhentikan sebagai tenaga kerja.

Pencetus serangan stroke antara lain karena stres ditandai marah-marah.

“Saya kena stroke dipincu sering marah saat bekerja,” kata Suhadi, penyintas atau orang yang berhasil keluar dari serangan stroke.

Langkah kaki Suhadi mengalami kekakuan otot. Pengakuan serupa dikemukakan sejumlah penyintas stroke yang lain.

INDONESIA RAMAH STROKE

Ketua Yayasan Jakarta Weltevreden Toto Irianto

Kehadiran Linda Gumelar berkaitan dengan rangkaian peringatan HUT ke-35 mengangkat tema Yastroki Menuju Indonesia Ramah Stroke.

Kalangan mitra pun hadir dari unsur produsen obat, penyelenggara layanan kesehatan, organisasi profesi kedokteran juga organisasi nonpemerintah yang berkolaborasi meminimalkan problem bencana otak yakni Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI), Yayasan Kreshna, dan Yayasan Jakarta Weltevreden.

Ketua Yayasan Jakarta Weltevreden Toto Irianto berkomitmen untuk membantu berbagai pihak yang memiliki kepedulian sosial. Ia menjelaskan bahwa yayasannya peduli terhadap pengembangan kota Jakarta mulai dari sumber daya manusianya hingga pengembangan kebudayaan dan pariwisata.

 

 

Fenomena Anies Baswedan di Tik Tok: You Are My Idol Abah

 

INDOWORK.ID, JAKARTA: “I Love You Almost Full Abah”. Kalimat ini keluar dari mulut manis seorang remaja putri Gen Z. Usianya kira-kira 17 tahunan. Remaja putri ini tidak sendiri. Ia bersama komunitasnya. Jumlahnya puluhan juta.

Komunitas Gen Z. Mereka tampak begitu antusias dan mengagumi Abah, panggilan Anies Baswedan bagi tik tokers. Bicara bahasa inggrisnya lancar, layaknya anak-anak remaja yang sadar akan masa depan bangsanya.

Kenapa mereka panggil Abah? Karena Anies telah mereka anggap sebagai “Abah” atau “Ayah” bagi mereka sendiri. Lihat bagaimana manjanya mereka ketika bicara dengan Anies. Layaknya bicara dengan ayahnya sendiri. Tak ada sedikit pun rasa canggung. Tak ada rasa sungkan dan segan. Betul-betul seperti ayah sendiri. Ayah yang begitu dekat, setia menemani dan mendengar perasaan serta pikiran anak-anaknya.

Abah hampir selalu ditemani istri tercintanya. Kemana pun pergi, istri sering sekali setia mendampingi. Ini mengesankan sosok Abah yang menjaga harmoni keluarga. Sesekali Mutiara Anisa Baswedan, sang putri, ikut. Sebuah keluarga yang ideal di mata anak-anak remaja. Mereka butuh keluarga yang harmonis. Dari sini kasih sayang akan mengalir untuk bisa mereka rasakan. Di usia remaja, mereka butuh kasih sayang nyata dari sosok Abah untuk menjadi energi dan semangat.

MENEMUKAN AYAH

Mereka betul-betul merasa menemukan ayahnya. Ayah masa depan. Ayah yang tahu hati dan perasaan mereka. Ayah yang mengerti akan masa depan mereka. Ayah yang melayani dan bisa tersenyum bersama mereka. Ayah yang selalu punya waktu untuk mereka dan mau berdiskusi tentang masa depan mereka. Ayah yang menjadi tempat mereka bersandar. Itulah kenapa Anies dipanggil Abah.

Anies bukan hanya abahnya Mutiara (putri pertama Anies). Tapi Anies sudah menjadi Abah buat anak-anak remaja Indonesia. Anies adalah Abah bagi Gen Z. Abah yang akan mengantarkan mereka menapaki rute menuju masa depan bangsa.

