INDOWORK.DI, JAKARTA: Presiden AS Donald Trump tak peduli bumi makin panas, emisi karbon makin pekat. Dia nggak peduli perdagangan dunia bakal menciut. Dia nggak peduli defisit anggaran AS makin dalam dan utang kian menggunung.
Fokus utamanya: hegemoni AS, terutama di bidang ekonomi dan teknologi harus dibela, harus dipertahankan dengan segala cara. Dengan segala risiko.
Berkaitan dengan urusan green energy, dia putar balik kebijakan ke belakang. Dia keluar dari perjanjian Paris. Dia bubarkan EPA. Dia hapus semua insentif untuk kendaraan listrik. “Drilling baby drilling”. Dia pacu pompa minyak bumi, padahal AS sudah menjadi produsen minyak bumi terbesar dunia. Dia targetkan produksi naik dari 13,3 juta barrel per hari pada 2024 menjadi 17 jt barrel per hari dalam 4 tahun.
Minggu lalu harga minyak bumi turun hampir 4%. Bersiap untuk menyongsong penurunan lebih lanjut. Penerawangan saya, WTI berpeluang melorot ke bawah USD70 per barrel. Asumsi APBN untuk harga minyak Indonesia, USD 82 per barrel, apakah perlu penyesuaian?
UNTUNGKAN INDONESIA
Dalam penerawangan saya, harga minyak murah memberikan lebih banyak keuntungan bagi perekonomian Indonesia. Makro maupun mikro. Kecuali, tentu saja, bagi perusahaan produsen minyak bumi, dan yang terkait
Selamat berdagang kembali. Cuan ular kayu.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id
HKI Garap Konstruksi Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi