INDOWORK.ID, JAKARTA: Saya terakhir bertemu dengan Faisal Basri pada 4 Juni 2024 ketika kuliah umum Dilema Intelektual di Masa Gelap Demokrasi: Tawaran Jalan Kebudayaan yang dibawakan oleh Prof. Sulistyawati Irianto, guru besar antropologi hukum Fakultas Hukum UI. Suraya A. Affif, pengajat Departemen Antropologi FISIP UI. Suraya juga Ketua Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI).
Faisal Basri, hadir bersama tokoh aktivis lain seperti Rocky Gerung, Bambang Wijayanto, Usman Hamid, sejumlah profesor termasuk dosen dan guru-guru SMA.
Namun Rocky gerung meninggalkan ruangan sebelum acara diskusi dan tanya jawab. “Rupanya saya salah masuk forum,” kata Rocky seraya menyalami Sulis.
Hari ini, kita mendengar kabar duka. Faisal Basri telah berpulang ke rahmatullah, Kamis, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta. Faisal Basri bin Hasan Basri Batubara berpulang pada usia 65 tahun
Saya sangat kehilangan ekonomi kritis tersebut. Kita memohon doa semoga Rahimahullah memberikan tempat terbaik Jannatul Firdaus, diampuni segala khilafnya, dilapangkan kuburnya, diterima amal ibadahnya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan.
Sang istri, Syafitrie (Fitrie) tentu sanga kehilanga orang tersayang. Begitu pun anak-anaknya yaitu Anwar Ibrahim Basri, Siti Nabila Azuraa Basri, Muhammad Attar Basri.
Saat ini jenazah disemayamkan di rumah duka, Komplek Gudang Peluru Blok A 60, Jakarta Selatan. Rencana pemakaman, jenazah akan diberangkatkan setelah shalat Ashar dari mesjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
GOENAWAN MOHAMAD KEHILANGAN
Budayawan Goenawan Mohamad menyatakan sangat keilangan. “Saya sdg di Yogya. Faisal meninggalkan kita tiba-tiba. Baru 65 tahun.”
“Saya lihat tubuhnya tambah kurus akhir-akhir ini, sementara suaranya makin lantang, makin marah. Suara yang tak pernah culas,” tulis GM, inisiatl Goenawan.
GM lalu bercerita bahwa sekian tahun yang lalu, Faisal, Sandra Hamid, Santoso Iskak dan dirinya mendorong lahirnya Partai Amanat Nasional (PAN). Ikhtiar yang gagal tapi bagian yang tak saya sesali dalam cita-cita Reformasi. “Kami inginkan partai dengan platform yang jelas tentang pluralisme, desentralisasi, dan tentu saja demokratisasi yang berlanjut.”
PAN kemudian berubah. Para politisi dengan kepentingan politik yang sempit mengambil alih. Orang-orang yang lebih cerdik, berambisi, tak peduli nilai-nilai, menang.
Tapi yang setia kepada cita-cita Reformasi tak akan pergi dan meninggalkan kekosongan.
“Selamat jalan, Faisal!,” tulis GM.
SANGAT KRITIS
Wartawan senior Banjar Chaeruddin mengungkapkan perasaanya. Satu lagi ekonom yg sangat kritis meninggal dunia. Sebelumnya, beberapa bulan lalu Rizal Ramli lebih dahulu menghadap Ilahi.
*) Ditulis oleh Lahyanto Nadie, Redaktur Khusus Indowork.id
Kisah Awal WIKA Sebagai Perusahaan Nasional (BUMN)