Bisnis Figur Headline Humaniora

Purbaya Yudhi Sadewa: Banyak yang Menyerang Saya

INDOWORK.ID, JAKARTA: “Tidak apa-apa banyak yang menyerang saya dari kubu yang tidak suka sama saya. Tetapi semua yang saya lakukan untuk kebaikan negri ini yang sudah terlalu rusak ekonominya disedot orang asing.”

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan hal tersebut pada 9 Oktober 2025. Sebelumnya ia juga mengungkap bahwa tidak sengaja menemukan fotonya sedang makan di emperan. “Jangan gitu dong. Saya kan jadi malu,” kataya pada 15 Oktober 2025.

Begitulah gaya komunikasi Menteri Purbaya. Ia selalu bicara blak-blakan.

Saya pernah menulis di Indowork.id ketika ia dilantik menjadi Menteri Keuangan oleh Presiden Prabowo Subianto menggantikan Sri Mulyani Indrawati, pada 8 September 2025. Saya membandingkan kedua tokoh tersebut. Selanjutnnya topik itu saya bahas di Radio Dakta FM Bekasi. Banyak pendengar yang memberikan tanggapan atas ulasan saya tersebut.

Seorang pengusaha industri alat berat yang berasal dari perusahaan kerja sama Indonesia dan Jepang, mengontak langsung. “Alhamdulillah, senang sekali mendengar suara dan ulasan Pak Lahyanto pagi ini di Dakta tentang Menteri Keuangan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan untuk Bapak dan keluarga, serta dimudahkan dan dilancarkan dalam segala aktivitasnya,” tulis pengusaha tersebut pada Selasa, 14 Oktober 2025.

Begitulah fenomena Kang Yudhi. Begitu saya menyebutnya. Maklum, saya mencermati kiprahnya sejak menjadi sebagai Senior Economist di Danareksa Research Institute. Ketika itu saya sebagai wartawan Bisnis Indonesia yang ditugaskan sebagai Direktur Bisnis Indonesia Printing.

AKRAB DI PASAR MODAL

KANG YUDHI MAKAN DI EMPERAN

Sebagai orang yang sama-sama mengikuti perkembangan pasar modal, kami pun akrab dalam hal analisis bursa saham. Kang Yudhi kerap menulis di media massa, media cetak khususnya yang ketika itu masih berjaya.

Sebelum saya membahas kiprahnya lebih dalam, baiklah saya akan bercerita tentang sosok pribadinya. Kang Yudhi lahir 7 Juli 1964,  Sebelum menjabat sebagai Menkeu, ia menjadi Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak 2020.

Ia meraih gelar Sarjana dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara gelar Master of Science (MSc) dan gelar Doktor di bidang Ilmu Ekonomi diperoleh dari Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat.

Sebelum terjun di pemerintahan, ia memulai karier sebagai Field Engineer di Schlumberger Overseas SA (1989–1994). Pada Oktober 2000 hingga Juli 2005 ia ditunjuk sebagai Senior Economist di Danareksa Research Institute.

Karirnya makin moncer. Kang Yudhi kemudian menjadi Direktur Utama PT Danareksa Securities dari April 2006 Oktober 2008. Ia juga menjadi Chief Economist Danareksa Research Institute Juli 2005 – Maret 2013, dan sebagai Anggota Dewan Direksi PT Danareksa (Persero) dari Maret 2013 hingga April 2015.

INDONESIA ECONOMIC FORUM

Di tengah kesibukannya, ia menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (2016–2020) dan Anggota Indonesia Economic Forum (2015–). Pada Oktober 2016, ia ditunjuk sebagai Gubernur Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dari Indonesia menggantikan Widhyawan.

Seorang sahabat saya di LPS mengatakan bahwa ketika Kang Yudhi menjadi Staf Khusus Bidang Ekonomi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, ia mulai menangani hal yang sulit-sulit. Selanjunya ia ke Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam kurun waktu 4 tahun (2010–2014). Selain itu ia juga menjadi Anggota Komite Ekonomi Nasional (2010–2014), lembaga nonstruktural yang diketuai Chairul Tanjung. Jadi ia berkiprah di dunia politik sejak Zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Joko Widodo (Jokowi).

Pada Maret 2015, ia ditunjuk sebagai Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia oleh Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan. Ia hanya menjabat sampai September 2015. Kemudian pada November 2015, Purbaya ditunjuk sebagai Staf Khusus Bidang Ekonomi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Jabatan ini ia emban sampai Juli 2016.

Pada tahun 2016, ia kembali ke Kementerian Koordinator Bidang Pereknomian. Ia menjadi Wakil Ketua Satgas Penanganan dan Penyelesaian Kasus (Debottlenecking), yang lebih dikenal dengan “Pokja IV”, di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Juni 2016-2020). Kemudian, dia dipindahkan ke Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sebagai Staf Khusus Bidang Ekonomi (Juli 2016–Mei 2018). Jabatannya dinaikkan menjadi Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dari Mei 2018 hingga Juni 2020. Selanjutnya digeser menjadi Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi pada Juni 2020.

