Bisnis Headline

Kreativitas BI, Otot Tambahan Bagi Rupiah Hadapi Ketidakpastian Global



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Kreativitas Bank Indonesia dalam menciptakan instrumen pasar terbuka, layak mendapat jempol. Kali ini BI memanfaatkan “tumpukan” SBN (Surat Berharga Negara) dalam neracanya – yang naik tajam akibat program burden sharing saat covid – dengan menjadikannya sebagai back up Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Pertama, saya ingin omong besar dulu, dengan mengatakan berulang ulang kalimat ini: Betapa buruk dan tidak adilnya dominasi peran USD dalam tata perekonomian global. The Fed (Bank Sentral AS) nampaknya hanya bertumpu pada dua senjata, untuk mengendalikan inflasi dan kesempatan kerja. Quantitative Easing/Tapering dan Federal Fund Rate. Pasar Keuangan global bergoncang setiap kali ada kebijakan yang tajam yang diambil The Fed.

Inflasi AS memang melandai. Tapi masih jauh di atas target The Fed 2%. Interest rate hike nampaknya belum akan berhenti. Mempertahankan stabilitas rupiah menjadi pekerjaan yang menyita waktu, pemikiran, juga cadangan devisa, BI. Imbal hasil SBN harus dinaikkan kalau tak ingin pull out massif dari investasi portfolio. Biaya dana akan terkerek naik. Kinerja dunia usaha dan ekonomi akan tertekan.

Dalam konteks itu, saya sependapat Indonesia bergabung ke dalam BRICS sembari memperluas perjanjian penyelesaian transaksi bilateral.

SRBI diluncurkan BI sebagai instrumen baru tambahan – melengkapi DNDF, SBI, Reverse Repo dan 7DRR – dalam rangka mengendalikan likuiditas (kontraksi), menjaga nilai tukar dan peluang menaikkan cadangan devisa, dengan dibukanya pintu masuk bagi pemodal asing untuk membeli SRBI. Bisa digunakan untuk intervensi pasar, baik spot maupun DNDF.

DALAM DEOMINASI RUPIAH

Agar menarik, SRBI – diterbitkan dalam denominasi rupiah – harus tradable, bisa diperdagangkan dan dipindahtangankan. Selain itu, imbal hasil (yield) harus dibuat sedikit lebih tinggi dari yield SBN. Dengan demikian SRBI merupakan tambahan pos beban biaya bagi BI.

Semakin beragam alat moneter BI akan memperkaya instrumen pasar uang yang tersedia. Pendalaman sektor finansial. Tingkat bunga acuan – 7DRR – sebagai alat stabilisasi rupiah dapat ditempatkan menjadi senjata pamungkas. Penggunaaan alat moneter yang satu ini berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.

Semoga menjadi otot tambahan bagi rupiah menghadapi ketidakpastian global.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

Berita Lainnya