INDOWORK.ID, JAKARTA: Laporan riset Marketbeat Cushman & Wakefield menyatakan kinerja sektor properti membaik pada semester 1 – 2023. Periode tersebut berbarengan dengan pencabutan kebijakan pembatasan sosial pada akhir 2022.
Dari semua sektor, Suplai dan permintaan subsektor perumahan dinilai paling stabil. Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield untuk Indonesia Arief Rahardjo menyatakan bahwa Pasar perumahan cukup tangguh selama pandemi Covid-19. Suplai dan permintaan stabil.
“Di Jabodetabek, pada saat pandemi, kebanyakan pengembang fokus pada perumahan kecil. Pada semester I-2023, pengembang fokus kepada (segmen) perumahan yang lebih tinggi,” tuturnya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (27/7).
Laporan Marketbeat Cushman & Wakefield menyebutkan, segmen menengah tetap mendominasi permintaan. Meski demikian, permintaan perumahan dari segmen atas mulai naik dan mewakili 23,9 persen dari total unit terjual.
Sebagian besar permintaan produk perumahan masih tetap berasal dari konsumen akhir (end user). Konsumen akhir yang dimaksud dalam laporan itu adalah kelompok pemilik rumah pertama serta keluarga yang lebih mapan dan sedang mencari hunian yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terus meningkat.
Arief Rahardjo mengatakan Bekasi mempertahankan posisinya dengan tingkat serapan rata-rata tertinggi per perumahan, yakni rata-rata 27,9 unit per bulan, diikuti oleh Tangerang dengan sekitar 21,4 unit per bulan.
“Meski program insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pemerintah berakhir pada September 2022, para pengembang di sektor perumahan tetap aktif dan diperkirakan terus meluncurkan produk-produk baru karena permintaannya kuat,” tambahnya.
Adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sejak awal tahun 2023 tidak lantas membuat bunga kredit perbankan naik. Arief mengatakan, sebaliknya, bunga kredit pemilikan rumah (KPR) relatif stabil dan pengembang aktif memperkenalkan metode pembayaran yang kompetitif.
Dari sisi suplai, pasokan unit hunian perumahan tetap relatif stabil selama semester I-2023. Laporan Marketbeat Cushman & Wakefield menyebutkan, total tambahan pasokan sebanyak 4.445 unit.
Kawasan Tangerang mendominasi pasokan baru dengan porsi mencapai 51 persen, diikuti oleh Bogor dan Depok dengan 22 persen. Perumahan segmen atas mendominasi pasokan baru pada semester I-2023, yakni dengan 34,3 persen dari total pasokan, diikuti segmen menengah dengan 27,3 persen.
”Namun, laju peluncuran proyek-proyek baru melambat dibandingkan periode sebelumnya, (yakni) sebesar -11,1 persen sehingga menghasilkan dinamika pasokan dan permintaan yang relatif seimbang. Menjelang Pemilu 2024, kami mengamati pasokan rumah tapak tetap stabil,” kata Arief.
Dari pertumbuhan permintan sektor perumahan tersebut, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatat jumlah penyaluran kredit dan pembiayaan perumahan nyaris mencapai Rp300 triliun sepanjang Januari-Maret 2023.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu, dikutip dari Bisnis.com, mengatakan penyaluran kredit perumahan masih mendominasi total kredit perseroan pada kuartal I/2023. Adapun, kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir Maret 2023 mencapai Rp264,57 triliun.
“Di tengah situasi ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada beberapa sektor industri di Indonesia, Bank BTN pada kuartal I/2023 berhasil membukukan kinerja yang positif,” kata Nixon dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (27/4/2023).
Perolehan kredit perumahan pada periode ini tumbuh 8,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp277,13 triliun. Hal ini menunjukkan BTN mampu mempertahankan kinerja gemilang pada awal tahun ini.
“Kami optimistis hingga akhir tahun 2023, perseroan mampu meningkatkan kinerja sesuai target yang telah ditetapkan,” ujarnya.
Dia menerangkan, dari jumlah tersebut, KPR subsidi pada kuartal I/2023 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp148,65 triliun, angka tersebut tumbuh 10,90 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp134,04 triliun.
Sementara itu, KPR Non Subsidi tumbuh 5,37 persen menjadi Rp88,81 triliun pada kuartal I/2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp84,28 triliun.
Lebih lanjut, sepanjang kuartal pertama ini, laba bersih BTN berhasil tumbuh menjadi sebesar Rp801 miliar. Total aset BTN hingga akhir Maret 2023 mengalami kenaikan 9,25 persen menjadi Rp401,50 triliun dibandingkan akhir Maret 2022 yang sebesar Rp367,51 triliun.
Menurut Nixon, kinerja positif yang diraih BTN menandakan keberhasilan transformasi yang dilakukan manajemen, seperti sentralisasi proses kredit dan digitalisasi yang memberikan dampak positif dalam bentuk akuisisi nasabah baru, perluasan akses pasar, dan produktivitas karyawan.
“Dengan transformasi yang dilakukan Bank BTN dan dukungan Pemerintah bersama stakeholder terkait bisnis pembiayaan perumahaan, kami optimistis mampu berperan aktif dalam mendukung program Pembangunan Satu Juta Rumah serta memenuhi tugas utama menyediakan hunian terutama bagi MBR dan milenial,” ungkapnya.
Di sisi lain, dia menjelaskan, pembiayaan perumahan menjadi salah satu fokus area strategi yang akan dijalankan tahun ini guna menghadapi tantangan dinamika makro dan adaptasi terhadap digitalisasi bisnis.
Adapun, rencana bisnis kredit yang dimaksud yakni optimalisasi porsi pada program perumahan nasional dengan target penyaluran KPR Subsidi sebesar 171.200 unit, mengembangkan produk dan skema KPR yang menyasar milenial, dan menargetkan penyaluran KPR Non Subsidi sebanyak 54.500 unit.
Ancol Datangkan Piranha ke Rumah Anda. Kok Bisa?