INDOWORK.ID, JAKARTA: Menonton bola seorang diri bukan berarti tidak berteriak, gregetan, marah hingga gigi gemeretak. Itulah yang saya lakukan tadi malam.
Sosok bernama Francois Letexier jadi sorotan dalam laga timnas U-23 Indonesia versus Guinea pada play-off Olimpiade 2024, itulah yang membuat saya marah. Letexier bertugas sebagai wasit yang buruk untuk duel Indonesia versus Guinea di Stade Pierre Pibarot, Kamis (9 Mei 2024).
Kepemimpinan pria berumur 35 tahun itu berujung kemenangan 1-0 bagi wakil Afrika.
Gol tunggal Guinea, yang dicetak Ilaix Moriba via penalti, menjadi sorotan dengan Letexier sebagai objek utamanya.
KARTU MERAH UNTUK STY
Ketika wasit asal Prancis memberikan hadiah penalti bagi Guinea, jelas saya marah. Lebih marah. lagi ketika wasit brengsek itu memberikan kartu kuning kepada Shin Tae-Yong (STY) karena melontarkan protes. Bahkan berlanjut ke kartu merah bagi STY karena ia tetap protes ketika diberikan kartu kuning.
Menurut wartawan senior Irsad Sutan Sati, kalah 1:0 itu tidak masalah untuk Garuda Muda. Jangan membebankan semua prestasi tertinggi sepakbola bisa diraih musim ini. “Itu zolim namanya,” katanya dengan logat Minang yang kental.
Ia melihat gaya dan teknis bermain timnas saat ini saja, baginya sudah sebuah pencapaian besar dan tak terbayangkan olehnya.
Irsad terus terang mengakui bahwa selama ini jarang menonton timnas karena merasa nggak menyenangkan melihat permainannya. Termasuk liga Indonesia. “Saya candu nonton Liga Spanyol dan Inggris,” kata mantan wartawan Bisnis Indonesia itu.
Sekali-kali Irsad menonton Liga Italia dan Jerman. Urang awak itu rela begadang karena menikmati kualitas permainannya.
Namun kali ini ia ingin menonton Timnas Garuda Muda karena permainannya sudah lebih berkembang seperti gaya pemain Eropa dan negara lain yang sepakbolanya hebat. Sentuhan tangan sakti pelatih asal Korea Selatan tersebut patut diacungi jempol.
PERTAHANKAN STY
Saya merekomendasikan kepada Ketua PSSI Erick Thohir agar tetap mempertahankan STY sebagai pelatih tim nasional.
Irsad menilai permainan anak-anak bangsa tersebut kini telah selevel dengan Australia, Arab Saudi. Jepang, Korea Selatan dan Iran. Jika dahulu, jangankan selevel itu, dibandingkan dengan Filipina dan Malaysia saja, kelasnya masih di bawah. Apa lagi melawan Thailand dan Vietnam, “jauh panggang dari api.” Begitu kata pribahasa.
Kini masyarakat Indonesia boleh bilang, “Timnas gue udah ngalahin Australia dan Korea!”
Komite Keselamatan Jurnalis: Usut Tuntas Penyekapan dan Penganiayaan Jurnalis Tempo