Kang Yudhi dilantik sebagai Ketua Dewan Komisioner LPS dari 2020–2025 pada 23 September 2020. Ia kemudian ditunjuk oleh sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia menggantikan Mbak Ani pada 8 September 2025.

Setelah sebulan lebih menjabat sebagai Menteri Keuangan, Purbaya ditanya oleh wartawan mengenai kemungkinan dirinya mengikuti Pemilu 2029. Ia membantah hal tersebut dan menjawab,”Baru sebulan kerja, gila lu. Enggak kepikiran sama sekali.”

EFEK PURBAYA

Efek Purbaya (Purbaya Effect) adalah istilah yang digunakan oleh media dan analis keuangan untuk merujuk pada reaksi pasar dan pergeseran ekspektasi kebijakan ekonomi setelah Purbaya Yudhi Sadewa menjabat sebagai Menteri Keuangan Indonesia pada September 2025.

Fenomena ini secara khusus dikaitkan dengan pendekatan kebijakan fiskalnya yang dianggap lebih agresif dan berfokus pada stimulus pertumbuhan melalui intervensi likuiditas, berbeda dengan kebijakan pendahulunya yang lebih konservatif.

Katalis utama dari efek ini adalah kebijakan perdananya untuk merelokasi dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank-bank milik negara.

Tujuan yang dinyatakan adalah untuk meningkatkan likuiditas perbankan guna mendorong penyaluran kredit. Pendekatan ini konsisten dengan saran kebijakan yang pernah ia sampaikan semasa pandemi COVID-19.

Manifestasi awal dari efek ini terlihat pada reaksi pasar yang beragam. Pada hari pertama Purbaya menjabat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,78% yang diatribusikan oleh para analis sebagai cerminan ketidakpastian investor. Sebaliknya, nilai tukar Rupiah menunjukkan stabilitas relatif pada periode yang sama.

Kebijakan ini memicu analisis yang berbeda dari kalangan ekonom. Sebagian pihak memandangnya sebagai stimulus positif yang dapat menurunkan suku bunga pinjaman dan menggerakkan sektor riil. Sementara itu, pihak lain menyuarakan kehati-hatian, dengan alasan bahwa masalah utama mungkin bukan pada kurangnya likuiditas, melainkan pada lemahnya permintaan kredit. Risiko seperti potensi inflasi dan moral hazard di sektor perbankan juga menjadi poin yang disorot.

KONTROVERSI

Kurang dari 24 jam setelah dilantik, Purbaya menghadapi setidaknya tiga kontroversi yang menjadi sorotan media dan masyarakat.

Pada hari pelantikannya, Purbaya menanggapi gerakan 17+ Tuntutan Rakyat yang disuarakan oleh elemen masyarakat sipil. Ia menyatakan bahwa tuntutan tersebut merupakan “suara sebagian kecil rakyat kita” yang mungkin merasa hidupnya terganggu atau masih kurang. Ia berpendapat bahwa tuntutan tersebut akan hilang secara otomatis jika ia berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi 6 hingga 7 persen, karena masyarakat akan “sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo.”

Pernyataan ini memicu kritik luas dari publik karena dianggap meremehkan aspirasi masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Purbaya menyampaikan permohonan maaf pada saat konferensi pers serah terima jabatan. Ia mengaku masih beradaptasi dengan posisi barunya dan menyebut dirinya sebagai “menteri kagetan” dengan gaya bicara yang “koboi”. Ia berjanji akan lebih berhati-hati dalam memberikan pernyataan di masa mendatang.

Dalam klarifikasi selanjutnya, Purbaya menjelaskan bahwa pernyataannya didasarkan pada konsep ekonomi dan pengalamannya. Menurutnya, percepatan pertumbuhan ekonomi tidak akan serta-merta menyebabkan inflasi karena kapasitas ekonomi Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh.

UNGGAHAN SANG ANAK

Sebuah tangkapan layar yang diduga berasal dari akun Instagram Yudo Achilles Sadewa, anak dari Purbaya, (@yvdos4dewa) viral di media sosial. Dalam unggahan tersebut, tertulis kalimat yang dinilai menyindir Mbak Ani: “Alhamdulillah, ayahku melengserkan agen CIA Amerika yang menyamar menjadi menteri.”

Unggahan tersebut tersebar luas dan memicu perbincangan publik. Tak lama setelah viral, akun Instagram milik Yudo Sadewa tidak dapat ditemukan lagi.

Dari sisi pasar keuangan, analis memproyeksikan bahwa pelaku pasar akan mengambil sikap menunggu (wait and see) terhadap kebijakan yang akan diterapkan oleh Purbaya. Ketidakpastian akibat pergantian pejabat dan pernyataan yang kontroversial berpotensi menyebabkan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam jangka pendek.

Purbaya Yudhi Sadewa menikah dengan Ida Yulidina, yang merupakan pemenang ajang Wajah Femina pada 1989. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai dua orang putra, yaitu Yuda Purboyo Sunu dan Yudo Achilles Sadewa.

Putranya, Yudo Achilles Sadewa, dikenal sebagai seorang trader dan kreator konten. Purbaya sendiri pernah menyebut Yudo sebagai “si bocah trader” dalam sebuah unggahan media sosial pada  2023.

 


Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *