INDOWORK.ID, JAKARTA: Ngobrol dengan Asisten Khusus Menteri Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus Lumbaa Komaling tak akan pernah kehabisan bahan. Mulai dari kisah kasih di sekolah, olah raga, hingga persoalan politik, mengalir deras.
Cerita berawal dari kenangan selepas SMA dan keluarganya. Ayah Yulius Selvanus berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan, dari keluarga Lumbaa. Sedangkan mamanya berasal dari Manado, Sulawesi Utara, dengan fam Komaling. Itulah sebabnya ia memahami setiap wilayah seluruh pulau Sulawesi.
Saya jadi teringat pernyataan Menhan Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan mengomentari tentang sosok pria kelahiran Semarang, 17 September 1963 tersebut. “Pak Yulius ini asset bangsa, jika ada Rambo di Indonesia beliau adalah Rambonya,” kata Prabowo suatu ketika.
Dalam pandangan Menteri Pertahanan itu, Yulius adalah orang yang sifatnya rendah hati dan tidak banyak berbicara. “Ketika beliau pensiun saya bilang bahwa saya tidak akan melepaskan kau,” begitu kata calon Presiden 2024 dari Partai Gerindra tersebut.
Ketika Yulius pensiun pada 1 Oktober 2021, lima hari kemudian Prabowo mengangkat ayah tiga anak itu sebagai Asisten Khusus Menteri Pertahanan di Kementerian Pertahanan hingga saat ini.
Menurut Prabowo, pria berbintang Virgo ini juga pandai mengambil hati. Suatu ketika, ia bercerita, Yulius mengundangnya dalam suatu acara. Namun Yulius tak mengundang Prabowo dalam kapasitas sebagai Menteri Pertahanan tetapi dalam status sebagai ayah. “Mana ada Bapak yang menolak permintaan anaknya,” ujar Prabowo.
Akhirnya Prabowo pun datang memenuhi undangan Yulius, kader Partai Gerindra tersebut.
Perbincangan Kamis, 4 Oktober 2023, di suatu mall di bilangan Jakarta Selatan, kami ngobrol panjang lebar. Cerita tentang masa sekolah, kemudian masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri), penugasan dinas militer hingga tentang olah raga yang digemarinya.
MENGEMBANGKAN CATUR
Berbincang tentang olah raga, pria tegap itu senang membicarakan catur. Maklum, ia kini sebagai Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
Ia bercerita tentang kiprahnya mengembangkan olah raga catur di kampung halaman neneknya, Sulawesi Utara.
Sulut, katanya, merupakan gudang atlet catur berbakat yang pernah berbicara hingga tingkat nasional. Namun belakangan ini kurang terdengar gaungnya hingga terkesan meredup.
Itulah sebabnya ia mengangkat kembali kejayaan olahraga catur di daerah nyiur melambai tersebut. Komaling, begitu saapannya di bumi Minahasa itu, mulai melakukan sejumlah pembinaan kepada sejumlah anak muda berbakat di olahraga catur di Sulawesi Utara.
Pembinaan yang dilakukan tidak tanggung-tanggung. Ia menggelar turnamen di sejumlah daerah mulai dari Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa, Manado, hingga Bolaang Mongondow. Tujuannya untuk menjaring ratusan anak berbakat. Hasilnya sejumlah anak Muda Sulawesi Utara di antaranya Beverhart Lumonon dan Isaura Petra Maria Angkow mampu berprestasi di kejuaran catur tingkat nasional dan meraih medali dalam bimbingan Komaling.
Menurut Komaling, potensi catur Sulawesi Utara sangat besar. Itulah sebabnya lulusan Akabri 1988 tersebut menggelar turnamen Mawar 11 Cup.
NGOBROL SEPAK BOLA
Selain berbicara mengenai catur, kami juga ngobrol tentang sepak bola, olah raga yang paling populer di belahan bumi mana pun. Tentu saja tak lepas dari pembicaraan mengenai Piala Dunia U-20 yang tempo hari akan digelar di Bali.
Menyikapi kondisi itu, ia menegaskan bahwa penolakan kehadiran tim nasional Israel tidak mewakili seluruh rakyat Indonesia. Mantan Komandan Korem181/Praja Vira Tama itu berharap para politisi tidak mencampuradukkan olahraga dalam kepentingan politik.
Olah raga, katanya, adalah sarana mempersatukan anak bangsa. Jika mungkin yang berlawanan tentu dapat dipersatukan melalui olah raga. Mengapa? “Karena olah raga menjunjung tinggi sportivitas,” katanya serius.
Tentang isu menolak Israel dan pengaruhnya terhadap Piala dunia U-20, menurut dia, olah raga tidak terintervensi oleh kepentingan politik.
KISAH DI SEKOLAH
Dalam obrolan mengenai nostalgia ketika sekolah, tentu tidak kalah seru. Ketika remaja, ia suka bermain bola voli saat sekolah di SMA Negeri 38 Jakarta. Kami berjalan kaki ke sekolah yang jaraknya tidak sampai 1 km.
Sepulang sekolah kami bermain sepak bola di lapangan Yon Zikon 15, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Kini menjadi Kompi Zeni Penjinak Bahan Peledak Ditzi TNI-AD disingkat Kizi Jihandak. “Gue inget sekarang, kita main bola bareng,” katanya mengenang peristiwa 40 tahun silam.
Kini setelah menjadi pejabat tinggi negara, teman-temannya mengenal Yulius sebagai sosok yang dermawan, suka membantu, dan selalu ingat akan jasa bapak dan ibu guru.
Selain suka main voli, ia juga gemar menyanyi. SMAN 38 tentu bangga karena Yulius tercatat sebagai alumni teladan.
Untuk mengenang 40 tahun sejak lulus dari SMA, ia berinisiatif untuk menggelar reuni bersama teman-temannya pada 27 Mei 2023 di Hotel Bumi Wiyata Depok. Tema reuni adalah Teman lama selamanya teman.
Obrolan makin asyik karena mengenang tingkah polah teman-teman dan kesan terhadap cara guru mengajar. Ada guru yang berpakain rapi, tapi ada juga yang mengajar tanpa memandang murid. Kami tertawa lebar mengenang masa lalu yang lucu. “Jadi ingat aku membaca puisi untuk mewakili kelas,” katanya sambil tersenyum.
Cerita Tentang Putri Sambo Babak Belur hingga Dana Abu-abu Kadiv Propram