INDOWORK.ID, JAKARTA: PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel memulai initial public offering (IPO) dengan penawaran awal sejak 26 Oktober hingga 4 November 2021. Melalui kode IDX MTEL, Mitratel menawarkan sebanyak 25.540.000.000 saham atau 29.85 persen dari total saham dicatatkan.
Seorang investor ritel, Hasan Zein Mahmud yang sebelumnya belum pernah membeli saham dari IPO pun memberanikan diri untuk membeli MTEL. Bukan tanpa sebab, ia mempertimbangkan prospek ke depannya yang menggiurkan.
Sebelumnya, Hasan tak pernah ikut pembelian saham dari IPO karena kerepotan secara administrasi. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada price dan time priority, posisi kelas kambing berhadapan dengan para pembeli raksasa.
“Tapi kali ini, buat Mitratel, MTEL, saya rela untuk ikut rebutan,” tandas Hasan kepada Indowork, Senin (1/11/2021).
Berikut ini 10 pertimbangan Hasan Zein yang mungkin juga bisa menjadi pertimbangan para investor lain.
Pertama, peluang nilai IPO berada di atas BUKA. Bila harga ditetapkan di batas atas, kapitalisasi akan mendekati 90 triliun. Menyelip diantara BC’s. Mencuri perhatian MSCI, FTSE dan lain lain produsen indeks. Pada gilirannya akan menggiring manajer dana asing.
Kedua, pernyataan TLKM akan lock up 12 bulan menunjukkan keyakinan bahwa IPO MTEL marupakan value creation bagi TLKM. Dan keyakinan bahwa harga sahamnya akan naik dari waktu ke waktu.
Ketiga, perkiraan kasar saya, menara TOWR saat ini lebih banyak dari menara MTEL yang 28.030 itu. Namun pasca IPO, MTEL akan jauh meninggalkan TOWR dan TBIG. Lebih dari 90% dana IPO akan digunakan untuk ekspansi. Secara organik maupun akuisisi.
Keempat, IPO akan mengubah tampilan Neraca MTEL. DER akan turun signifikan dari posisi 1,4 x saat ini. Memperbaiki current ratio (saat ini sekitar 0,5x) memperkuat interest coverage.
Kelima, MTEL akan berhenti menjadi “tukang jualan menara TLKM Group” dan akan lebih fokus pada pembangunan menara, akuisisi menara, leasing menara dan servis menara.
Keenam, selama 4 tahun terakhir, pendapatan, laba kotor, gross profit margin, laba usaha, operating profit margin, laba bersih dan net profit margin menunjukkan kenaikan. Sekedar ilustrasi, selama 1H21 laba bersih MTEL mencapai Rp700 miliar. Angka itu sudah lebih besar dari laba bersih 2020 setahun penuh, Rp602 miliar.
Ketujuh, tenancy ratio MTEL (1,5 x) masih berada di bawah TBIG dan TOWR ( sekitar 1,89 x). Namun, dalam kacamata saya, ini justeru peluang emas yang luar biasa. Peningkatan tenancy ratio itu dalam bahasa pasaran merupakan “tambahan pendapatan tanpa tambahan investasi dan biaya.”
Kedelapan, peningaktan tenancy ratio itu, pasca IPO akan terbentang seperti jalan tol. Pertama karena kueunggulan lokasi. Mayoritas menara Mitratel berada di lokasi unggul. Juga mayoritas di luar Jawa. Operator besar yang ingin ekspansi ke luar Jawa, tentu jauh lebih ekonomis menyewa menara MTEL ketimbang membangun menara baru. Kedua, menara MTEL didukung oleh jaringan fiber optic. Membuka peluang melayani multi tenants.

Kesembilan, MTEL sudah mengantongi kontrak jangka panjang yang nilainya cukup besar. Captive market.
Kesepuluh, Yang ini tentu daya tarik penting juga, terutama buat ritel. Sebagai acuan Basic Dividend Policy, Mitratel mencanangkan akan membagikan dividend dengan pay out ratio 70% mulai tahun depan.
Melihat alasan tersebut, menambahkan MTEL ke portofolio bisa menjadi langkah bagus dalam meraup cuan. Masih ada waktu untuk melakukan pembelian IPO MTEL hingga 4 November nanti. “Semoga kali ini emiten dan otoritas memberi peluang lebih besar kepada ritel untuk memperoleh penjatahan. Sendok kecilku bisa berisi penuh, hahaha,” tutup Hasan.
Baca juga: Alasan Kamu Harus Tambah TLKM Ke Portfolio Sekarang
Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *