Oase

Nukilan Tarikh Hasan Zein Mahmud: An Najasi



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Sebelum dinobatkan menjadi raja, An Najasi, – Raja negeri Habasyah itu, – lebih dikenal dengan nama Ashhamah bin Abjar. Perjalanannya menuju tahta merupakan rute panjang yang bercadas, berliku, dan berduri. Ayahnya, saat duduk di tahta kerajaan, terbunuh karena intrik politik yang kejam. Sebagai anak tunggal, secara tradisi, Ashhamah bin Abjar berhak mewarisi tahta.

Namun yang mewarisi tahta adalah pamannya yang memiliki dua belas anak. Ia sendiri, masih akibat intrik politik yang berkepanjangan, diusir keluar dari kerajaan. Namun kehendak Allah jua yang berlaku. Jalannya sejarah berbelok tajam. Pamannya, sang Raja, meninggal ditimpa pilar istana yang runtuh. Tidak ada satu pun dari selusin anak pamannya yang layak duduk di singgasana. Ashhamah dipanggil pulang untuk dinobatkan menjadi raja, yang kemudian lebih dikenal dengan nama An Najasi.

Perjalanan yang tak mudah itu membentuk karakter An Najasi menjadi seorang raja yang adil, bijaksana dan tidak suka berlaku zalim terhadap sesama. Pertimbangan itu pula yang mendorong Muhammad memilih negeri Habasyah sebagai tujuan hijrah bagi kaum muslimim, ketika ancaman dan siksaan kaum Quraisy semakin kejam, nyaris tak tertanggungkan, pada tahun ke lima kenabian Muhammad.

Rombongan muhajirin pertama, yang hanya beberapa gelintir, dipimpin langsung oleh Ustman bin Affan, sahabat dan menantu Rasulullah. Kelak dikemudian, disusul oleh rombongan kedua dalam jumlah yang lebih besar. Namun kaum Quraisy tak pernah tinggal diam. Mereka utus Amr bin Al Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah menyusul ke Habasyah, menghadap An Najasi. Utusan Quraisy itu dilengkapi dengan rencana fitnah dan sejumlah upeti. Tujuannya, meminta An Najasi menyerahkan para muhajirin itu kepada mereka.

Raja yang bijak itu kemudian mendengarkan kedua belah pihak di hadapan Mejelis yang terbuka. Sang Raja, sebagai seorang nasrani yang soleh, menangis tersedu-sedu ketika Ja’far bin Abi Thalib, salah seorang muhajirin, membacakan penggalan surat Maryam (ayat 16 – 24). Sebelum membubarkan majelis dan meninggalkan istana, sang raja bersabda: “Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian selama aku masih hidup”…

Berita Lainnya