Menikmati Hasil Pembakaran Batubara

INDOWORK.ID, JAKARTA: Batubara nampaknya akan bertahan lama membara. Pemulihan ekonomi pasca-Covid 19, meningkatkan permintaan energi yang tajam. Tak bisa dikejar oleh peningkatan pasok. Harga produk energi naik luar biasa. Harga batubara naik ke tingkat yang tidak pernah terbayang, oleh siapa pun, sebelumnya.

Ekonom Hasan Zein Mahmud menjelaskan bahwa perang Rusia-Ukraina, add fuel to the fire. Embargo batubara Rusia – eksportir ketiga dunia – membuat kelangkaan bertahan hingga kini. Kontrak batubara penyerahan Juni di ICE NewCastle, minggu lalu, ditutup pada USD370.5 per mt. Tak hendak turun jauh jauh dari angka USD400.

Sekitar 40% pembangkit listrik global masih menggunakan batubara. China, konsumen – juga produsen – terbesar dunia, pada 2021 mengkonsumsi 54,3% batubara dunia. China menurunkan bea masuk batubara menjadi 0% sejak awal Mei 2022 hingga Maret 2023. Pelonggaran lock down akan segera meningkatkan permintaan batubara di negara tirai bambu tersebut.

KRISIS ENERGI INDIA

India, sebagai konsumen kedua, membakar hampir 12% konsumsi batubara dunia, kini mengalami krisis energi yang parah. Terburuk sejak Oktober 2021. Pemadaman bergilir, menyiasati persediaan batubara yang terus menurun. Statistik mencatat 70% pembangkit di India masih menggunakan batubara.

Jerman kini menjajagi untuk memperoleh pasokan batubara dari Indonesia. Sekitar 10% pembangkit Jerman menggunakan energi batubara, dan 50% kebutuhan, selama ini, dipasok dari Rusia.

Di industri lembaga keuangan, – yang beberapa tahun belakangan mengharamkan kucuran dana baru ke perusahaan batubara – kini mengalamai perubahan sikap yang cukup tajam. Vanguard, sebagai manajer aset terbesar ke dua dunia (mengelola dana USD8,1 triliun), yang juga merupakan investor dana terbesar ke sektor batubara, menyatakan dengan terbuka, akan tetap melanjutkan investasinya di energi fosil.

Seorang eksekutif HSBC membuat pernyataan publik dengan mengatakan bahwa berbagai bank sentral dan pemerintah terlalu membesar-besarkan risiko pemanasan bumi.

DIVIDEN EMITEN BATUBARA

Gedung Bursa Efek Jakarta

Di Bursa Efek Indonesia, pemegang saham perusahaan batubara bersiul-siul menikmati “dividen jumbo” perusahaan batubara. Sebut misalnya ITMG yang membayar dividen Rp3.040 per saham, bulan lalu. (Kalau anda punya sejuta saham, bisa lenggang kangkung setahun lebih). PTBA, bulan depan, akan membagikan dividen Rp688,515 per saham.

Selamat menikmati hasil pembakaran batubara!

 

Hasan Zein Melihat Peluang Peningkatan Kinerja ISSP

INDOWORK.ID, JAKARTA: Investor ritel Hasan Zein Mahmud mengungkapkan bahwa ia baru saja melihat selintas Laporan Keuangan ISSP kuartal 1 tahun 2022 (1Q22). Sama sekali tidak buruk. Laba per saham menurun sedikit, hampir flat dibandingkan dengan laba 1Q21. Turun dari Rp17,22 ke Rp 17,04

Menarik. Karena penjualan baik domestik mau pun ekspor menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Penjualan domestik naik hampir 90% dari Rp 1 trilun menjadi 1,9 triliun. Sementara ekspor naik lebih dari 63% dari Rp63 miliar menjadi 102 miliar.

Laba mendatar karena kenaikan tajam dalam biaya pokok penjualan (BPP). Nilai penjualan naik 88% lebih, pada saat bersamaan, BPP naik 113%.

Kenaikan BPP jelas akibat kenaikan harga bahan baku. Komponen pemakaian bahan baku, dalam BPP, naik dari Rp 693 miliar menjadi 1.392 miliar. Naik 101%!

KONTRAK PEMBELIAN BAHAN

Sumber: spindo.com

Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku, ISSP membuat kontrak pembelian bahan yang cukup besar, terutama dari Hanwa, Baosteel dan Marubeni. Pembelian yang besar itu juga telah membuat pembayaran kepada pelanggan naik tajam dan mengakibatkan cashflows operasi menjadi negaitif.

Sementara itu, harga sahamnya sudah turun sangat tajam. Sudah turun 27% YTD. Harga penutupan hari ini, Rp292, sudah turun 43% dari harga tertingginya, Rp 510.

Dalam penerawangan Hasan, ia masih melihat peluang peningkatan kinerja pada kuartal-kuartal mendatang.

Harga baja merupakan faktor yang given bagi perusahaan. Tapi peningkatan volume produksi dan penjualan akan dapat menghemat biaya biaya lain, terutama biaya tetap. Selain itu, tentu terbuka peluang untuk menaikkan harga produk sebagai penyesuaian terhadap harga bahan mentah. Peningkatan porsi ekspor juga punya peluang menghasilkan marjin laba yang lebih tinggi.

Menggagas Masa Depan Weltevreden, Aset Betawi di Tengah Kota

INDOWORK.ID, JAKARTA: Kami memilih kafe ‘Filosofi Kopi’ di Pos Bloc – Pasar Baru, Jakarta Pusat, untuk temu kangen karena asyik untuk kongkow, sekalian halal bihalal, setelah rencana pertemuan beberapa kali tertunda – terutama akibat pasang surut pandemi Covid19, dua tahun terakhir.

Sembari menyeruput kopi dan mengudap roti Croisant, Panecake dan Singkong Goreng, pagi hingga siang kemarin itu kami memandangi Gedung Antara di seberang kali – yang sangat bersejarah bagi para wartawan jadul.

Kami terkenang ucapan gubernur DKI Jokowi tentang kali di depan kawasan Pasar Baru itu. Semasa jadi Gubernur DKI Jokowi ingin menjernahkan kali di seberang Kantor Pos Pusat ini untuk ditebar banyak ikan sebagai salahsatu destinasi wisata.

Gagasan itu mandeg. Program sungai bersih tak dilanjutkan penggantinya. Ahok sibuk mencegah banjir. Baru di penghujung jabatan Anies Baswedan kini nampak lagi geliatnya. Mesin pemasang turap bertalu talu. Juga pengeruk sungai. Tapi entah untuk apa nantinya.

Kecuali Bang Lahyanto Nadie, jurnalis senior, alumni Bisnis Indonesia yang asli Betawi, saya dan Mas Toto Irianto adalah pendatang. Saya dari Banyumas, sedangkan Mas Toir alias Toto Irianto dari Cirebon.

Tapi karena lamanya kami tinggal di Jakarta – sejak remaja hingga beranak cucu – kami jadi peduli pada masa depan Betawi.

“PakDhe Dimas ini sudah sah jadi orang Betawi. Karena dapat dua anak [dan cucu] dari wanita Betawi, ” kata Bang Lahyanto, meyakinkan.

Wilayah Betawi membentang dari Cikarang, Bekasi di Timur, hingga Sungai Cisadane, Tangerang di Barat, dari Cilebut – Bogor di Selatan hingga pulau Seribu di utara.

“Batas jelasnya, bahasa dan budaya. Selagi tidak berbahasa Sunda dia orang Betawi, ” kata bang Nadie, sembari tersenyum

“Ibukota sebentar lagi pindah. IKN sedang dibangun di Kalimantan. Bagaimna masa depan Jakarta selanjutnya? ” sambut Mas Toir, mantan Pemred dan CEO ‘Pos Kota’.

Lontaran gagasan dan keresahan Mas To’ir mau tak mau membikin kami tercenung. Apalagi ketika Mas Toir mendasak menyebut Weltevreden.

MEMBUKA sejarah kolonial, Weltevreden merupakan kota baru yang menjadi pusat pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1762 – 1818) serta kediaman masyarakat Eropa di Hindia Belanda.

PINDAHKAN PUSAT PEMERINTAHAN

Merujuk ke Wikipedia, pada akhir abad ke-18, pemerintah Hindia Belanda memindahkan pusat pemerintahan mereka sekitar 4 kilometer ke selatan, dari Distrik Batavia (sekarang Kota Tua ) ke Weltevreden (Jakarta Pusat kini)

Pemerintahan Daendles mendirikan beberapa bangunan penting di kawasan barunya, termasuk alun-alun. Ada dua alun-alun utama di Weltevreden di antaranya Buffelsveld yang digunakan untuk menggembala kerbau – yang kini dikenal sebagi Lapangan Monas dan Paradeplaats atau Tanah Parade, kemudian berganti nama menjadi Waterlooplein, yang sekarang disebut Lapangan Banteng.

Weltevreden adalah juga merupakan daerah tempat tinggal utama orang-orang Eropa di pinggiran Batavia, Hindia Belanda dari Batavia Lama ke arah selatan. Cakupannya kini membentang dari Sawah Besar, RSPAD Gatot Subroto hingga Museum Gajah di Jl. Merdeka Barat

Weltevreden dalam bahasa Belanda berarti “dalam suasana tenang dan puas”.

Di masa pemerintahan Daendels (1808 – 1811), Weltevreden dikembangkan jadi pusat pemerintahan menggantikan kota lama di Kasteel Batavia atau Kota Tua – peninggalan Jan Pieterszoon Koen.

Tanah Abang, Gondangdia, Nieuw-Gondangdia, dan Meester Coruelis (Jatinegara) berkembang menjadi kawasan pemukiman, yang bukan hanya dihuni penduduk biasa, melainkan kalangan kolonial elit Belanda.

Sangat berbeda dengan Distrik Batavia (Kota Tua) yang banyak dihuni penduduk bumiputera dan masyarakat miskin, di Weltevreden, pemukiman penduduk miskin dan bumiputera tinggal jauh dari jalanan.

BERKEMBANG PESAT

Cafe Filosofi Kopi di Pos Loc

Seiring waktu, Weltevreden berkembang pesat, tidak hanya untuk Batavia, melainkan seluruh jaringan kantor dagang dan koloni Belanda yang berada di Deshima (Jepang) hingga Cape Town (Afrika Selatan).

Gedung Kementrian Keuangan dan Lapangan Banteng merupakan salah satu ikon peninggalan Weltrevredeen.

APA yang perlu kami lakukan untuk Weltrevreden? Itulah pokok bahasan kami – siang kemarin.

Belajar dari Pemerintah Singapura, China dan Eropa yang piawai merawat kota kota tua mereka dengan cantik menarik, kami mengggas Wisata Sejarah di kawasan Weltrevreden.

Bagaimana ujudnya? Itulah yang sedang kami pikirkan, sembari menyeruput kopi, ngobrol ngalor ngidul dan memandangi kali di gedung Antara.

Seperti pada pertemuan pertemuan sebelumnya, Bang Lahyanto Nadie memberi hadiah buku terbitannya. Yang dibingkiskan kali ini berjudul “Betawi Metropolitan, Merawat Jakarta Paling Pintu Indonesia” karya Bang Yahya Andi Saputra, seniman dan budayawan Betawi. Saya akan bahas tersendiri buku tebal ini setelah membacanya. Insya Allah.

Ditulis oleh Dimas Supriyanto, wartawan senior.

Kelayakan Infrastruktur Sukseskan Mudik Hari Raya Idulfitri 1443 H

INDOWORK.ID, JAKARTA: Infrastruktur transportasi yang telah dibangun sedemikian rupa memberikan berkah bagi pemudik. Betapa tidak, dengan kualitas dan kuantitas pembangunan jalan tol, pemudik bisa lebih cepat dan nyaman dalam perjalanan.

Poppy Sulistyaning Winanti

Ahli politik ekonomi pembangunan internasional Universitas Gadjah Mada Poppy Sulistyaning Winanti, dikutip dari Media Indonesia (6/05/22). Salah satu yang sangat besar berkontribusi menyukseskan kelancaran arus mudik dan balik saat ini karena ketersediaan infrastruktur yang memadai

“Mobilitas masyarakat dan barang semakin mudah dan cepat. Hal ini dapat dilihat ketika mobilitas masyarakat yang sangat besar seperti saat lebaran.”

Dia melanjutkan dengan pembangunan infrastruktur yang masif, membuat arus mudik dan balik lebaran tahun ini lancar.

“Hal itu tak terlepas dari instruksi Presiden Joko Widodo kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Presiden menginginkan pembangunan infrastruktur maksimal melalui BUMN.”

DORONG BUMN UNTUK MEMBANGUN

Erick, kata Poppy, menindaklanjuti instruksi Kepala Negara dengan mendorong BUMN meningkatkan pembangunan dan pengembangan infrastruktur transportasi. Misalnya, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra, Trans Jawa, hingga pembenahan jalur kereta.

“Yang terbaru, reaktivasi jalur kereta api Garut. Kita harus apresiasi Erick dan manajemen KAI yang tidak hanya meningkatkan sarana dan prasarana kereta api, tetapi juga adanya peningkatan kualitas layanan yang diberikan,” lanjut Poppy.

Poppy menyampaikan BUMN memegang peranan penting dalam perekonomian nasional dan pelayanan kepada masyarakat. Penerapan good corporate governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik sudah menjadi kewajiban.

Selain itu, dia menilai perusahaan BUMN mesti memiliki profitabilitas yang baik agar bisa menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat. BUMN perlu melakukan revitalisasi dan efisiensi.

“Revitalisasi merupakan tantangan yang harus dipikirkan Erick, bisa melalui dana APBN atau sumber pendanaan lainnya seperti menerbitkan obligasi atau IPO di bursa. Namun untuk IPO harus hati-hati. Kepemilikan saham pemerintah harus tetap dominan agar bisa menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat,” kata Poppy.

Indonesia Investment Authority (INA), Babak Baru Pendanaan Infrastruktur

INDOWORK.ID, JAKARTA: Tak dapat dipungkiri, peran negara sangat krusial dalam pengembangan infrastruktur. Lewat BUMN karya, negara membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

Secara finansial, JTTS memakan biaya yg tidak sedikit. Secara bisnis, tol ini juga belum menjanjikan keuntungan dalam waktu cepat.

Pasalnya, proyek jalan bebas hambatan di Pulau Andalas ini balik modalnya bisa dua dekade, tiga kali lebih lama dibanding Jawa.

Paling cepat, JTTS ini baru bisa balik modal 15 tahun lagi. Sementara, proyek tol di Jawa hanya butuh waktu 6-7 tahun.

Kini pemerintah telah membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Lembaga tersebut akan bekerjasama dengan BUMN untuk pembangunan infrastruktur. Upaya ini patut diapresiasi.

Pendanaan perdana LPI ke Hutama Karya dan PT Waskita Karya Tbk adalah senilai Rp 39 triliun lebih. untuk merampungkan proyek pembangunan jalan Tol Trans Sumatera dan Trans Jawa.

BACA JUGA: Waskita Optimistis Pulihkan Kinerja pada 2021

Sovereign wealth fund Indonesia Investment Authority (INA) tersebut ke depan memang wajib menjadi tangan negara, terutama untuk support proyek-proyek infrastruktur strategis.

