INDOWORK.ID, JAKARTA: Perjalanan mudik kali ini memang tidak sepadat tahun lalu. Cerita mudik mulai dari kehabisan pulsa kartu tol hingga mengatur strategi pemberangkatan agar tidak terjebak macet.
Pemimpin redaksi Indowork.id Hamzah Ali melaporkan bahwa perjalanannya pulang kampung ke Wonogiri relatif lancar.
Hamzah dan keluarga berangkat dari tempat tinggalnya di kawasan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, pada pagi hari. Saat ia melaporkan pukul 07.00 sudah dalam perjalanan. Ahad, 30 Maret 2025, pukul 00.30 dini hari ia telah tiba di Wonogiri.
Sementara itu, Karina Aprisiana bersama keluarganya melakukan perjalanan mudik ke Pacitan, Jawa Timur, melakukan strategi dengan memulai perjalanan pk. 03.00 dini hari namun akhirnya baru dapat berangkat pukul 07.00. Mereka berangkat dari kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, yang awalnya untuk menghindari kemacetan.
Dalam perkembangan lainnya, reporter televisi melaporkan bahwa kemacetan umumnya terjadi di pintu tol karena banyak pengendara mobil yang pulsa kartu tolnya tak mecukupi. Banyak cerita tentang mudik meskipun tidak seheboh tahun lalu. Belum terdengar kabar ada yang meninggal dalam perjalanan.
INDIKATOR EKONOMI

Aktivitas Lebaran, di Indonesia, adalah indikator ekonomi. Mobilitas orang dan perputaran uang. Tahun lalu, lebih dari 190 juta orang bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain, yang berjauhan, selama periode lebaran. Mudik H – 7 hingga H + 7. Kegiatan itu melibatkan perputaran uang lebih dari Rp 150 triliun.
Selama pandemi 2020 – 2021, karena mobilitas dibatasi, kegiatan mudik praktis berhenti. Dan ekonomi kontraksi
Tahun ini, kegiatan mudik, perkiraan ekonom Hasan Zein Mahmud, juga menurun jauh. Alasan dominan, apalagi kalau bukan kondisi ekonomi.
KONDISI DI MERAK

Sementara itu, pengacara senior Turman M. Panggabean mengatakan bahwa untuk yang mudik ke Sumatera yang melalui Pelabuhan Merak sudah mulai macet.
Tadi malam ia mendapatkan info dari teman sekitar jam 23.00 kondisinya pada. “Saya telepon jam dua dini hari masih berada di Pelabuhan Merak dan telepon lagi jam lima subuh masih di Pelabuhan Merak,” katanya.
Turman kemudian menelpon kembapi pada pk. 10.00 dan ia mendapatkan kabar bahwa sang rekan masih di pelabuhan Merak juga. “Ternyata teman saya ini jualan pop mie dan kopi di Pelabuhan Merak,” kata pria Batak itu.
Bursa Efek Indonesia Lebih Pantas Dikasihani, Mengapa?