Headline Humaniora

Dadang S. Manaf: Musik Karya AI Dekati Buatan Manusia

Share on:
INDOWORK.ID, JAKARTA: Pertengahan September 2024, di kediaman Sukma Perdana Manaf atau yang lebih dikenal dengan Dadang S Manaf, kami mendapat kesempatan berbincang-bincang di rumahnya yang berlokasi di Kota Bogor, Jawa Barat.
Ia adalah salah satu maestro di kancah musik Indonesia, komposer sekaligus kakak dari musisi Ahmad Dhani dan ayah dari Itong Club 80’s . Dadang S Manaf banyak karyanya yang sudah dikenal di masyarakat indonesia, sebut satu saja lagu yang dinyanyikan oleh almarhum Chrisye pada akhir 80 an hingga 90 an, judul lagu Selamat Tinggal Sayang, Nostalgia SMA, Kehadiranmu (Yana Yulio), Januari Biru ( Andi Meriam Matalata), Duka Pasti Berlalu (Nike Ardila), dan masih banyak karya lainnya.
Di sela kesibukannya, yang masih aktif membuat karya untuk beberapa musik film, instrumental dan juga industri. Ia  bercerita mengenai perkembangan musik pada saat ini, khususnya pengaruh artificial intelligence (AI) dalam musik. Berikut ulasan perbincangan dengannya:
Apakah musik AI sudah bisa menyamai hasil produksi musik secara langsung?
“Komposisi yang ada pada AI saat ini dirasa masih kurang dalam memilki aspek seperti, change 1 atau repetisi, change 2 (nada naik turun) dan 3 atau dinamika nada. Pola dasar tersebut selalu ada pada musik yang umum didengar seperti the Beatles misalnya repetisi nada. Ada juga turun naik nada seperti lagunya Anggun C Sasmi.
Bisakah AI misalkan membuat lagu seperti i don’t like you sleep a lone – Paul Anka, nadanya tiba-tiba turun. Emosinya dapat, kekuatannya dapat. Saya belum bertemu musik ai bisa memproduksi musik seperti itu.”
Adakah kemungkinan di masa mendatang AI mampu memproduksi musik seperti manusia?
“Saya tetap tidak yakin dengan AI. Bukannya meremehkan, bukan berarti tidak bisa membuat. Cuma sebagai komposer, ada kaidah-kaidah harmoni yang berhubungan dengan jiwa atau perasaan.”
Apakah mungkin hasil dari AI bisa dinikmati oleh pendengar musik?
“Belum bisa kecuali AI tersebut sebagai pendukung, atau istilahnya notasi pemancing atau insight mengembangkan not yang di cipta Ai dan dilanjutkan oleh komposer. Sehingga musik itu bisa diterima oleh masyarakat. Saya tidak menjudge bahwa pengguna Ai musik itu jelek. Hanya saya kurang setuju dan tidak sesuai dengan jiwa saya.”

Secara teknis, musik yang dihasilkan oleh AI sudah mampu mendekati musik buatan manusia dalam hal komposisi, produksi, dan fungsi tertentu. Dalam beberapa kasus, hasil musik AI bahkan bisa diterima secara luas oleh publik.

Namun, elemen-elemen seperti kreativitas yang spontan, emosi mendalam, dan inovasi radikal masih menjadi domain utama musisi manusia. AI mungkin bisa membantu dalam proses penciptaan, tetapi untuk musik yang sangat personal dan emosional, peran manusia masih sangat dominan.

https://www.youtube.com/@dadangsmanaf7463

*) Ditulis oleh Yohan Romadhoni, musisi yang bermukim di Bogor, Jawa Barat.


Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *