Headline Humaniora

M. Rochjani Soe’oed, Keluarga Sederhana dan Harmonis



single-image
Muhammad Rochjani Soe'oed, Halimah, Bazaruddin, Khaironi, Baharuddin

INDOWORK.ID, JAKARTA: Penandatangan naskah Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 M. Rochjani Soe’oed dikenal sebagai sosok yang sederhana. Begitu pun dalam mengurangi biduk rumah tangga bersama sang istri, Aminah. Mereka  menjalan kehidupan berkeluarga denan sederhana.

Wen Abdur Rahman, menantu M. Rochjani Soe’oed, bercerita bahwa kehidupan sang mertua memang sangat sederhana. Wen adalah suami dari Rochjani yang bernama

Untuk urusan tempat tinggal, misalnya. Ia tak memiliki rumah pribadi. “Ini bukan rumahnya, melainkan pemberian dari mertuanya,” kata Wen, di rumah peninggalan mertuanya di bilangan Kepu, Jakarta Pusat.

Hidup sederhana yang dilakkannya adalah sebuah gaya hidup saat Rochjani mengutamakan hal-hal yang esensial dan menghindari kemewahan yang berlebihan. Cara hidup ini berfokus pada kebahagiaan internal daripada harta benda material.
Rochjani tidak berarti hidup dalam kemiskinan atau kesulitan, melainkan mengambil keputusan bijak dalam pengeluaran, menghargai sumber daya alam, dan menekankan nilai-nilai yang lebih abadi.
Hidup sederhana bagi Rocjani juga dapat didefinisikan sebagai gaya hidup saat ia  berusaha untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidupnya. Ini melibatkan kesadaran akan keinginan yang berlebihan dan upaya untuk mengurangi kebingungan dalam kehidupan sehari-hari.

GANTI LANTAI KERAMIK

Rumah Rochjani Soe’oed di Jalan Kepu V Kemayoran, Jakarta Pusat

Kisah kesederhanaan Rochjani juga dituturkan oleh sang cucu, Rully Soe’oed. Suatu ketika ia mengantar sang nenek untuk mengambil uangpensiunan sang kakek.

Ketika kembali ke rumah didapai lantainya sudah berubah karena diganti oleh anak dan cucunya tanoa sepengetauannya. Sang nenek terkejut atas oerubahan itu. “Wah ini bukan rumah saya, karena lantainya beda,” kata sang nenek seperti ditirukan Rully.

Awalnya lantai rumah M. Rochjani Soe’oed memang hanya berupa adukan semen sehingga sang nenek terkejut ketika berganti menjadi keramik.

Bagi Danu Sidharta Soe’oed, cucu lainnya, kesederhanaan sang kakek adalah ketika ia menanyakan tentang penandatangan naska Sumpah Pemuda. Suatu ketika Danu mendapatkan pelajaran di sekolah ketika ia duduk di bangku SMP di Purwokerto.

Ibu guru menjelaskan bahwa salah satu penandatangan naskah sumpah Pemuda adalah M. Rochjani Soe’oed. Ketika ia ke Jakarta untuk menemui sang kakek, Danu bertanya tentang peran kakeknya sebagai penandatangan naskah Sumpah Pemuda.

Rochjani pun tak mau menjelaskannya kepada sang cucu. “Hus, jangan membahas soal itu,” kata Rochjani kepada Danu.

 

Berita Lainnya