INDOWORK.ID, JAKARTA: Bila Anda melewati kawasan utara kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), khususnya Jalan Agro, lihatlah ke kiri dan jangan terlalu cepat melesat. Ada sebuah tempat makan bernama Gudeg Mbarek Bu Hj Ahmad. Singgahlah sebentar untuk menyantap kudapan khas Yogyakarta ini.
Nama Gudeg Mbarek sendiri berasala dari suatu daerah bernama Barek. Ada dua daerah sentra gudeg di Yogyakarta yang terkenal yaitu barek dan wijilan. Walaupun Wijilan terkenal dengan gudeg, namun menurut Ibu Kus Indarti (dukuh Kocoran, Caturtunggal), penjual gudeg Wijilan sebenarnya berasal dari Barek.
Mereka adalah penduduk Barek yang berjualan di seputar wijilan karena disana banyak turis terutama turis mancanegara. Kawasan mBarek merupakan salah satu padukuhan di Desa Condong Catur, tepatnya di sebelah utara Gedung Pusat UGM. Nama asli kawasan Barek tersebut adalah Dusun Kocoran termasuk dalam wilayah Desa Catur Tunggal. Di dusun ini yang paling banyak usaha gudegnya adalah di RW 2
Karangasem.
Sejak sebelum kemerdekaan, sudah ada warga barek yang sudah berjualan gudeg. Aktivitas berjualan gudeg ini, semakin banyak digeluti warga Barej, setelah diresmikannya Gedung Pusat UGM di tahun 1950-an.
Dengan diresmikannya Gedung Pusat UGM, banyak masyarakat dari luar Jogja yang bersekolah di UGM bertempat tinggal atau indekos di sekitar wilayah mBarek. Tidak hanya mahasiswa, banyak juga pelajar sekolah-sekolah menegah baik SMP maupun SMA di Jogjakarta yang indekos di sekitarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan makanan siap saji, maka banyak warga Barek yang berjualan Gudeg. Kini semakin ramai dan terkenal rumah yang menjadi rumah makan yang representative. Nama-nama gudeg yang ada dan menjadi trade mark gudeg Jogja di Kampung Mbarek adalah Gudeg Yu Djum, Gudeg Yu Narni dan Bu Hj. Ahmad.
Selain 3 penjual gudeg tersebut masih terdapat belasan penjual gudeg lainnya yang sebagian berjualan gudeg di wilayah Barek dan sebagian lainnya memilih berjualan di luar wilayah Barek seperti di daerah Beji, Jetis dan di belakang Pasar Kranggan.
Menu Gudeg Mbarek sangat lengkap (seabrek), antara lain:
- Nasi gudeg + telur + krecek
- Nasi gudeg + telur + tahu + krecek
- Nasi gudeg sayap + krecek
- Nasi gudeg + paha + krecek
- Nasi gudeg + ati ampela + krecek
- Nasi gudeg + kepala + krecek
- Nasi gudeg + sayap + telur + krecek
- Nasi gudeg + paha + telur + krecek
- Nasi gudeg + ati ampela + telur + krecek
- Nasi gudeg + kepala + telur + krecek
- Nasi gudeg + paha atas + telur + krecek
- Nasi gudeg + paha atas + krecek
- Nasi gudeg + dada + krecek
- Nasi gudeg + dada + telur + krecek
GUDEG DAN YOGYAKARTA
Gudeg adalah makanan tradisional yang berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya di Jawa, Indonesia. Ini adalah makanan yang telah ada selama ratusan tahun dan merupakan bagian dari warisan kuliner keraton Yogyakarta. Sebelum membahas lebih jauh tentang sejarah gudeg, mari kita jelaskan terlebih dahulu apa itu gudeg.
Ia terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan kental dan gula aren selama beberapa jam. Makanan ini biasanya berwarna coklat karena proses pemasakan yang lama dengan gula aren. Gudeg biasanya disajikan dengan nasi putih, ayam kampung, telur rebus, tempe bacem, tahu bacem, dan sambal goreng krecek.
Makanan ini diperkirakan telah ada sejak berdirinya keraton Yogyakarta. Karena bahan utamanya adalah nangka muda, yang cukup melimpah di Yogyakarta, makanan ini menjadi salah satu hidangan favorit di kalangan keluarga keraton.
Ada juga interpretasi yang menyebutkan bahwa komponen-komponen dalam gudeg memiliki simbolisme. Nangka muda melambangkan kesabaran karena memerlukan waktu lama untuk dimasak. Sementara warna coklat gudeg yang dihasilkan dari gula aren melambangkan keteguhan dan kesabaran.
Seperti banyak makanan tradisional lainnya, gudeg kemungkinan berkembang seiring dengan waktu. Penjual gudeg mulai menjamur di Yogyakarta, dan dengan perkembangan teknologi dan transportasi, gudeg pun mulai dikenal di luar Yogyakarta.
Gudeg telah menjadi salah satu makanan ikonik Yogyakarta. Bagi banyak orang, mengunjungi Yogyakarta tanpa mencoba gudeg adalah sebuah kehilangan besar. Ini menunjukkan betapa pentingnya gudeg dalam warisan kuliner Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Imbas Pandemi, Sriwijaya Air Rumahkan Sejumlah Pegawai