Headline Humaniora

Catatan Ramadhan: Intensitas Meningkatkan Sensitivitas



single-image
Masjid Nabawi

INDOWORK,ID, JAKARTA: Pepatah tua: intensitas pelan-pelan mengubah sensitivitas menjadi rutinitas. Bayangkan mobil baru, handphone baru, boleh jadi juga menten baru. Pada tahap awal tersihir sensasi “baru” lama-lama menjadi rutinitas. Nyaris tanpa jiwa.

Fenomena serupa terjadi pada bulan Ramadhan. Hari-hari pertama ditandai oleh jamaah yang rebutan untuk mendapatkan saf paling depan, di mesjid. Menjelang pertengahan dan akhir, kerumunan berpindah ke mal, pasar dan stasiun.

Padahal: “……..celakalah orang yang berjumpa dengan Ramadan tapi tak berhasil memperoleh ampunan ………” (HR Tirmidzi)

Ya iyalah. Kalau di Ramadan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan saja tak berhasil memperoleh ampunan, di bulan bulan lain peluangnya tentu saja lebih kecil.

PERANG BADAR

Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan. Pasukan muslim menempuh jarak 150 km dari Madinah ke Lembah Badar dalam keadaan kerongkongan kering dan perut lapar. Jumlah meraka 313 orang akan berhadapan dengan pasukan Quraisy yang berjumlah lebih dari 1.000 orang. Dan tidak berpuasa

Hanya ada 70 ekor unta untuk kepentingan transportasi dan amunisi. Mereka naik bergantian. Satu onta untuk tiga orang. Dua naik satu berjalan kaki. Lalu satu naik dua berjalan kaki.

Di kelompok onta Rasulullah, sahabat menawarkan agar Rasulullah tetap berada di atas onta. Tapi manusia mulia itu, kekasih Allah yang telah dijamin masuk surga, menampik. “Tubuh saya lebih kuat dari kalian. Dan saya sangat terbiasa menahan lapar” Masya Allah!

Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal, Tahun ke 6 Hijriah (627 Masehi). Pada perang itu, pasukan muslim unggul karena strategi parit.

Parit itu mereka gali di bulan Ramadhan! Sepanjang lebih dari 50 km, lebar lebih dari 4m dan kedalaman hingga 30 meter. Digali secara manual dengan peralatan sederhana. Di tengah puasa. Di tengah udara dingin menggigit.

Spirit Ramadhan. Intensitas meningkatkan sensitivitas. Kita mendekat sejengkal, Allah akan menghampiri kita sehasta. Semangat Ramadhan mendorong kita melangkah mendekati Allah. Semakin dekat, semangat bertobat semakin kuat.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id
COVID-19

The global pandemic of COVID-19 has spread around the world in an unprecedented rate. Since the first outbreak in late 2019, this virus has caused unprecedented disruption of public health and economies around the world.

The pathogen, known as SARS-CoV-2, is a novel coronavirus identified by the World Health Organization (WHO). It is thought to have first originated in Wuhan, China before being spread to various countries and regions around the world. Symptoms of COVID-19 include fever, cough, shortness of breath, and more severe cases may develop into Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

Since the initial outbreak, governments, businesses, and health organizations have taken drastic steps to prevent the spread of the virus. Countries have closed their borders and implemented travel restrictions, closed schools and businesses, and ordered individuals to engage in social distancing and face mask wearing in public areas. In addition, there is a strong emphasis on hand washing, proper hygiene, and temperature monitoring as safety measures.

In response to this virus, vaccine development has been accelerating around the globe. Countries have been investing resources into the development of multiple potential vaccines. Currently, six potential vaccine candidates have been approved for clinical trials involving over 20,000 participants, and further vaccine candidates may soon be ready for testing.

COVID-19 has caused a significant disruption to public health and economics. However, with an emphasis on preventative measures, widespread testing and contact tracing, and a potential vaccine on the horizon, there is hope that the situation can be brought under control.

Berita Lainnya