INDOWORK.ID, JAKARTA: Toyota Kijang lahir berkat program KBNS, terinspirasi dari kendaraan sejenis bernama Toyota Tamaraw yang diluncurkan di Filipina pada 1976. PT Toyota Mobilindo bertugas memproduksi komponen-komponen bodi dengan teknologi sederhana, untuk menekan biaya produksi sehingga menghasilkan produk yang relatif terjangkau.
Kabin, bak, rangka, dan komponen lainnya juga dibuat oleh PT Toyota Mobilindo. Sedangkan komponen mesin, sasis, dan komponen lainnya diimpor dari Jepang.
Awalnya, Kijang menggunakan mesin 3K dengan kapasitas 1,2 liter, 4 silinder segaris, serta overhead valve (OHV) yang biasa digunakan pada sedan Toyota Corolla. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga 55 ps dipadu transmisi manual 4 kecepatan. Setelah komponen-komponen bodi itu selesai dibuat, proses perakitan dilakukan oleh PT Multi Astra.
Teknologi pembuatan bagian bodinya masih sangat sederhana, sehingga mobil niaga sederhana ini memiliki bodi yang cenderung kasar dan menggunakan banyak dempul untuk membuat lekukan-lekukan agar terlihat rapi dan mulus.
Basic utility vehicle (BUV) ini memiliki dimensi panjang 4.070 milimeter, lebar 1.550 millimeter, dan tinggi 1.760 millimeter. Jarak antara poros roda depan dan belakang (wheelbase) mencapai 2.500 milimeter dengan panjang bak 1.880 milimeter dan lebar bak 1.480 millimeter.
Setelah selesai dibuat, Toyota Motor Co Ltd mempersilakan PT Toyota Astra Motor memberikan nama bagi mobil BUV ini. Namanya menggunakan nama lokal, seperti Toyota Tamaraw, yang berarti “kerbau” di Filipina. Semula, BUV ini akan dinamai Toyota Kancil.
Namun, di tengah diskusi pencarian nama untuk mobil ini, Tjia Kian Tie mengusulkan nama Kijang. Kian Tie merupakan adik kandung William Soeryadjaja, Presiden Direktur PT Astra International Inc, ketika itu.
“Kenapa tidak kita berikan nama kijang saja,” ujar Tjia Kian Tie seperti dikutip dari buku 38 Tahun Toyota Kijang (Luhulima, 2015: 23). Nama kijang sendiri bermakna lincah dan cepat larinya serta tidak memiliki konotasi negatif seperti dalam lagu anak-anak berjudul Si Kancil.
Akhirnya kendaraan itu resmi bernama Toyota Kijang. Model pikapnya dengan kode KF10 pertama kali diperkenalkan ke publik di salah satu hotel di Jakarta Selatan pada 9 Juni 1977. Harga jualnya Rp1,3 juta per unit, lebih murah Rp50.000 dibandingkan kompetitornya, Suzuki Pikap, yang memiliki dimensi lebih mungil. Harga jual Toyota Kijang juga lebih murah Rp350.000 dari pikap Mitsubishi Colt T120.
Toyota Kijang generasi pertama ini dikenal pula dengan sebutan “Toyota Kijang Buaya”. Nama alias ini muncul karena bila kap mesinnya dibuka, seluruh kap mesin, atau bonnet, terangkat sehingga mirip buaya yang sedang membuka mulut lebar-lebar.
Kini Toyota Kijang telah mencapai generasi keenam di Indonesia dan ditingkatkan menjadi model global dengan platform International Multipurpose Vehicle (IMV) yang ditandai dengan penambahan nama menjadi Toyota Kijang Innova pada 1 September 2004.
Saat berkunjung ke Jakarta, Akio Toyoda, Senior Managing Director Toyota Motor Corporation—cucu sang pendiri Toyota Kiichiro Toyoda—mengatakan pergantian Kijang lama ke Kijang Innova memang harus dilakukan. Untuk menjadikan Toyota Kijang berkualitas global, menurut dia, tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan kualitas bodi juga memberinya mesin yang lebih bertenaga dan hemat bahan bakar serta lebih ramah lingkungan.
Kata Toyoda saat menghadiri peluncuran Toyota Kijang Innova di pabrik Toyota Karawang, September 2004.
Hingga 2021, Toyota Kijang Innova masih menjadi andalan Toyota Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Bahkan kesuksesan pasar Toyota Kijang Innova di Indonesia dan ekspor merupakan satu faktor kunci yang meyakinkan Toyota Jepang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat produksi (base production) di kawasan Asia, dengan mitra lokalnya PT Astra International Tbk.
Warga Girang, Fly Over Tanjung Barat dan Lenteng Agung Diujicoba Hari Ini