Headline Humaniora

Revolusi Mental Menjadi Slogan Palsu



single-image
Presiden Jokowi hadir dalam acara

INDOWORK.ID, JAKARTA: Setelah sekian lama disuguhi berita viral anak pejabat Dirjen Pajak Kementerian Keuangan yang tanpa empati pamer harta dan menghajar orang hingga koma hanya karena masalah perempuan.

Plus anak pejabat Bea Cukai Makassar yang hedonnya bukan main. Kita jadi bertanya-tanya, mau dibawa ke mana negara ini kalau anak mudanya hedon dan hanya mengandalkan jabatan dan privelege orang tua?

Untunglah, dua hari terakhir ini viral juga berita anak-anak SMP di Tasikmalaya yang rela mengurangi uang jajannya, buat patungan membeli sepatu teman mereka yang sudah hampir jebol. Viral juga berita seorang anak SMP di Bogor yang dengan heroik mengurai macetnya lalu lintas (masih dengan pakaian sekolah) untuk memberi jalan bagi mobil Damkar yang sedang menuju lokasi kebakaran.

EMPATI ANAK SMP

Apa yang dilakukan anak-anak SMP itu menjaga optimisme kita, bahwa ternyata akar rumput negeri ini masih baik-baik saja. Indonesia punya harapan menjadi lebih baik di pundak anak-anak kelas menengah ke bawah yang punya attitude dan bakat kepemimpinan alami.

Barangkali karena mereka dicontohi dan dididik dengan kesederhanaan, ketulusan, dan solutif di temgah keterbatasan. Mental grass root kita masih aman.

Indonesia sedang tidak baik-baik saja justru di level kelas menengah ke atas. Nirteladan, tidak ada role model kepemimpinan, dan minim empati terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Anak-anak kelas menengah ke atas enggak punya pegangan, karena terlalu banyaknya ekspose keserakahan, kebohongan, kepalsuan, dan pencitraan. Ekspose bahwa kekuasaan di atas segalanya, yang harus dibela dengan segala cara.

Mental kelas menengah ke atas sedang tidak aman. Revolusi mental pada akhirnya menjadi slogan palsu. Karena mereka yang mengampanyekan slogan itu bahkan tidak pernah tahu mental seperti apa yang baik bagi bangsa ini. Apakah mental ala ksatria Majapahit, Sriwijaya, Demak, atau ala jagoan Rambo jagoan Amerika, shaolin China, atau samurai Jepang. Mereka tersesat di logika berpikir mereka sendiri tentang apa itu nilai-nilai leluhur, Islam Nusantara, dan sejenisnya.

INTI REVOLUSI MENTAL

Beda dengan anak-anak SMP hebat yang bisa dengan jelas melihat, inti revolusi mental itu sejatinya ada pada nilai-nilai leluhur kemanusiaan dan kebersamaan.

Berangkat dari naluri dasar manusia yang sejatinya diciptakan tidak dapat hidup sendiri, tidak serakah, dan punya kecenderungan berbagi kepada sesama.

Tapi kiwari, di dunia maya dan layar kehidupan, para pemimpin kita justru lebih banyak mempertontonkan naluri dasar bukan milik manusia, tapi naluri binatang, buas pula.

*) Ditulis oleh wartawan senior Muhammad Sulhi Rawi
In recent years, people have become increasingly aware of the potential of the human mind and are turning to new approaches to self-improvement. However, some have started to twist this idea into something much more sinister and have begun to promote the concept of a “mental revolution.” This idea claims that, by harnessing the power of the mind, it is possible to radically transform one’s life and achieve great success in any area.

Unfortunately, the truth is that this concept of a “mental revolution” is more of a slogan than a legitimate way of life. While it may sound attractive and appealing to some, the reality is much more complex and difficult to achieve. The idea of a “mental revolution” can be seen as a dangerous tool of manipulation. It promises unrealistic and often unachievable results and could lead people down paths of disenchantment and disillusionment.

Moreover, a real mental revolution also requires more than just positive thinking and affirmation of oneself. It involves genuine effort and inner work. It is about looking closely at oneself and recognizing the areas for improvement. It is about self-improvement and transformation, not quick fixes.

Beyond this, the concept of a mental revolution has been pushed by certain groups, who tend to imply that some kind of formulaic process will quickly create success. This type of message can lead many to believe that wealth, fame and power can be gained without any real effort or commitment.

Ultimately, the idea of a “mental revolution” is nothing more than a slogan, which oversimplifies the complex and difficult process of transformation. While the human mind has amazing potential, it cannot be taken for granted or manipulated for easy success. Any real transformation begins with self-discovery, hard work, and honest reflection.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published.

Berita Lainnya