Bisnis Headline 4 December 2024

Sarapan Coto Makassar di Sorong, Kota Minyak

INDOWORK.ID, SORONG: Saya tiba di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) yang terletak di Sorong, Papua Barat Daya, Rabu, 4 Desember 2023 pukul 07.05 setelah terbang selama 5 jam dari Jakarta.

DEO merupakan salah satu bandara terbesar dan tersibuk di Semenanjung Kepala Burung. Bandara ini menggantikan lapangan terbang bekas Perang Dunia II yang lebih kecil, Bandara Jefman di pulau Jefman.

Kehidupan pagi di kota Soronng begitu bersahaja. Warga bekerja sesuai profesi masing-masing. Saya menikmati sarapan coto Makassar bersama para profesional dan pekerja asing.

Muhammad Nasir, rekan yang mengajak saya menikmati Coto Hb’Eng terletak di Kelurahan Remu Utara, Distrik Sorong. Jarak dari Bandara Domine Eduard Osok adalah sekitar 2,2 kilometer via Jalan Basuki Rahmat atau 7 menit menggunakan kendaraan roda empat.

Di rumah makan ini, pengunjung tidak hanya disajikan hidangan khas Papua Barat seperti dada tuna, melainkan juga Coto Makassar. Seluruh menu dibanderol dengan harga yang terjangkau. Untuk Coto Makassar, ada pilihan apakah isinya daging semua atau dicampur dengan jeroan. Harganya sama-sama Rp28.000 untuk satu porsi, dan Rp 15.000 untuk setengah porsi.

KOTA MINYAK

Sorong adalah ibu kota Papua BaratDaya yang dikenal sebagai sebutan Kota Minyak, di mana Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak 1935. Sorong adalah kota terbesar kedua di Papua setelah Jayapura.

Kota Sorong dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten dengan sumber daya yang potensial, menjadikannya sebagai kota industri barang dan jasa yang penting di Papua. Sebagai kota pelabuhan, Kota Sorong terletak sangat strategis karena berdekatan dengan ALKI 3 yang merupakan salah satu alur pelayaran internasional. Hal itu menjadikan Kota Sorong sebagai ‘gerbang’ yang mempertemukan rute pelayaran luar negeri dan dalam negeri di Kawasan Timur Indonesia.

LAUT YANG BERGELOMBANG

Nama Sorong berasal dari kata soren. Soren dalam bahasa Biak memiliki arti “laut yang dalam dan bergelombang”. Kata soren digunakan pertama kali oleh pelaut suku Biak yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain hingga kemudian tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat.

Suku Biak inilah yang memberi nama “Daratan Maladum” (sekarang termasuk bagian dari wilayah Kota Sorong) dengan sebutan “Soren” yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Tionghoa, misionaris Eropa, Maluku dan Sangir dengan sebutan Sorong.

EKSPLORASI MINYAK

Mohammad Musa’ad

Namun versi lain menyebutkan nama Sorong berasal dari singkatan salah satu anak usaha dari kartel dagang VOC yang bernama Seismic Ondersub Oil Nieuw Guinea (SOrONG) yang bergerak dalam bidang eksplorasi minyak.

Mengelilingi kota Sorong tak memerlukan waktu lama. Lalu lintas pun lancar belaka. Seusai sarapan, saya menyusuri kota hingga mencapai ke kantor pusat pemerintahan Papua Barat Daya yang kini untuk sementara dipimpin oleh Pj. Gubernur Mohammad Musa’ad.

Pria kelahiran 22 Juli 1965 ini adalah seorang akademisi dan birokrat ini menjabat sejak sejak 9 Desember 2022. Sebelumnya ia pernah mengemban jabatan sebagai Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekda Provinsi Papua. Musa’ad juga merupakan dosen di Universitas Cendrawasih (Uncen) Papua.

Musa’ad juga merupakan ketua umum Yayasan Pendidikan Islam di Tanah Papua (Yapis) masa jabatan 2022-2027. Yapis adalah yayasan swasta yang menyelenggarakan satuan pendidikan tingkat pendidikan usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi yang tersebar di 24 kabupaten/kota dan enam provinsi Papua.

Seusai sarapan saya mengunjungi kantor gubernur, namun disambut oleh demo yang digelar oleh warga yang protes tentang penerimaan aparatur sipil negeri (ASN). Mereka menuntut agar orang asli Papua diterima sebagai pegawai negeri.

 

 


Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *