Bisnis Headline

Revitalisasi Pelabuhan Batu Ampar Merajai Selat Malaka



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Pelabuhan Batu Ampar seharusnya bisa menjadi penguasa Selat Malaka. Dengan revitalisasi yang sedang berjalan, pemerintah mengharapkan pelabuhan yang terletak di Batam ini dapat menggaet pasar internasional untuk mampir.

Direktur Badan Usaha Pelabuhan Badan Pengusahaan (BP) Batam Dendi Gustinandar mengatakan volume kontainer di Pelabuhan Batu Ampar pada 2023 adalah 522.855 TEUs (twenty-foot equivalent unit/unit ekuivalen 20 kaki). Angka itu naik 7 persen dibandingkan tahun 2022.

“Batu Ampar ini pelabuhan utama di Batam. Batu Ampar menyumbang 84 persen total volume kontainer di Batam,” kata Dendi.

Untuk menilai kinerja Batu Ampar yang sebenarnya, perlu dibandingkan dengan pelabuhan peti kemas lain di sekitar Selat Malaka. Bila disandingkan dengan pelabuhan negara tetangga, volume kontainer di Batu Ampar akan terlihat tidak bertaji.

Drewry sebuah konsultan maritim, mencatat, pada 2022 volume kontainer di Pelabuhan Singapura mencapai 32,3 juta TEUs. Adapun volume kontainer di Pelabuhan Tanjung Pelepas, Johor, Malaysia, besarnya 10,6 juta TEUs.

Juga tak bisa dipungkiri bahwa ketergantungan pelabuhan Batam kepada Singapura amat tinggi. Dalam satu minggu, rata-rata ada 42 kapal peti kemas dari Batam yang harus transit di Pelabuhan Singapura.

Hal itu telah membuat pemerintah gerah sejak setengah abad lalu. Kompas mencatat, pada Agustus 1973, Presiden Soeharto memanggil 35 anggota Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia.

Soeharto tidak ingin barang ekspor dari Indonesia harus transit di Singapura. Ia minta semua fasilitas yang diperlukan harus disiapkan sehingga kapal kargo berukuran besar bisa langsung singgah di Batam.

Namun, hal itu hanya pepesan kosong. Sampai sekarang, Batu Ampar hanya dapat disinggahi oleh kapal peti kemas berukuran di bawah 1.500 TEUs. Bandingkan dengan Pelabuhan Singapura yang rutin melayani kapal kargo berukuran puluhan ribu TEUs.

Ini amat ironis karena sebenarnya letak Batam sebagai kota pelabuhan amat strategis, tepat di bagian paling sempit Selat Malaka. Sedikitnya ada 60 ribu kapal kargo yang lewat di jalur pelayaran tersibuk di dunia tersebut.

Ada puluhan ribu kapal yang lewat dengan angkutan puluhan juta kontainer, tetapi mereka punya tujuan akhir ke Singapura dan Malaysia.

REVITALISASI PELABUHAN

Pemerintah telah menyusun tiga tahap rencana transformasi Batu Ampar. Fokus tahap pertama 2023-2025 adalah menambah infrastruktur dan memangkas birokrasi. Tujuannya meningkatkan kemampuan Batu Ampar melayani kapal kargo domestik.

Pada April 2023, BP Batam mendatangkan ship to shore (STS) crane dari Korea Selatan. Itu membuat waktu tambat kapal kargo di Batu Ampar dapat dipangkas, dari sebelumnya 48-60 jam menjadi 27-30 jam.

Pada 2025, kami akan membeli empat STS lagi. Selain itu, container yard akan diperluas dari 3,8 hektar menjadi lebih dari 9 hektar.

Menanggapi pengembangan Batu Ampar tahap pertama itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan, pengusaha merasakan perbaikan Batu Ampar menjadi semakin baik. Ini utamanya dirasakan berkat STS yang mempercepat bongkar muat barang.

Menanggapi pengembangan Batu Ampar tahap pertama itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan, pengusaha merasakan perbaikan Batu Ampar menjadi semakin baik. Ini utamanya dirasakan berkat STS yang mempercepat bongkar muat barang.

Ia menuturkan, pada tahap kedua pemerintah akan membangun terminal baru, mendatangkan enam STS crane lagi, menambah 20 hektar container yard, dan memperdalam alur pelabuhan sampai 16 meter. Pembangunan itu akan menghabiskan Rp 2,6 triliun.

Di tahap kedua ini, targetnya Batu Ampar bisa direct call. Jadi pengiriman kontainer ke China dan AS bisa dilakukan tanpa transit.

Adapun pada transformasi tahap ketiga, Batu Ampar diharapkan dapat mulai tumbuh menjadi pelabuhan transit internasional seperti Singapura atau Tanjung Pelepas. Pada 2028, volume kargo Batu Ampar ditargetkan mencapai 1,6 juta TEUs.

Janji-janji pembangunan pelabuhan Batam berulang kali diucapkan pemerintah sejak Orde Baru. Namun, kota pelabuhan yang lokasinya amat strategis di choke point Selat Malaka ini masih saja seperti ayam kelaparan di lumbung padi.

  BERITA TERKAIT

Berita Lainnya