Pertemuan Anies dengan Gen Z begitu alami. Natural sekali. Bermula dari live tik tok. Ini ruang yang banyak diisi anak-anak generasi Gen Z. Meledak! Jutaan yang nonton. Gen Z merasa menemukan sosok Abah. Penyayang kepada anak-anak. Seorang Abah yang sangat terbuka. Melayani dialog dengan tenang, sabar dan rilek. Membuat anak-anak remaja seperti berada dalam pelukan sang ayah. Terasa nyaman sekali. Kelihatan alami dan tidak dibuat-buat.

MAKIN MEMBLUDAK

Setiap live tik tok, pesertanya makin membludak. Begitu banyak anak-anak yang ingin menemukan kembali ayahnya. Mayoritas anak-anak Gen Z. Anak-anak ini gak ada urusan dengan politik. Gak peduli dengan urusan pilpres. Mereka hanya tahu bahwa sosok Abah ini begitu peduli terhadap mereka. Abah ini sangat mengerti dan mengayomi mereka. Ini yang membuat mereka merasa begitu nyaman dengan Abah.

Untuk mengekapresikan rasa cintanya kepada Abah, mereka “patungan”. Kumpul-kumpul uang. Mereka sewa space dan memasang videotron. Gak tanggung-tanggung. Mereka sewa space di Bundaharan HI. Ini pusatnya pusat ibu kota Jakarta. Satu lagi di Bekasi. Sayang sekali, gak begitu lama, videotron itu di-takedown. Diturunkan.

Mereka patungan lagi dan pasang lagi. Kali ini, mereka pasang di kota-kota besar lainnya. Di Surabaya, Medan, dan Maluku. Mungkin akan menyusul di kota-kota besar lainnya di Indonesia. “Turun Satu Tumbuh Seribu”, kata mereka.

Kontras! Abah mengayomi, yang lain memusuhi. Abah melindungi, yang lain menghantui. Abah mencintai, yang lain membenci. Inilah yang membedakan Abah dengan capres lainnya. Di mata mereka, Anies memang Abah yang berbeda. Ayah yang membuat mereka nyaman, bukan yang mengancam. Sangat masuk akal kalau kemudian mereka dengan sangat manja bilang: “Abah, I Love You Almost Full”

Saat dimaki dengan kata “ndasmu etik” dan “bodoh”, Abah malah merespon dengan kata “Matur Muwun Pak”. Makian kepada Abah ditanggapi dengan senyum dan reaksi yang sangat tenang. Kesabaran dan kebersahajaan inilah yang menarik buat generasi Z untuk dijadikan keteladanan.

ACARA DESAK ANIES

Anak-anak Gen Z ini pun rela berombongan datang ke acara “Desak Anies”. Mereka membawa foodtruck. Di saat pihak lain bagi-bagi uang dan sembako, anak-anak remaja ini justru membawa truk isi makanan. Sebuah perlawanan kreatif dan humanis ala Gen Z terhadap money politics yang dilakukan sosok lainnya.

Ada dua pesan yang ingin disampaikan oleh Gen Z ini:

Pertama, jangan bodohi kami. Bagi-bagi uang dan sembako itu pembodohan. Generasi muda butuh masa depan, bukan bagi-bagi uang. Itu sungguh merendahkan.

Kedua, jangan rusak mental kami. Kami butuh masa depan negeri ini. Karena itu, kasih semangat buat kami. Bagi-bagi sembako telah membunuh semangat dan etos kerja kami.

“Anies Bubble” telah menjadi fenomena baru yang secara alamiah telah menjadi perlawanan anak-anak Generasi Z terhadap mereka yang menjadikan Indonesia ini “horor” dan “menakutkan”. Anak-anak Generasi Z ini telah menyampaikan pesannya bahwa mereka butuh kasih sayang dengan mengangkat sosok “Abah” di tengah banyak sosok yang selalu tampil dengan menebar ancaman terhadap masa depan mereka.

Turunkan baliho dan take down videotron. Sosok-sosok yang hanya tahu kekuasaan, tapi tidak mengerti arti masa depan buat mereka. Di saat gundah inilah mereka menemukan sosok idola yaitu Abah. “You are my Idol, Abah…”

*) Ditulis Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa