Catepillar, Alat Berat yang Pernah Jaya

INDOWORK.ID, JAKARTA: Salah satu industri alat berat pertama yang berdiri di Indonesia adalah PT Natra Raya. Perusahaan patungan antara Caterpillar Inc dengan Trakindo itu berdiri pada 7 Desember 1982 yang bergerak dalam bidang manufaktur dan perakitan alat berat.
PT Natra Raya menempati lahan total seluas 10 hektar di Jalan Raya Narogong KM 19, Limus Nunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lahan seluas 15.000 meter persegi dipusatkan sebagai lokasi pabrikasi.
Lestari Setiowati, mantan Managing Director PT Natra Raya, mengungkapkan komposisi saham kepemilikan PT Natra Raya pada awal berdiri PT Natra Raya didominasi oleh Caterpillar Inc. kepemilikan dengan saham 80 persen dan Trakindo sebanyak 20 persen saham.
Perakitan alat-alat berat di PT Natra Raya mengikuti standar tinggi berdasarkan ketentuan kantor pusat Caterpillar di Amerika Serikat. Sejumlah produk hasil rakitan pabrik ini antara lain Buldozer D5, D6, D7, Wheel Loader 9680 hingga Ekscavator besar 320D.
Lestari bercerita, Natra Raya memang tidak dapat dipisahkan dari Caterpillar Inc sebagai pemilik principal alat berat di Paman Sam. Sebelum pabrik dibangun di Cileungsi, Bogor, dirinya masih mengingat betul persiapan pembangunan pabrik. Termasuk menyiapkan sumber daya manusianya.
’’Ada 12 orang yang dikirim ke CAT (sebutan Caterpillar) ke CAT Jepang untuk belajar perakitan atau assembling. Satu di antaranya adalah seorang perempuan yang ditugaskan khusus untuk mempelajari wheel loader,’’ ungkap alumnus Ekonomi Akutansi Universitas Indonesia angkatan 1976 ini saat wawancara tatap muka di Jalan Raya Pasar Minggu, Kamis 13 Februari 2025.
CAT INDONESIA AKUISISI 100%
Lestari mengungkapkan, PT Natra Raya dengan kepemilikan patungan CAT (80 persen saham) dan Trakindo (20 persen saham) bertahan cukup lama. Setelah beroperasi selama 23 tahun, tepatnya pada tahun 2005 kepemilikan PT Natra Raya full 100 persen sahamnya dimiliki Caterpillar. ’’Nama Natra Raya menjadi Caterpillar Indonesia. Sedangkan Trakindo menjadi main dealer CAT,’’ imbuhnya.
CAT Indonesia Cileungsi, Bogor bertahan selama 14 tahun. Pada bulan November 2019, pabrik di Cileungsi, Bogor itu resmi tutup. Kini, sejak 2008 CAT Indonesia memusatkan produksi manufaktur alat beratnya di PT Caterpillar Indonesia Batam, tepatnya di Jalan Brigjen Katamso KM 6, Tanjung Uncang, Batu Aji, Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Operasi Caterpillar Indonesia Batam mencakup produksi dan pembuatan ulang produk serta komponen untuk truk dan sekop pertambangan. CAT juga melayani remanufaktur, solar turbines dan CAT Financial.
Caterpillar merupakan perusahaan asal Amerika Serikat yang merancang, mengembangkan, merekayasa, memproduksi, memasarkan dan menjual permesinan dan mesin ke seluruh dunia melalui jaringan waralabanya.
PT Natra Raya merupakan salah satu jaringan waralabanya di Indonesia. Sedangkan Trakindo merupakan agen distributor yang memasarkan produk alat berat Caterpillar. Permesinan produk Caterpillar dapat mudah dikenali melalui cat khas “Caterpillar Yellow’’ dan logo ’’CAT’’.
SEJARAH CAT INC.
Caterpillar memulai sejarahnya pada tahun 1925. Saat Holt Manufacturing Company bergabung dengan C.L. Best Tractor Company untuk membentuk Caterpillar Tractor Company yang berkantor pusat di California, Amerika Serikat.
