INDOWORK.ID, JAKARTA: PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menolak menyerah meski tengah masuk ke dalam daftar perusahaan hampir pailit oleh PT Bursa Efek Indonesia. Perusahaan plat merah ini tengah berupaya terus mengepakkan sayap bisnis di tahun 2024. Beragam aksi korporasi tengah disiapkan oleh perusahaan pelat merah ini.
Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra GIAA menargetkan bisa menorehkan keuntungan pada tahun ini. “Kami optimistis mampu meraup laba beruntun, yakni US$ 589 juta pada 2024, laba US$ 631 juta tahun 2025, dan US$ 647 juta di 2026,” kata Irfan kepada wartawan.
Sedangkan hingga kuartal III-2023, maskapai ini mencatatkan rugi bersih US$ 72,38 juta, imbas kenaikan beban usaha. Padahal di periode serupa 2022 sanggup meraup laba sebesar US$ 3,7 miliar.
STRATEGI PERUSAHAAN
Agar bisa mencapai target tersebut, Irfan menyiapkan sejumlah rencana. Tahun ini ada potensi lonjakan jumlah penumpang penerbangan. Baik itu untuk rute domestik maupun internasional pasca pandemi.
Misalnya GIAA bermitra dengan Qatar Airways dalam peluncuran rute Jakarta – Doha lewat penerangan code share. Garuda juga tengah menjajaki kerjasama pengelolaan rute penerbangan bersama Singapore Airlines.
Langkah lain yang tidak kalah penting adalah penambahan armada. Mulai tahun ini, Garuda akan menambah delapan unit pesawat berbagai tipe. Rinciannya adalah empat pesawat tipe B737-800 NG, dua pesawat tipe B777-300 ER, dan dua pesawat tipe A330-300.
Dengan penambahan armada tersebut, Irfan berharap bisa menunjang produktivitas GIAA. Dan ujungnya adalah bisa meningkatkan pendapatan maskapai ini.
Hingga kuartal III-2023, Garuda Indonesia Group menerbangkan 14,28 juta penumpang. Meningkat 36,05% dibandingkan periode serupa 2022. Di periode tersebut, bisnis kargo GIAA juga tumbuh.
Meski Dilarang Mudik, Bandara Kualanamu Layani 1.411 Penumpang