INDOWORK.ID, JAKARTA: Ada dua kekuatan yang seperti spiral menekan unjuk kerja saham.
Pertama, bermula dari tingginya inflasi. Mendorong otoritas moneter menaikkan tingkat bunga secara agresif. Hama inflasi disemprot dengan insektisida tingkat bunga yang over dosis. Pohon-pohon saham renggas. Tingkat bunga yang tinggi, pada gilirannya, mengganjal laju ekonomi. Mendung resesi menggantung rendah.
Bursa saham, boleh jadi jeri terhadap inflasi. Tapi bursa saham lebih takut pada tingkat bunga tinggi. Juga lebih takut takut pada resesi. Hantu inflasi belum bisa digebah, kini muncul hantu baru. Resesi.
Kedua, beberapa pengelola dana “wajib” mengocok komposisi portfolio mereka untuk disesuaikan dengan sasaran dan target investasi mereka. Ambil contoh pengelola dana pensiun manfaat pasti. Gejolak pasar keuangan menggiring mereka untuk lebih sering mengubah komposisi portfolio.
Ketika imbal hasil obligasi naik dan harga saham turun, akan sangat logis kalau mereka mengurangi porsi saham dan menambah porsi obligasi dalam portfolio mereka. Obral saham dalam jumlah jumbo tentu akan menekan harga.
The best cure of high inflation is recession. Semoga inflasi makin jinak, dan earnings season mendatang – yang hadir bersamaan dengan musim semi – benar benar spring season of earnings.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id
KEBEBASAN FINANSIAL