Pada 1986, perusahaan ini direorganisasi sebagai sebuah badan hukum yang didaftarkan di Delaware dengan nama Caterpillar Inc. Pada Januari 2017, perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka akan merelokasi kantor pusatnya dari Peoria, Illinois, ke Deerfield, Illinois, dan membatalkan rencananya pada tahun 2015 untuk membangun kompleks kantor pusat baru senilai $800 juta di pusat kota Peoria.
Dikutip dari Wikipedia, fotografer Caterpillar Charles Clements diceritakan mengamati traktor merayap seperti sebuah ulat dan Holt pun setuju dengan metafora tersebut. “Traktor memang ulat. Itulah namanya!’’
Walaupun begitu, sejumlah sumber menyatakan bahwa nama perusahaan ini berasal dari tentara Britania Raya yang menyaksikan uji coba traktor Hornsby pada bulan Juli 1907. Dua tahun kemudian, Holt menjual traktor bertenaga uap pertamanya dengan harga US$5.500.
TANTANGAN DI INDONESIA
Lestari menduga, salah satu faktor pabrik perakitan CAT Indonesia di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat tutup lantaran supporting komponen industri di Indonesia tidak sebanding dengan tuntutan standart high quality yang ditetapkan CAT Inc. Sementara, negara-negara tetangga Indonesia seperti China, Australia dan Jepang memiliki semua kebutuhan komponen yang ditetapkan CAT Inc.
’’Kita akui China memang memiliki semua bahan komponen yang dibutuhkan untuk kualitas high spect yang ditetapkan CAT Inc,’’ imbuhnya. Termasuk ekosistem industri alat berat di Negeri Panda itu sangat mendukung bagi pertumbuhan industri manufaktur alat berat.
Lestari menceritakan pengalamannya saat masih aktif di PT Natra Raya dan saat menjabat sebagai Sekretaris Hinabi (Himpunan Pengusaha Alat Berat Indonesia) di tahun 2007. Salah satunya soal komponen baja dalam negeri yang belum sesuai speck Caterpillar.
’’Soal baja ini (sesuai speck CAT, red) China punya. Indonesia belum ada. Saya bersama teman-teman Hinabi waktu itu lalu ke Krakatau Steel mencari komponen baja yang dibutuhkan CAT. Ternyata tidak ada yang sesuai kualifikasi CAT. KS bisa saja memproduksi, tetapi syaratnya order baja yang sesuai speck CAT tidak bisa sedikit. Ordernya harus banyak,’’ ungkap Lestari.
Masalah lain, Lestari menambahkan, soal biaya pajak untuk komponen yang masuk ke dalam negeri. ’’Biaya untuk memotong baja itu lebih mahal dari biaya komponen yang masuk ke Indonesia. Belum lagi desain dan engine produk CAT itu sangat hight spect,’’ cetusnya.
Karena itu, sambung Lestari, peran Hinabi sangat penting untuk membantu anggotanya yang kesulitan mendapatkan komponen dalam negeri. ’’Selain insentif, tentu membantu anggota agar pemerintah membantu industri alat berat mendapatkan komponen yang sesuai standart,’’ harapnya.
Seno Satyasa, mantan senior manager PT Natra Raya untuk Supply Chain tahun 2000-an mengenang supplier komponen CAT tempo dulu dibadningkan dengan saat ini. ’’Dulu supplier kebanyakan dari Eropa Timur. Sekarang datang dari China dan India,’’ imbuhnya.
’’Sekarang ini komponen atau material dari China sudah sangat mumpuni,’’ tegasnya.
Di sisi lain, regulasi bagi industry alat berat di Indonesia dinilainya masih kurang kompetitif dibandingkan negara tetangga di ASEAN. ’’Thailand, misalnya. Di sana tax holiday bukan selain 5 tahun juga lebih menarik,’’ tandasnya.
Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *