Bisnis Headline

HK E-Index Sebagai Tolak Ukur Pembangunan Nasional



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Setelah sukses menggelar Forum HK Expert Talk yang pertama pada 25 Maret 2021 lalu, PT Hutama Karya (Persero) baru saja meluncurkan dan kini tengah gencar memperkenalkan inovasi terbarunya yaitu sebuah metode penghitungan dengan alat ukur HK Electricity Index (HK e-Index).

Dalam diskusi dan dialog inspiratif yang diadakan HK Expert Talk. Sebuah paparan singkat dari Direktur Operasi I Hutama Karya, Novias Nurendra, menarik perhatian para audiens. Selama ini Hutama Karya dikenal sebagai perusahaan konstruksi dan infrastruktur, di mana saat ini salah satu fokusnya adalah menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dalam beberapa tahun terakhir Hutama Karya juga tengah serius menggarap proyek pembangunan infrastruktur lainnya yang mendukung pembangunan jalan tol. Salah satunya yang dianggap krusial adalah pembangunan infrastruktur dan teknologi pembangkit tenaga listrik.

Hutama Karya sendiri terlibat dalam pembangunan proyek-proyek EPC besar dan penting di Indonesia. Antara lain proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Grati di Pasuruan, PLTGU Tambak Lorok di Semarang, PLTGU Muara Tawar di Bekasi, dan proyek Ultra Super-Critical (USC) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terbesar di Indonesia bahkan salah satu yang terbesar di dunia, yang berlokasi di Suralaya, Banten.

“Dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit listrik besar, Hutama Karya juga memiliki unit riset, yaitu HK Center for Knowledge, Research and Innovation (HK Connection). Maka dari itu, tidak hanya mengerjakan proyek, kami juga menghasilkan beberapa hasil studi dan pemikiran untuk memperkuat elektrifikasi Indonesia. Salah satu inovasi yang kami hasilkan berupa alat ukur index kapasitas pembangkit listrik, yaitu HK e-Index,” tutur Novias Nurendra, Direktur Operasi I Hutama Karya dalam keterangan resmi.

TEKNOLOGI ENERGI DAN INFRASTRUKTUR

Merujuk pada hasil studi banding ke negara-negara maju dan berkembang lainnya, setidaknya saat ini terdapat 3 aspek penting secara umum yang harus diperhatikan untuk mencukupi kebutuhan energi nasional; Availibility-Reliability-Affordability.

Selain diperlukan lebih banyak pembangkit listrik bertenaga besar untuk mengakomodir kebutuhan listrik nasional, dibutuhkan pula teknologi transmisi untuk mencukupi konsumsi listrik di negara kepulauan seperti Indonesia.

Konektivitas yang dihasilkan jalan tol didukung dengan pembangkit listrik yang memadai akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian di berbagai daerah di Indonesia, yang diharapkan pastinya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Di sinilah Hutama Karya ingin berkontribusi membangun Indonesia Power Super Highway atau jalan tol listrik yang akan mempercepat konektivitas yang diharapkan.

Saat ini, rasio elektronifikasi nasional di Indonesia sudah mencapai 99,2%, dan ditargetkan dapat mencapai 99,9% di akhir tahun 2021. Namun nyatanya, tingkat rasio ini tidak menjamin kesejahteraan ekonomi karena rasio elektronifikasi 100% bukan berarti telah meratanya pasokan listrik di tanah air.

Lebih jauh Novias menambahkan,“Jika Indonesia ingin meningkatkan taraf kesejahteraan, di mana Indonesia juga sudah diprediksi akan menjadi 4 negara besar di tahun 2045, maka yang harus kita kejar adalah keterjangkauan dan ketersediaan pembangkit listrik di negeri kita,” tutur Novias Nurendra.

Lantas, muncul pertanyaan selanjutnya yaitu seberapa banyak dan seberapa besar pembangkit listrik yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia? HK e-Index dapat menjadi solusi dari tantangan tersebut dengan menjadi alternatif pengukuran target jumlah pembangkit yang masih perlu dibangun di Indonesia dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Penghitungan HK e-Index sendiri diperoleh dengan membagi kapasitas pembangkit di sebuah negara dengan jumlah penduduknya. Melalui penghitungan ini, tim riset Hutama Karya berupaya menjawab jumlah pembangkit listrik yang dibutuhkan Indonesia dalam perkembangannya di periode tahun mendatang.

Dari riset yang telah dilakukan oleh tim HK Connection, terlihat HK e-Index dari beberapa negara maju seperti Jerman, Jepang, Singapura dan Korea Selatan berada di kisaran poin 2,2 – 2,6. Sedangkan, negara berkembang dengan sektor energi yang baik seperti Cina dan Malaysia memiliki Index 1,1 – 1,4.

Sementara, HK e-Index Indonesia saat ini masih berada di angka 0,26. Angka yang kecil jika dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki GDP (Gross Domestic Product) di atas USD 10.000 per kapita, sehingga masih terdapat pekerjaan yang sangat besar untuk mengejar ketertinggalan ini.

Alat ukur berupa index yang diusulkan ini menghasilkan data yang dapat menjadi landasan seberapa banyak jumlah pembangkit listrik yang harus dibangun Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya. HK e-Index juga bisa menjadi alternatif baru yang digunakan, tidak hanya untuk Indonesia, namun juga bagi negara-negara berkembang lainnya.

“Banyak sekali alasan bagi Indonesia untuk mulai fokus membangun infrastrutur energi ini demi menjamin ketersediaan dan keterjangkauan listrik bagi seluruh masyarakat. Apalagi negara kita sangat kaya dengan sumber daya alam, air, angin, bahkan sinar matahari yang melimpah.

Masih banyak sumber daya alam yang dapat kita olah menjadi sumber energi baru dan terbarukan, sehingga hal ini juga menjadi peluang bagi kita untuk menciptakan keberlanjutan energi yang lebih baik,” tutup Novias Nurendra, Direktur Operasi I Hutama Karya.

HK EXPERT TALK BANGKITKAN SEMANGAT

Terus menggeliatkan potensi studi dan pembangunan energi dan infrastruktur yang terukur untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Bangsa. Inilah tujuan yang diharapkan Hutama Karya melalui diselenggarakannya forum HK Expert Talk. Webinar perdana HK Expert Talk yang diadakan secara daring pada 25 Maret 2021 lalu telah sukses mendatangkan para pakar di bidang energi dan infrastruktur, baik dari dalam maupun luar negeri.

Antuasiasme para peserta juga sangat luar biasa, di mana HK Expert Talk berhasil menjaring hampir 3.000 peserta dari kalangan profesional, institusi, pemerintah, akademisi, serta mahasiswa dari seluruh provinsi di Indonesia dan para mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di luar negeri.

HK Expert Talk 2021 terlaksana berkat dukungan penuh dari mitra penyelenggara, yaitu organisasi Energy Academy Indonesia (ECADIN), serta para mitra pendukung lain, di antaranya; ESRI Indonesia, Glodon Indonesia, PPI Dunia, PPI Polandia, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), dan Universitas Gadjah Mada.

Rangkaian HK Expert Talk akan digelar dalam beberapa seri webinar sepanjang tahun 2021, dan akan membahas beragam topik mulai dari seri energi, infrastruktur, dan berbagai topik menantang lainnya yang membutuhkan olah pikir yang kritis. Rencananya, HK Expert Talk akan dapat terus berlanjut dan digelar rutin setiap bulannya.

Seluruh rangkaian webinar HK Expert Talk 2021 diselenggarakan secara hybrid, di mana disiarkan dari Studio Inspira di HK Tower ke penjuru dunia secara daring, sehingga bersifat terbuka untuk umum dan dapat diakses oleh siapa saja.

Berita Lainnya