Headline Humaniora

Sarnadi Pamerkan Lukisan, Kolektor pun Terkesan



single-image

INDOWORK.ID, JAKARTA: Sarnadi Adam pamerkan lukisan

Di Taman Ismail Marzuki sampai akhir Juni

Para kolektor pun sangat kersesan

Segera beli karya seni anak Betawi

Pantun itu sengaja saya suguhkan untuk menghormati pameran lukisan Sarnadi Adam yang digelar sejak 17 juni hingga 30 Juni 2022 di Taman Ismail Marzuki. Pantun merupakan tradisi lisan komunitas Melayu yang telah hidup lebih dari 500 tahun.

Pantun Betawi digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran melalui syair yang berima. Umumnya pantun digunakan dalam nyanyian dan tulisan di upacara adat dan pernikanan. Namun kali ini untuk sebuah pameran lukisan.

Dalam pandangan budayawan Betawi Yahya Andi Saputra, sang maestro lukis Betawi Sarnadi memiliki beberapa keistimewaan.

Pertama, Bang Sarnadi adalah insan yang istikamah dalam menjalani profesi sebagai pelukis Betawi.

Kedua, profesi pelukis adalah aset sangat langka yang dimiliki oleh kaum Betawi sehingga harus dirawat dengan seksama. “Saking langkanya, bisa dihitung dengan jari tangan.” Apalagi Bang Sarnadi pelukis yang sudah mendunia sehingga membuat bangga dan mengharumkan kaum Betawi.

Ketiga, dengan gaya lukisan yang khas, Sarnadi mampu memarwahkan nilai-nilai budaya Betawi.

KEARIFAN LOKAL

Perempuan Betawi

Untuk pengembangannya tentu pelu  ruang guna menciptaan generasi penerus melalui pendidikan. Meskipun bertalenta besar, kata Yahya, jika teknik tidak dipelajari tentu tidak optimal. “Ruang itu perlu diperbanyak.”

Namun bagi anak Betawi Gandaria itu, nyatanya tidak ada kesungguhan dari para pemangku kepentingan untuk melakukan kewajiban tersebut. “Dinas Kebudayaan juga kurang optimal,” tegas Anggota Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan itu serius.

Ia mengajak kepada masyarakat untuk meramaikan Jakarta sebagai palang pintu Indonesia dengan kearifan lokal yang memperkaya kebudayaan. Seni lukis adalah satu di antara karya seni dan Budaya Betawi yang kaya.

SEMARAKKAN HAJATAN JAKARTA

Iwan Henry Wardhana dan Sarnadi AdamPameran lukisan Sarnadi digelar sejak Kamis, 16 Juni 2022. Suasana gembira masyarakat Jakarta lantaran tengah berlangsungnya hajatan ke-495 kota ini, makin semarak dengan pemeran yang mengusung tema Betawi dalam Lukisan tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana membuka acara itu dengan menabuh rebana biang.

Rebana biang adalah satu kesenian Indonesia yang lahir di Bumi Betawi. Alat musik ini tumbuh di masyarakat Betawi, Jakarta dan sekitarnya. Namun, keberadaan rebana biang mulai hampir punah. Dalam pertunjukannya, kesenian tersebut terkadang ikut menyertakan gaya silat Cingkrik khas Betawi.

Para tokoh Betawi mulai dari budayawan Syamsuddin Ch. Haesy alias Bang Sem, Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beky Mardani,  Ketua Forum Jurnalis Betawi (FJB) Ahmad Buchori didampingi Sekjennya Muhammad Syakur Usman dan pengacara Chevy Rasjid tampak menikmati karya seni tinggi tersebut.

Iwan mengatakan bahwa gelaran ini merupakan pameran offline pertama setelah Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020. Iwan berkomitmen bahwa ia selalu berupaya menjadi elektabilitas penggiat dan pekerja seni. “Tentu saja agar mereka terus eksis meskipun digempur pandemi,” kata pria kelahiran Matraman, Jakarta Timur, ini.

Pejabat yang selalu tampil dandy itu memberikan apresiasi yang tinggi atas kiprah Sarnadi Adam tersebut. Ia merasa bangga karena pameran perdana ini diawali dengan menampilkan koleksi tokoh Betawi. “Inilah bukti bahwa ide para pegiat seni Betawi tak pernah surut,” kata ayah dari Qay Azneen dan Ken Azzura itu.

Pria kelahiran 21 November 1975 tersebut membuka fasilitas TIM, pusat pelatihan seni budaya dan  Taman Benyamin Sueb seluas-luasnya bagi para budayawan dan seniman seperti Bang Sarnadi.

Tidak sampai di situ. Iwan juga akan memfasilitasi para kolektor yang akan membeli lukisan Sarnadi dan seniman lainnya. Fasilitas itu dapat berupa bentuk badan layanan umum derah dan koperasi.

MASA KECIL DALAM LUKISAN

Sarnadi Adam

Tentu saja Sarnadi girang. Dengan wajah sumringah ia menyatakan bahwa karyawanya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Sedikitnya 21 lukisan terpampang dalam pameran tersebut.

Sarnadi menyuguhkan karyanya yang menggambarkan kebudayaan masyarakat Betawi seperti penari tradisional, pesta perkawinan, kehidupan sehari-hari, dan pasangan pria-wanita dengan pakaian adat. “Ini pengalaman sejak kecil yang saya tuangkan dalam lukisan,” kata Sarnadi.

Harapan Sarnadi adalah para pelaku seni lainnya tetap eksis dan terus bersemangat dalam berkarya. Bagi Sarnadi, sudah sewajarnya pemerintah menjadi kolektor karya seniman profesional.

APRESIASI TINGGI

Chevy Rasjid, Beky Mardani, Syamsuddin Ch. Haesy, Sarnadi Adam, Iwan Henry Wardhana

Para pengunjung memberikan apresiasi yang tinggi atas karya anak Betawi Simprug ini. Goresan karya Sarnadi dapat mengenang kembali kisah masa lalu.  

“Karya arya seni Sarnadi Adam sangat mengagumkan, karena  menggambarkan keberanian menghadapi tantangan,” kata Beky Mardani.

Dalam pandangan Beky, anak Betawi Meruya, Bang Sarnadi bermental tinggi karena siap menghadapi segala macam situasi. “Lukisan-lukisan ini dibuat masa pandemi ini sangat bagus.”

Dalam dunia lukis, kata Beky, Bang Sarnadi telah lama menjadi icon pelukis Betawi. Secara materi dan objeknya, Sarnadi banyak memakai latar belakang kampung-kampung lama ini di Jakarta. Hal ini membawa perjalanan jauh ke belakang masa lalu sehingga menjadi nostalgia untuk melihat Jakarta tempo dulu dari berbagai sisi.

Karya Sarnadi ini menjadi suatu yang berharga bagi generasi yang tidak mengalami hidup dalam lingkungan yang telah jauh berubah. Beku lalu menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi Belanda. Di Negeri Kincir angin itu ia bertemu dengan Aki Jansen, yang mengoleksi lukisan Sarnadi. Meneer Jansen mengoleksi karya Sarnadi untuk mengobati kerinduannya ketika tinggal di bumi Betawi. “Saya terkenan ketika ia tinggal di Jakarta. kerinduan saya terobati,” kata Jansen yang ditirukan Beky.

Pengunjung lainnya mengatakan karya seni Sarnadi sangat berwarna dan mencerminkan Betawi berani menghadapi perbedaan. Betawi dalam lukisan ini terwakili dalam warna yang mencerminkan nilai toleransi, egaliter, dan Islami.

CERMIN KEHIDUPAN

Betawi penuh warna

Lukisan Tari Betawi menampilkan aneka warna yang khas mencerminkan kehidupan masyarakat Jakarta yang majemuk dan sikap egaliter dari penduduk inti Bumi Betawi.

Sarnadi Adam lahir di Simprug, Kebayoran, Jakarta Selatan, pada 27 Agustus 1956. Ia lulusan Sekolah Seni Rupa Indonesia di Jogjakarta dan ISI Jogjakarta pada 1985. Master Seni Lukis dan Program Doktoral ia tuntaskan di institut yang sama.

Dosen Universitas Negeri Jakarta ini sering mengadakan pameran di Belanda, Jerman, Singapura, Swedia, Belgia, Luxemburg, New York, New Jersey, Boston, Brunei Darussalam, Filipina, Korea Selatan, Guangzhou, Beijing, dan Shenzen.

Lukisan Sarnadi banyak dikoleksi oleh berbagai lembaga dan individu seperti Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Bentara Budaya, Museum Jakarta, Presiden dan Wakil Presiden RI serta Gubernur DKI Jakarta. Penggemar karyanya juga tersebar di Eropa dan Amerika Serikat.

Apakah Anda sudah mengoleksinya. Datang ke TIM yuk!

 

Berita Lainnya