Bisnis Headline

Marilah Meramu Saving menjadi Investment



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Hasil survei BI, yang menyimpulkan bahwa rata rata 16,8% gaji pegawai, disimpan dalam bentuk tabungan. Angka itu termasuk luar biasa. Sebagai perbandingan, saya ingin mengutip USNews 23 Oktober 2019.

Negara dengan tingkat tabungan rumah tangga paling tinggi, adalah Luxembourg dengan saving rate 18,09%. Berutur-turut diikuti oleh negara negara: Swiss (saving rate 17,47%), Swedia (17,04%), Jerman (10,47%), Belanda (9,86%)

Bila angka angka di atas belum berubah banyak, maka tingkat tabungan Indonesia berada di urutan atas. Lebih tinggi dari Jerman dan Belanda.

Saya ingin berceloteh.
Pertama, semoga tabungan masyarakat tidak disimpan dalam bentuk hoarding. Menabung dalam pundi pundi, di bawah bantal atau dikubur dalam tanah. Selain tidak produktif juga efek penggandanya terhadap ekonomi menjadi terputus.

Kedua, perkembangan ekonomis rumah tangga dan masyarakat bergerak dari dissaving society – ketika sebuah rumah tangga atau masyarakat butuh penopang untuk mampu memenuhi kebutuhan konsumsinya – ke arah saving society, kemudian bergerak lagi ke arah investing society. Indonesia, menurut perkiraan saya, baru tahap awal pergeseran dari saving society menuju investing society.

Saving itu pasif. menyerahkan tabungan kepada sistim keuangan, dengan risiko minimal dan harapan keuntungan praktis nihil. Investasi mengharuskan pemilik tabungan untuk aktif menyuruh tabungannya bekerja, untuk kemakmuran yang lebih baik di masa depan. Untuk meraih kemerdekaan secara finansial. Terutama saat saat usia produktif sudah terlampaui.

Dalam perjalanan hidup, ada periode saat kita bekerja keras untuk mencari uang. Tiap orang yang rasional tentu akan mempersiapkan periode ketika kita bisa menyuruh uang – tabungan kita – bekerja untuk kita. Petuah Warren Buffett “If you don’t find a way to make money while you sleep, you will work untill you die”

Mari bangun kebiasaan dan disiplin menabung. Mari berusaha menjadi big saver. “Do not save what is left after spending. Spend what is left after saving.”

MERAMU SAVING JADI INVESTMENT

Hasan Zein Mahmud
Hasan Zein Mahmud

Tapi tidak berhenti sampai di situ. Mari belajar meramu saving menjadi investment. Mengelola tabungan menjadi investasi. Secara makro, “The only reason to save money, is to invest it”. Dalam skala mikro setiap orang, setiap rumah tangga, perlu berusaha mencari uang, mengelola uang dan menginvestasikan uang.

Kata Robert Kyosaki: “Some people work hard, but don’t get ahead. What missing from their education, is not how to make maoney, but what to do after you make it.”

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id.

Berita Lainnya