Hal itu mencakup pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, waduk, hingga infrastruktur telekomunikasi dan energi di luar Jawa yang masih tertinggal.

Keseriusan dan kerja cerdas LPI dalam menghimpun dana global tentu makin diperlukan, lantaran pemerintah tidak mampu membiayai seluruh proyek infrastruktur menggunakan APBN.

Belum lagi, mulai tahun depan, defisit anggaran dan belanja negara (APBN) sudah harus kembali maksimal 3% dari produk domestik bruto (PDB).

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebelumnya, kebutuhan pendanaan infrastruktur ditaksir mencapai Rp6.445 triliun.

Sementara, APBN diperkirakan hanya bisa menyediakan Rp2.385 triliun atau 37% dari kebutuhan.

Untuk itu, proyek kerja sama LPI dengan BUMN-BUMN infrastruktur harus sungguh-sungguh diawasi, digarap dengan baik, dan bisa saling menguntungkan. Hal ini guna memupuk kepercayaan investor domestik maupun internasional untuk menanamkan modal lewat INA.

Proyek-proyek infrastruktur ini akan memberikan multiplier effect luar biasa besar terhadap perekonomian, selain menyerap tenaga kerja yang kini banyak kena PHK.
Pembangunan infrastruktur akan membuka jalan masuknya investasi global ke luar Jawa yang kaya sumber daya alam, namun industrinya belum berkembang akibat ketiadaan jalan tol maupun pelabuhan ekspor-impor serta infrastruktur penting yang lain.

Inilah yang menjelaskan mengapa kontribusi ekonomi hingga Indonesia merdeka 77 tahun masih didominasi Jawa.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sumbangsih ekonomi masih terpusat di Pulau Jawa sebesar 57,89% pada 2021.

Berikutnya, dengan jarak cukup jauh Sumatra sebesar 21,7%. Posisi ketiga jaraknya juga jauh, Kalimantan dengan sumbangsih 8,25%.

Sedangkan Pulau Maluku dan Papua yang kaya tambang nikel, emas, dan perak, kontribusinya terhadap ekonomi RI hanya 2,49%.

Lewat babak baru kerja sama dengan INA, tata kelola pembangunan infrastruktur di luar Jawa dapat digarap lebih bagus, sehingga menumbuhkan kepercayaan dari internasional maupun domestik.

Investor bisa masuk untuk berinvestasi di proyek-proyek infrastruktur, dan bisa berlanjut ke pembangunan kawasan industri hingga sektor manufaktur.

Peningkatan kerja sama BUMN dan swasta lokal maupun global ini tentunya juga mendorong tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru di berbagai daerah. Hal itu berarti mendukung pula pertumbuhan kredit perbankan dan mendorong daya beli masyarakat.

Percepatan pembangunan infrastruktur sangat penting dilanjutkan meski pandemi masih terjadi, mengingat rangking competitiveness atau daya saing Indonesia masih rendah di antara the big five Asean.

Di sinilah peran INA diperlukan dalam menggalang pembiayaan murah jangka panjang, guna mendanai berbagai proyek strategis nasional.

Tata kelola LPI harus mengikuti standar internasional dan ada jaminan kepastian investasi di negeri ini, sehingga nyaman bagi investor untuk masuk.

Dengan mengembangkan inovasi pembiayaan yang kredibel dan diminati investor, momentum Presidensi G20 Indonesia pun bisa dimanfaatkan guna penghimpunan dana besar-besaran, termasuk untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara yang berkonsep ramah lingkungan dan proyek energi baru terbarukan.

BACA JUGA: Hutama Karya Targetkan Tiga Ruas JTTS Selesai pada Kuartal IV/2021

Stop Politisasi Minyak Goreng

INDOWORK.ID, JAKARTA: Pelarangan ekspor minyak sawit dan turunannnya, sungguh membuat Malaysia bersuka ria. Harga CPO, minyak goreng, berbagai produk makanan dan kosmetik tetap terjaga tinggi karena terbatasnya pasokan, memberikan kesempatan kepada Malaysia untuk mengambil pangsa pasar Indonesia.

Mereka dengan sekuat tenaga memompa ekspor. Mengurangi pemakaian untuk bio diesel. Bahkan berrencana menurunkan pajak ekspor. India, China, Uni Eropa yang kecewa terhadap kebijakan Indonesia, kini berpaling ke Malaysia.

Sementara di dalam negeri, petani sawit menjerit sakit. Arus kas mereka tergantung pada PKS. Posisi tawar mereka sangat lemah. Setelah diolah menjadi minyak goreng dan produk hilir lain, maka barang jadi tersebut dapat disimpan lama. Sementara tandan buah segar milik petani akan segera membusuk.

KERUGIAN EKONOMI DAN SOSIAL

Hasan Zein Mahmud

Dalam pandangan ekonom Hasan Zein Mahmud, kerugian ekonomi Indonesia sungguh besar. Korban sosialnya juga besar.

Bukankah lebih baik cara to the point. Lebih straightforward. Pengusaha yang tidak bersedia menjual sebagian minyak gorengnya pada HET dicabut izinnya. Para penimbun dihukum berdasar ketentuan yang berlaku. Pengusaha yang lurus dan punya kepedulian sosial, kita bantu kelancaran usahanya. Kita dorong agar bisa lebih berkembang.

Ekspor kembali lancar. Devisa masuk lagi. Produksi kembali normal. Petani tidak kelaparan dan harga minyak goreng bisa terjangkau

Sejatinya porsi pengeluaran rumah tangga untuk minyak goreng relatif kecil. Jauh lebih kecil dari rata rata porsi pengeluaran untuk rokok, misalnya.

Mari kita stop politisasi minyak goreng.

Bintang Emon Lebaran Ke Lenteng Agung Timur, Silaturahim ke Sanak Saudara

INDOWORK.ID, JAKARTA: Hari Raya Idulfitri menjadi momen spesial bagi umat muslim. Pada hari raya tersebut agama islam menganjurkan untuk bersilaturahim saling meminta maaf. Mengunjungi sanak saudara adalah suatu keniscayaan.

Komedian Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra yang lebih dikenal sebagai Bintang Emon pun demikian. Dia memanfaatkan waktu lebaran dengan mengunjungi sanak saudara.

NGGAK KEMATIAN BOBOR

Ia berkeliling dari Tangerang hingga ke Jakarta bersama keluarga besarnya. Bintang adalah anak keempat dari sembilan bersaudara. “Kite ajak keliling ke saudara agar nggak kematian obor,” Ayah dari Bintang Emon, Agus Sunardi.

Kematian obor adalah istilah Betawi yang berarti tidak putus persaudaraan.

Bintang Emon lahir pada 5 Mei 1996. Ia mengawali kariernya sebagai komika dan tergabung dalam komunitas Stand Up Indo Bandung sejak awal 2014.

Bintang Emon mulai dikenal publik usai menjuarai Stand Up Comedy Academy 3 di Indosiar pada tahun 2017 silam.

Berkat menjuarai SUCA 3 di tahun 2017 itu, jalan Bintang Emon untuk menjadi entertainment terbentang luas.

Pria kelahiran Jakarta ini telah membintangi film layar lebar perdananya pada tahun 2018 lalu, yang disutradarai oleh Ernest Prakasa, berjudul Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga.

Inilah Para Jawara Setu Babakan, Benteng Terakhir Budaya Betawi

INDOWORK.ID, JAKARTA: Seorang tokoh ditulis kiprahnya karena prestasinya, integritasnya, kompetensinya, dan dedikasinya. Juga karena kepahlawanan dan pengorbanannya. Dari kiprahnya itu maka lahirlah karya yang dinikmati dan dikenang oleh masyarakat luas.

Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi (Forum Jibang PBB) akan meluncurkan buku Para Jawara Setu Babakan, Benteng Terakhir Budaya Betawi pada 15 September 2022. Hari itu bertepatan dengan ulang tahun ke-22 Perkampungan Budaya Betawi.

Sejumlah tokoh yang dimuat dalam buku  ini, memiliki peran yang signifikan dalam menginisiasi, membangun, hingga mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Latar belakang para tokoh ini memang beragam. Mulai dari budayawan, ulama, tokoh militer, pendidik, dokter, hingga wartawan yang berkomitmen dan istiqamah dalam melestarikan budaya Betawi. Mereka berihtiar menjadikan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan menjadi destinasi wisata nasional. Ikhtiar itu layak diapresiasi.

Para tokoh tersebut, yang dalam buku ini disebut sebagai jawara–yang menurut KBBI berarti jagoan–memang jago dalam bidang masing-masing. Sesuai dengan bidangnya mereka berpikir, bekerja dan terus berikhtiar bagi Betawi dalam merawat Jakarta yang menjadi palang pintu Indonesia.

Berkat jasa para jawara, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dapat berkembang seperti saat ini  yang tentu saja masih banyak kekurangan. Sebagai benteng terakhir budaya Betawi, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan akan terus berdandan.

Melalui buku ini pembaca tidak hanya tahu sejarahnya, akan tetapi juga lingkungan seni budaya dan adat istiadat Betawi yang merupakan jalinan budaya Nusantara yang membentuk Indonesia yang bhineka.

PIJAKAN GENERASI MENDATANG

Topeng Betawi di depan rumah kebaya Setu Babakan

Setiap Langkah meninggalkan jejak. Ada yang samar-samar dan ada yang nyata. Namun catatan sejarah kudu danta, lantaran dia menjadi pijakan buat generasi mendatang.

Di balik sebuah peristiwa selalu ada tokoh yang menjadi pionir. Para jawara yang dimuat dalam buku ini merupakan sebagian dari mereka yang kiprahnya menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. Semoga buku ini membuat jejak mereka menjadi permanen dan menjadi hikmah bagi generasi berikutnya.

Para tokoh yang dimuat dalam buku Para Jawara Setu Babakan adalah sbb:

ABDUL SYUKUR

Brigjen (TNI) dr. H. Abdul Syukur SKM, tercatat sebagai dokter militer. Pendidikan dokternya diambil di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tidak hanya itu, sebagai jenderal yang dokter, ia dikenal jago ngaji dan memiliki karier gemilang di militer.

Lahir di Jakarta, 21 April 1941, Babe Syukur, begitu panggilan akrabnya, dikenal sebagai khatib dan penceramah andal. Ceramahnya sejauk dan menentramkan hati pendengarnya.

Karier militer yang pernah dijabat antara lain sebagai Kakesdim 1105, Kepala Rumkit Dam XI/TB, Asnis Kepala Cakespreu Jaukesad, dan Kepala Pusrehabcat Dephankam.

Pendidikan militer yang diikutinya adalah Suspepa, Suslapa, Susjamen, dan Pendidikan Luar Negeri Shchool of Public Health University of Hawaii dan Henry Dunant Institute, Geneva, Swiss.

Babe Syukur banyak memperjuangkan kepentingan Betawi di Jakarta. Dia menjadi salah satu tokoh yang bersikeras bahwa Jakarta harus dipimpin oleh orang Betawi pada Pilkada 2002.

Babe Syukur pernah menjadi Ketua Umum Bamus Betawi Betawi periode 1997-2002. Ia aktif sebagai Ketua Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Budaya sejak 2014.

Dari pernikahannya, ia dikaruniai sembilan anak dan 25 cucu. Generasi Babe Syukur dengan Dra. Siti Hadijah ada juga yang mengikuti jejaknya sebagai dokter yaitu drg. Tita Belatifa Susandra dan dr. Rizki Aferoza Diandra, SpP (spesialis sehat medik).

APRIANSYAH

Apriansyah lahir di Palembang pada 12 April 1969. Pria yang memiliki tinggi badan 167 cm dan berat 70 kg ini tinggal di Perumahan Griya Serua Blok D/4. RT 05/01, Kelurahan Serua, Kota Depok.  Ayahnya bernama Bahtiar, wong kito.

Pendidikan terakhirnya adalah di Fakultas Teknik Informatika Universitas Respati Indonesia, Jakarta. Pengalaman kerjanya lebih banyak sebagai konsultan. Awalnya suami dari Nurjannah,  ini bekerja sebagai Konsultan Pendamping Program Pemberdayaan Masyarakat Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi, Wilayah Jakarta Timur Tahun 1999-2000 dan Konsultan Pemberdayaan Masyarakat di Yayasan Persada Nusa Alam ( bergerak di bidang Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota).

Karir profesionalnya diawali pada 2001 sebagai Majajer Produksi  PT Cineraya Pranadhipa Production ( A. Latief Group). Jiwa seninya lebih kuat membuat ia berkomitmen penuh di dunia sinematografi. Pada 2002 ia menjadi Assisten Sutradara PT Sinemart Indonesia hingga meningkat menjadi Produser Pelaksana.

Ayah dua anak–Muhammad Ashlah dan Azkiya Afifah— ini kemudian pindah ke PT  Virgo Putra Film pada 2017 sebagai

Co Produser. Kemudian ia pindah lagi menjadi  Manager Produksi PT Sinemart Indonesia 2019. Di samping kesibukannya sebagai Anggota Forum Jibang PBB sejak 2021, Apri juga membangun bisnis media dengan mendirikan BarisanNusantara.com. Di sini ia menjabat sebagai direktur.

Sejak kuliah Apri aktif berorganisasi. Ia pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Universitas Respati Indonesia, Jakarta, 1992-1993, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta, Bidang Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan 1993-1994, Koordinator Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta 1993-1995, Staff Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam 1995-1997 hingga mencapai Wakil Sekjend Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam 1997-1999.

Di samping itu, organisasi yang digelutinya adalah sebagai Ketua Umum Forum Ukhuwah Mahasiswa Sumatera di Jakarta pada 1995-1996.  Boleh jadi Apri sangat peduli terhadap Sumatera karena leluhurnya berasal dari Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan.

Tanjung Enim adalah salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, Indonesia. Di kelurahan ini terdapat pertambangan batu bara. Dahulu Tanjung Enim merupakan penghasil batu bara bagi kolonial Belanda.

Sebagai pegiat seni, ia dikenal sebagai sutradara sinetron yang karyanya ditayangkan di SCTV. Ide-idenya tentang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan tentu lebih banyak dilatarbelakangi nilai-nilai seni yang digelutinya.

Ormas yang membawanya ke ranah politik adalah Pusat Barisan Nusantara yang diurusnya sejak 2013 hingga sekarang.

BEKY MARDANI

Beky Mardani adalah intelektual muda Betawi yang menjadi praktisi pertelevisian di SCTV. Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini lahir di Jakarta pada 3 Juli 1965. Ayahnya bernama H. Nasir Nissin dan ibu Hj. Samaah bint Asim. Masa kecil Beky dihabiskan di wilayah Jakarta Barat dengan bersekolah di SDN Meruya Ilir 05 Pagi, lalu ke SMPN 105 Jakarta Barat, dan SMA Palmerah. Lulus SMA Beky meneruskan pendidikan formalnya di Universitas Indonesia.

Setelah memperoleh gelar sarjana Beky mulai meniti karier di dunia kewartawanan dengan menjadi karyawan PT Surya Citra Televisi (SCTV). Awalnya dia bekerja meliput berita di lapangan. Sebagai peliput tentu Beky harus liputan keluar negeri seperti Arab Saudi, China, Malaysia, Thailand, Hong Kong, hingga Belanda. Karirnya cepat melesat hingga “naik pangkat” menjadi pembaca naskah berita, dan akhirnya sebagai produser eksekutif sejak 1996 hingga ia meninggalkan SCTV pada 2017.

Salah satu kiprahnya dalam bidang penyiaran adalah sebagai bagian dari tim seleksi calon komisioner Komisi Penyiaran Indonedia Daerah (KIPD) DKI Jakarta.

Semasa kuliah suami Hj. Inna dan ayah dari Muhammad Hafidz Maulana serta Aledyl D. Akbari ini telah aktif di organisasi Betawi dalam wadah KMB (Keluarga Mahasiswa Betawi) UI bersama Prof. Hasbullah Thabrani (mantan dekan FKM UI), Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni (Kasatpol PP DKI), dan Dr. Firdaus Djaelani (komisioner OJK). Bersama KMB, Beky pernah sukses melakukan tur lenong mahasiswa ke beberapa daerah di Indonesia.

Selepas dari KMB, dia aktif di beberapa organisasi lain, seperti: KNPI, PMI, AMPI, MABIN, LKB, dan Bamus Betawi. Selama aktif di Bamus Betawi, Beky pernah menjadi salah seorang ketua yang membidangi masalah dan kemahasiswaan. Selain itu, dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Bamus periode 2008-2013.

Menurut Beky, Bamus Betawi harus menjadi organisasi yang dapat menampung semua potensi dan mengangkat budaya Betawi (terbuka, egaliter, demokratis, dan agamis) sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Belakangan, karena kegelisahan terhadap citra Betawi yang kadang mendapat stigma negatif, bersama wartawan senior Lahyanto Nadie, sejarawan JJ Rizal dan pelukis Sarnadi Adam, Becky mendirikan Betawi Foundation. Betawi Foundation berfokus pada wilayah intelektual yang memotret Betawi secara lebih akademis. Bekerja sama dengan Masup Jakarta, Betawi Foundation telah menerbitkan ulang buku-buku Betawi yang berkualitas seperti Kamus Dialek Jakarta, Terang Bulan Terang di Kali, dan Gambang Jakarte (karya Firman Muntaco)

Selain itu diterbitkan pula obituari tokoh-tokoh Betawi seperti Bang Uwo Pemuda Kampung di Pentas Nasional dan Bang Ipul Simpul Betawi dari Gubernur ke Gubernur.

Kini Beky sebagai Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, Anggota Forum Jibang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Ketua Palang Merah Indonesia Jakarta Barat, dan Pengawas PD Pasar Jaya.

DIANA MURNI MUZAMMIL

Perjalanan Diana Murni Muzammil keliling dunia membuat wawasannya begitu luas. Dalam setiap rapat Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan (Forum Jibang PBB), ia selalu membandingkannya dengan kondisi di luar negeri.

Maklum, suaminya seorang diplomat. Ke mana pun sang suami bertugas, Diana ikut serta mendampingi. Jadi sejak muda Diana telah menyambangi mancanegara.

Penugasan perdana ke luar negeri sang suami, KH Muzzammil Basyuni, sebagai Letda Tituler/Perwira Interpreter Arab dengan gelar diplomatik Atase Lokal UNEF (United Nations in the Service of Peace) di Sinai, Mesir, pada 1975 – 1976.

Sekembali dari Sinai, dia diangkat menjadi Pjs. Kasubag Penyusunan Rencana Pusdiklat Departemen Luar Negeri. Pada tahun 1977, dia ditugaskan sebagai interpreter bahasa Arab Presiden Soeharto pada kunjungan kenegaraan ke negara-negara Arab (Kuwait, Arab Saudi, Suriah, Mesir, dan Yordania). Bagi Diana, wilayah Timur Tengah seolah sebagai kampung halaman kedua.

Pada 1984, Muzammil mendapat penugasan sebagai Kasubid Penerangan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) Tunis dengan gelar diplomatik Atase dan kemudian Sekretaris Tiga. Pada tahun 1988, dia menjabat Kasi KSE-OKI-Timur Tengah pada Direktorat Jenderal Ekonomi dan Luar Negeri.

Bukan hanya Timur Tengah, negara tetangga yang pernah dimukimi adalah Brunei Darussalam. Pada 1991 sang suami mendapat amanah sebagai Kabid Ekonomi KBRI Brunei Darussalan dengan gelar diplomatik Sekretaris Dua dan selanjutnya dipromosi menjadi Sekretaris Satu.

Sedangkan di benua Eropa, perjalanan Diana dimulai pada 1999 ketika sang suami ditempatkan sebagai Kabid Ekonomi KBRI Madrid dengan gelar diplomatik Counsellor dan Minister Counsellor. Puncak kariersang suami menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia Untuk Republik Arab Suriah berkedudukan di KBRI Damaskus tahun 2006–2010. Diana pun kembali menjelajahi Timur Tengah.

Di Forum Jibang PBB, Diana aktif sejak 2015.

EFFENDI YUSUF

Effendi Yusuf SH merupakan Ketua Umum Bamus Betawi yang pertama kali dan dikukuhkan pada 22 Juni 1982. Sejak kecil ia aktif berorganisasi.

Ia lahir di Pulomas, Jakarta Timur, pada 14 Maret 1942 dari pasangan H. Muhammad Jusuf dan Hj. Rodiyah. Keluarga ini dikenal sebagai tokoh Betawi yang kaya raya.

Bang Fendi, begitu ia biasa dipanggil, sejak Sekolah Rakyat (SR) pada 1954 hingga SMA telah aktif di kepanduan Hizbul Wathon.

Selanjutnya ia aktif sebagai Ketua Ikatan Pelajar Indonesia (IPPI) Pancasila DKI Jakarta dan sempat terpilih sebagai Ketua Generasi Muda Kosgoro DKI Jakarta.

Ia salah satu anak muda Betawi yang dikenal sebagai Angkatan 66 yaitu kelompok mahasiswa pengusung Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat). Tuntutan itu adalah:

Pertama, Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kedua, Retool Kabinet Dwikora.

Ketiga, Turunkan hargan dan perbaiki ekonomi.

Bang Fendi, selepas kuliah dari Fakultas Hukum Uniersitas Indonesia, makin aktif di organisasi masyarakat maupun partai politik. Ia pernah menjadi Anggota DPRD DKI Jakarta pada 1960 selama 13 tahun dan Anggota DPR RI dari Partai Golkar.

“Saya adalah anak Betawi paling muda ketika menjadi DPRD maupun DPR,” katanya.

Ia bersama sejumlah toko Betawi menggagas berdirinya Ikatan Warga Djakarta (Iwarda). Suara Bang Fendi bariton. Ketika berbicara atau berpidato, sangat khas sebagai legislator ulung. Ia juga merupakan Ketua Badan Pendiri Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB).

Pembentukan LKB sebagai pengemban amanat perlestarian dan pengembangan budaya Betawi mengemuka saat pralokakarya Penggalian dan Pengembangan Seni budaya Betawi yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaann DKI Jakarta pada 16-18 Februari 1976. Nama LKB diusulkan oleh jurnalis Betawi asal Gang Sentiong, Kramat, Jakarta Pusat, yang bernama Muhammad Hud.

Lewat akta pembentukan LKB pada 22 Juni 1976, tercatat sebagai pendiri adalah H. Abdullah Ali, dr. H. Atje Muljadi, Drs. Alwi Mas’oed, H. Effendi Yusuf SH, H. Hamid Alwi, HM Napis Tadjeri, Drs. H. Rusdi Saleh, dan H. Sa’ali.

Dalam perkembangannya kemudian, masuk pula sebagai anggota Dewan Pendiri yaitu Hj. Emma Agus Bisrie, H. Husein Sani, H. Irwan Sjafi’ie, H. Salman Muchtar, dan Prof. Dr. Yasmine Z. Shahab.

Sebagai Anggota Majelis Adat Bamus Betawi,  Bang Fendi mencermati aspek-aspek hukum. Ia fasih berbicara mengenai penataan format hukum adat masyarakat Betawi ke depan.

Dalam pandangan Bang Fendi, tergerusnya nilai-nilai adat dan tradisi kebudayaan Betawi, saat ini cukup mengkhawatirkan. Karena itu perlu dibuat penataan hukum adat guna melestarikan kaidah norma yang berlaku dalam kebudayaan Betawi.

Bang Fendi juga menginginkan aplikasi dari perda No. 4 tahun 2015 tentang Pelestarian Budaya Betawim terutama guna mendapatkan masukan dari komparasi budaya masyarakat Indonesia.

Budaya Betawi dan daerah lain banyak yang memiliki kesamaan, karena berangkat dari nilai-nilai religiusitas yang sama, yakni agama Islam. Itulah sebabnya Majelis Adat Bamus Betawi perlu mengenal dan mempelajari budaya Aceh, Melayu, dan Minang, sebagai komparasi guna melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi.

Di Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi (Forum Jibang) Setu Babakan, Bang Fendi aktif sejak 2015 hingga 2020.

IMRON YUNUS

“Jangankan kalah, seri aja ogah.” Begitu Imron Yunus bersikap dalam setiap pekerjaan yang diembannya. Itulah sebabnya di mana pun ditempatkan ia selalu berprestasi.

Tekad itu pun dibuktikan ketika Perkampungan Budaya Betawi mengikuti lomba desa wisata tingkat nasional yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2021. Sebagai  Kepala UPK, ia membutikan komitmennya.

Harapan Imron terkabul. “Ini kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,” katanya merendah.

Banyak tantangan dalam mengelola Kawasan ini. Ia mengatakan bahwa Zona C di perkampungan itu telah diserahkan meskipun banyak fasilitas yang rusak.

Menurut Imron, cara kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah sistematis sehingga serah terima dilakukan secara daring. “Saya tidak akan korupsi karena tanggung jawab saya di sini 100 kali lipat dibandingkan pejabat lain,” ujarnya saat rapat Forum Jibang PBB Setu Babakan, Rabu (8/9/2021).

Pria kelahiran 2 Agustus 1965 itu masih mengingat pesan Ketua Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Abdul Syukur. Selama ia tidak korupsi, banyak yang akan membela sampai kapan pun.

INDRA SUTISNA

The Living Dictionary. Itulah julukan yang tepat untuk Indra Sutisna, Sekretaris Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Pria kelahiran 15 Mei 1969 ini hafal sisik melik tentang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Semua data baik itu tentang sejarah, luas wilayah, tokoh-tokoh maupun perkembangannya ia dapat menjelaskannya secara rinci.

Menurut Indra Sutisna, Jibang PBB tidak lagi berurusan mengenai perihal teknis. Hal itu sepenuhnya ada pada Unit Pengelolaan Kawasan Setu Bababakan. Forum Jibang PBB lebih mengurus kepada yang sifatnya pengkajian atau pemikiran.

“Kami coba menjabarkan dari pergub tersebut yaitu lebih kepada mengkuratori yang nonteknis, pemikirannya. Sementara yang sifatnya teknis dilakukan oleh Unit Pengelolaan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi,” ujar Indra, Jumat (16/7/2021).

Kajian-kajian yang akan dilakukan bersifat pada pengembangan dan pengelolaan kawasan PBB Setu Babakan. Selain itu juga untuk mengukuhkan ruh budaya Betawi di wilayah tersebut.

Langkah awal forum Jibang PBB di periode ke-2, yakni pengkajian panataan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Setu Babakan. Pengkajian bertujuan untuk mengelola kawasan agar lebih tertata dan indah.

LAHYANTO NADIE

Beki Mardani (kiri), Yahya Andi Saputra (tengah), dan Lahyanto Nadie (kanan)

Sejak 1997 Lahyanto Nadie telah aktif dalam mempersiapkan kehadiran Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan melalui Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PBB).

Kini wartawan senior tersebut sebagai anggota Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi (Forum Jibang) yang menangani masalah kesenian dan pemasaran.

Pria kelahiran Gang Camat Gabun Srengsengsawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada 22 September 1964, itu aktif di ranah kebetawian melalui Lembaga Kebudayaan Betawi, Bamus Betawi dan Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi).

ROOSYANA HASBULLAH

dr. Roosyana Hasbullah MPH adalah perempuan Betawi pertama yang menjadi staf ahli di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Sejak muda ia aktif berorganisasi. Kini ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wanita Betawi (PWB).

Ia berkomitmen penuh terus memajukan posisi perempuan Betawi dalam berbagai aspek kehidupan.
“Sejak zaman Belanda dulu selalu pedagang lelaki yang harus maju. Sedangkan perempuan di dapur saja. Nah, kita mendobrak itu semua agar ada kesetaraan dan pemajuan tiga pilar, yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi,” ujarnya

Menurut dokter Roos, potensi perempuan-perempuan Betawi sebenarnya tak diragukan lagi. Beberapa banyak yang menduduki jabatan strategis hingga fungsional di Indonesia. Namun, hanya segelintir saja jumlahnya.

ROBI INDRA

Robi Indra adalah anggota termuda di Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi (Forum Jibang PBB) Setu Babakan. Pria kelahiran Jakarta ini adalah seorang guru olahraga.

Ayah dua anak ini jago main silat. Namun pembawaannya tenang dan agak pendiam.

Sarjana komunikasi dari STISIP Widuri ini aktif sebagai Ketua Umum Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong, Sekretaris Umum Kampung Silat Rawabelong dan Ketua Lembaga Juri Silat Tradisi IPSI Jakarta Barat.

Selain soal silat, ia juga gemar seni dan film. Sejak 2021 ia menjadi Ketua Krida Seni dan Film Widya Budaya Bhakti Kwatir Cabang Jakarta Barat. Sedangkan di dunia pariwisata, Robi aktif sebagai Ketua Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya. DPP Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi).

Sejak kecil Robi memang bermukim di Jakarta Barat hingga ia bersekolah di SDN 07 Sukabumi, Jakarta, SMP Al-Hasanah dan SMA Tri Arga.

Ayahnya bernama Sutrisno dan ibunya Surahmi.

RUDI SAPUTRA

Rudi Saputra

Nama lengkapnya Ir. H. Rudi Saputra MM bin H. Madun bin Tombong bin Boan. Ayah tiga anak ini adalah dosen di almamaternya, Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN).

Ia paling ganteng di rumahnya. Ketiga anaknya perempuan yaitu Irsa Afiat Nurul Saputra, Diandra Arif Arzani Saputra, dan Fadya Syahira Saputra.

Rudi aktif mempersiapkan Perkampungan Budaya Betawi sejak 1997 melalui Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PBB). Kini ia juga sebagai Ketua RW 09 Kelurahan Srengsengsawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pria yang suka olahraga ini dikenal memiliki pergaulan yang luas.

RUSDI SALEH

Visioner. Satu kata ini mencerminkan sosok Rusdi Saleh. Ketika orang belum berpikir jauh, ia sudah melangkah lebih jauh. Itu dibuktikan dengan karya yang nyata hingga kini. Lembaga Kebudayaan Betawi dan Bamus Betawi adalah sedikit dari banyak pemikiran Rusdi Saleh yang dapat kita lihat hingga hari ini.

Perjalananan hidup Rusdi lebih banyak dilalui menjadi jurnalis, kemudian berkarya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta selama dua periode. Panggilan jiwa nasionalismenya dengan berupaya memajukan budaya Betawi hingga kini tak pernah padam.

Sebagai anak pejuang kemerdekaan, yakni Muhammad Saleh yang kemudian menjadi pengusaha transportasi di Jakarta, Rusdi terbilang berasal dari keluarga yang berkecukupan secara ekonomi sehingga ia pun memiliki akses terhadap pendidikan tinggi pada masa itu.

Rusdi sempat menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Namun, aktivitasnya dalam berorganisasi dan minatn semakin mengarah pada bidang publisistik. Rusdi pun meninggalkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, kemudian masuk ke  Sekolah Tinggi Publisistik (IISIP) untuk mendalami dunia jurnalistik.

Minat terhadap bidang publisistik ternyata membawa Rusdi benar-benar berkarier di dunia penyiaran, yakni TVRI.

TVRI kala itu merupakan satu-satunya saluran televisi yang boleh siaran di seluruh Indonesia. Impian Rusdi menjadi jurnalis terwujud setelah dinyatakan lolos sebagai penyiar TVRI.

Rusdi Saleh, penyiar TVRI yang lahir pada 7 Juli 1942, merupakan salah satu yang menjadi saksi sejarah negeri ini, salah satunya dalam lompatan dunia komunikasi. Pada 8 Juli 1976 dari Tanjung Caneveral, Florida Amerika Serikat, Indonesia meluncurkan satelit Palapa A1. Atas peluncuran ini, Indonesia menjadi negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki satelit.

Salah satu prestasi yang pernah dicapainya sepanjang karier sebagai penyiar di TVRI adalah mewawancarai Presiden Soeharto secara langsung saat Indonesia menorehkan sejarah pertelekomunikasian lewat peluncuran satelit Palapa A1. Masa itu merupakan prestasi bagi jurnalis jika berhasil mewawancarai secara langsung Presiden Soeharto, terlebih pada saat peluncuran satelit Palapa yang pertama.

Rusdi juga dikenal sebagai benteng citra Betawi.  Label ini diberikan kepadanya karena sosoknya seolah membalik anggapan masyarakat umum tentang warga Betawi yang dianggap ”kampungan”.

Kendati sudah mengakhiri masa baktinya sebagai pegawai TVRI, Departemen Penerangan RI, Rusdi tetap aktif berbakti bagi masyarakat. Rusdi bahkan duduk sebagai anggota Forum Pengkajian dan Pengembangan Setu Babakan.

Rusdi selau tampil paling depan untuk membela kepentingan Betawi, terlebih menyampaikan kontribusi kaum Betawi bagi bangsa dan negara di masa lampau dan kini.

Ayah dua anak ini ikut memperjuangkan komponis besar Ismail Marzuki yang juga putra Betawi sebagai pahlawan nasional.  Bahkan, ia juga memperjuangkan makam Ismail Marzuki dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan,  Kalibata, Jakarta Selatan. Rusdi juga memperjuangkan supaya nama Jalan Cikini Raya diubah menjadi Jalan Ismail Marzuki.

Perjuangan Rusdi tidak sia-sia. Pada 2004,  Ismail Marzuki menerima gelar Pahlawan Nasional yang diwakili  anak angkatnya, Rachmiaziah Ismail Marzuki. Gelar ini diberikan langsung Susilo Bambang Yudhoyono, yang waktu itu menjabat sebagai Presiden RI.

Kecintaan Rusdi pada kebudayaan Betawi tidak hanya  dituangkan dalam forum seminar ataupun diskusi, tetapi juga dalam bentuk tulisan opini berjudul Konservasi Budaya Betawi yang dimuat di Kompas edisi 3 Juli 1984.

Anggota DPRD DKI Jakarta periode 1987-1992 dan 1992-1997 ini juga sangat peduli terhadap keberadaan Setu Babakan. Setu Babakan merupakan  salah satu perkampungan Betawi yang terletak di Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa. Perkampungan Budaya Betawi ini berfungsi sebagai area untuk pelestarian budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.  Rusdi terus berupaya agar Setu Babakan tidak sekadar menjadi pusat kebudayaan Betawi, tetapi juga menjadi obyek wisata berskala nasional.

Bagi Rusdi, kecintaannya pada Betawi menjadi salah satu perwujudan jiwa nasionalismenya. Wujud nasionalisme dilakukan dengan turut memajukan budaya Betawi, serta tidak malu mengakui diri sebagai keturunan Betawi yang ikut berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

SIBROH MALISI

Dr. Sibroh Malisi MARS, menilai masalah pendidikan bagi warga Betawi merupakan hal yang paling penting. “Jika kita tidak mau tertinggal dengan etnis lain, maka pendidikan harus menjadi prioritas,” kata pria kelahiran 23 Desember 1960 tersebut.

Itulah sebabnya sejak 2006 ia berjuang menyampaikan tuntutan untuk menjadikan masyarakat dan Lembaga Betawi sebagai bagian dari UU No. 34/1999, terkaiat dengan upaya meningkatkan sumber daya manusia Betawi. Dengan masuknya Betawi, maka alokasi dana untuk kaum ini dapat dikelola secara mandiri demi kemajuan warga asli Jakarta.

Bidang pendidikan menjadi perhatian Sibroh karena ia merasakan sendiri bahwa dengan bersekolah ia mampu mengangkat martabat keluarganya yang sederhana. “Ane cuman anak tukang irat tali, karena sekolah bisa jadi dokter,” katanya.

Haji Abdul Karim, ayahnya, menghidupi keluarga dengan menjual tali yang terbuat dari batang pisang. Jika pohon pisang telah berbuah dan batangnya ditebang, kemudian pelepahnya dipotong memanjang. Tali yang masih basah tersebut kemudian dikeringkan. Dijemur di depan rumah. Setelah kering lalu dijual ke pasar Lenteng Agung. “Dari situlah ayah saya menghidupi keluarga,” kenangnya.

Namun Sibroh kecil tak minder dengan kondisi keluarganya itu. Ia bertekad untuk terus bersekolah.  Setamat SD pada 1974, ia melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah dan selesai pada 1978.

Setelah itu ia melanjutkan ke SMA Bhayangkari, kemudian kuliah di Fakultas Kedokteran Unversitas Yarsi. Alhamdulillah selesai pada 1995. Betapa bangganya keluarga dan masyarakat sekitar dengan kehadiran dokter pertama di Kampung Ciganjur. Nama “dokter Sibroh” pun makin dikenal dan menjadi kebanggaan masyarakat.

Praktek sebagai dokter tak membuatnya lupa akan almamaternya. Sibroh juga mengajar di Universitas Yarsi. Di tengah kesibukannya itu, ia membuka klinik sendiri.

Pendidikan memang menjadi prioritas Sibroh. Selain aktif berorganisasi, melanjutkan ke program pascasarjana di Universitas Indonesia hingga meraih gelar Magister Administrasi Rumah Sakit.

Klinik yang dibangunnya pun makin berkembang hingga kini menjadi RS dr. Ali Sibroh Malisi. Sukses mendirikan rumah sakit, sang dokter terus mengembangkan bisnisnya mulai dari kuliner hingga properti.

SOFYAN MURTADHO

Sofyan Murtadho (kanan) bersama Kepala UPK PBB Setu Babakan, Imron Yunus (kiri)

Inilah jawara yang sesungguhnya. Selain sebagai lurah, Sofyan Murtadho memang jagoan betulan. Sering berkelahi dan selalu menang. “Ane ngumpet di tempat yang terang,” katanya.

Selain jagoan ia juga seniman, banyak karyanya yang popular. Idenya brilian. Tidak sampai di situ.  Sofya juga mengimplentasikannya dengan kongkret. Dengan pergaulannya yang luas, gagasan-gagasannya diterjemahnya menjadi karya nyata bersama teman-temannya dari berbagai kalangan.

Di Setu Babakan, Sofyan menuangkan ide lewat lagu. Lihatlah syair lagu irama gambang kromong Setu Babakan yang begitu popular.

Ada namanye setu babakan

Tempatnya Jakarta sebelah selatan

Bukannya kota bukan hutan

Pejuang bijak punya kepenegenan

Ada bekas jejak kaki

Yang bisa jadi saksi

Semoga harapan terbukti

terciptanya perkampungan betawi

Mari kita jaga bersama

Alam setu yang sudah ada

Tinggalin buat cucu kita

Resapan air kota Jakarta

Ncang ncing enyak babe

mana lagi sumbangsihnye

Pak Kyai doain dong biar rapi

Terciptanya perkampungan Betawi

Syair lagu itu diciptakan pada 1997 ketika kondisi perkampungan di Setu Babakan belum tertata. Seperempat abad kemudian, apa yang dibayangkan Sofyan menjadi kenyataan.

Begitu pun dalam syair lagu keroncong Impian Setu Babakan yang diciptakannya Bersama Ridwan Saidi:

Aih… jiwa manis Setu Babakan

Masa depan Betawi jiwa manis diimpi-impikan

Kala malam purnama

Zaman Tanjung Kelapa

Dirancang dan dibina

Jadi objek wisata

Aih… jiwa manis Setu Babakan

Masa depan Betawi jiwa manis diimpi-impikan

Konon malam purnama

Bidadari menjelma

Situ Bakan asli

Pupuk budaya Betawi

Aih… jiwa manis setu babakan

Masa depan Betawi jiwa manis diimpi-impikan

Impian Sofyan kini hampir menjadi kenyataan. Itulah sebabnya ia berpikir jauh ke depan untuk puluhan tahun mendatang. Visinya tentang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah…

YAHYA ANDI SAPUTRA

Awalnya ia bernama Agus Yahya Andi Saputra namun popular sebagai Yahya Andi Saputra. Ia lahir di Jakarta, 5 Desember 1961. Magister Susastra (Kajian Tradisi Lisan) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dikenal sebagai aktivis dan praktisi kesenian Betawi.

Soal kebetawian ia aktif di seluruh penjuru bumi Betawi. Mulai dari Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, Ketua Asosiasi Tradisi Lisan DKI Jakarta, Sekretaris Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ2015-2018)dan tentu saja d Forum Pengkajian dan. Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi (Forum Jibang PBB).

Ia pernah mengukti Visiting Reseach Fellow, Research Institute for Humanity and Nature (RIHN), Kyoto, Jepang.

Yahya juga mendapatkan penghargaan kebudayaan bidang pelestari tahun 2015 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Ayah dari Sausan Yusria ini, menulis buku dan berpartisipasi dalam antologi puisi, antara lain: Ragam Budaya Betawi (2002), Upacara Daur Hidup Adat Betawi (2008), Pantun Betawi, Refleksi Dinamika, Sosial-Budaya, dan Sejarah Jawa Barat Dalam Pantun Melayu Betawi (2008), Profil Seni Budaya Betawi (2009).

Selian itu ia juga menulis buku Permainan Tradisional Anak Betawi (2011), Cetrok Bekasi (editor, 2013), Antologi Puisi Ketika Daun Jatuh (2013), Antologi Puisi Petang Puisi Ekspresi & Refleksi Alumni FIB UI (2014), Sejarah Perkampungan Budaya Betawi : Demi Anak Cucu (2014), Antologi Puisi Syair Persahabatan Dua Negara, 100 Penyair Indonesia – Malaysia (2015), Antologi Puisi Gerhana (2016), Kumpulan Puisi Sihir Sindir(2016), Antologi Puisi Matahari Cinta Samudera Kata (2016), Antologi Puisi Negeri Awan (2017), Antologi Puisi Dari Loksado Untuk Indonesia (2017), Antologi Puisi The First Drop of Rain (2017), Jantuk Pertumbuhan dan Perkembangan (2017), dan Kumpulan Puisi Jampe Sayur Asem (2017).

Karya lainnya adalah Antologi Puisi Negeri Bahari (2018), Antologi Puisi Sendja Djiwa Pak Budi (2018), Antologi Puisi Epitaf Kota Hujan (Padangpanjang, 2018), Antologi Puisi Marhaban ya Ramadhan (2018), Antologi Puisi Doa Seribu Bulan (2018), Antologi Puisi A Skyfulof Rain (Banjarbaru, 2018), Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta (2018), Antologi Puisi Pesisiran(2019), Antologi Puisi Pandemi Puisi (2020), Antologi Puisi Gabin Barandam (2020), Antologi Puisi Angin,Ombak, dan Gemuruh Rindu (2020), Antologi Puisi Gambang Semarang (2020), Antologi Alumni MunsiMenulis (2020), Antologi Puisi Rantau (2020), Kumpulan Puisi Cerita Dari Dapur (2020), Kumpulan Tulisan Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan (2021).

Biuah karya paling anyar adalah Betawi Megapolitan, Merawat Jakarta Palang Pintu Indonesia yang diterbitkan oleh Pustaka Kaji.

Suami dari Suli Setiawati ini, tetap produktif dalam berkesenian dan berkebudayaan hingga kini. Sampai kapan? “Hingga hayat dikandung badan,” katanya serius.

YOYO MUCHTAR

Di Setu Babakan memang tidak ada buaya. Namun di Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi (Forum Jibang PBB) ada ‘buaye’ keroncong H. Yoyo Mukhtar. Kenapa dia disebut buaya keroncong? Buaye Keroncong adalah julukan yang berarti bahwa seseorang totalitas untuk musik yang berasal dari Portugis ini.

Bang Haji Yoyo, begitu panggilan akrabnya, memang totalitas untuk pelestarian dan pengembangan musik keroncong Betawi.

Sesungguhnya bukan hanya musik keroncong yang ia dalami. Untuk Betawi ia bekiprah mulai dari dunia seni, organisasi, pendidikan hingga olahraga.

Pria kelahiran 4 Desember 1950 di Pisangan, Jakarta Timur, ini memulai Pendidikan di SD Budi Utomo, Jakarta Pusat. Ia melanjutkan ke SMPN 44 Pisangan Lama, Jatinegara, Jakarta Timur.

Meningkat ke sekolah menengah atas, Bang Yoyo masuk ke STM Poncol, di Senen, Jakarta Pusat. Setelah lulus ia bekerja di perusahaan swasta.

Bakat kepemimpinannya telah muncul di usia muda.  Sebagai karyawan yang baru berusia 22 tahun, ia telah memimpin sedikitnya 45 karyawan. Promosi demi promosi diraihnya dan pada usia 25 tahun telah menjadi kepala bagian di perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil dan produk tekstil.

Sambil bekerja, ia mengambil kuliah di Universitas 17 Agustus (Untag) di kampus yang berlokasi di Ancol, Jakarta Utara. Pada 1975, Bang Yoyo diterima sebagai pegawai pada Dinas Rumah Tangga Pemda DKI Jakarta yang bekantor di Balaikota.

Karirnya sebagai aparatur sipil negara (ASN) membuatnya nyaman karena dia ditempatkan di Dinas Pariwisata yang menjadi perhatian khusus baginya. Bang Haji Yoyo dinilai aktif mengembangkan kebudayan Betawi karena kiprahnya di Lembaga Kebudayaan Betawi dan Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus) dan tentu saja Forum Pengkajian dan Pengebangan Perkam.

Jabatan Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Sudin Pariwisata diembannya selama 6 tahun. Pada 2001, ia dipromosikan sebagai Kepala Seksi Atraksi Wisata Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta kemudian menjadi Kepala Seksi Pengawasan Sudin Pariwisata Jakarta Timur.

Pekerjaan itu begitu dinikmatinya hingga sempat menjadi Kepala Sangkrini UPT Anjungan DKI Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 2005-2006 sampai ia pensiun.