INDOWORK.ID, JAKARTA: Senin, 10 Januari 2022 harga gas alam di London naik tajam, namun tak berdampak pada Indonesia. Bahkan, sempat naik ke US$4.170 (per 10.000 mmbtu).
Harga tersebut naik sebesar 6 persen dari penutupan sebelumnya, yaitu US$3.916. Hingga kemarin malam, harga bertahan di US$4.120. Jika menghitung dalam periode setahun, sudah naik 53 persen.
Melihat pengaruhnya di Indonesia, harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) ironisnya turun. Tak tanggung, hingga hari ini turun sebesar 3,32 persen ke Rp1.310. Dalam setahun, PGAS sudah turun sebanyak 26,82 persen.
Investor ritel Hasan Zein Mahmud mengambil penurunan harga tersebut sebagai peluang. Hasan menambahkan sedikit saham PGAS nya.
“Jumlah lot PGAS dalam portfolio saya bertambah lagi. Sedikit. Catching a falling knife? Punya kelihaian seorang pendekar? haha,” kata Hasan kepada Indowork.id, Senin (10/01/2022).
Bagi dirinya, kalimat itu hanya berlaku bagi perusahaan yang berada di tubir kebankrutan. Tidak berlaku untuk growing company. Selain itu, Hasan mengaku memang tak pernah mampu menentukan titik terendah harga saham untuk memenuhi anjuran “wait for the price to bottom out before buying it“.
Menurut analisisnya, kinerja keuangan PGAS memang nyaris tak terpengaruh oleh harga gas internasional. Sepenuhnya harga dan marjin laba PGAS diatur pemerintah. Alasan lain hasan berani membeli PGAS lagi karena keyakinannya akan prospek gas ke depannya.
“Satu prediksi yg saya yakini. Pemakaian gas sebagai sumber energi – baik pembangkit, industri maupun rumah tangga – akan naik tajam, mulai tahun ini, dan seterusnya ke depan,” ujarnya.
Indonesia – beberapa kali saya celotehi – memang telah mengesahkan UU No. 16 Tahun 2016. Keputusan formal untuk mendukung Perjanjian Paris. Undang Undang tersebut menyatakan tekad untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030, apabila tidak ada dukungan dana internasional. Bertekad menurunkan hingga 41 persen, bila mendapat dukungan dana internasional
Dalam prediksi Hasan, upaya pengurangan emisi yang paling konkrit pada tahap pertama – sebelum ditemukan EBT yang zero emission, – adalah migrasi sumber energi pembangkit, dari batubara ke gas alam.
Bagi PGAS, logika matematisnya begini:
Return on Asset = profit margin x asset turn over
Walaupun profit margin tetap rendah, tingkat perputaran aset yg lebih tinggi akan menaikkan ROA.
“Di jalan yang bumpy dan berliku, selalu ada kesempatan untuk tancap gas,” tutup Hasan.
Disclaimer: Keputusan jual beli saham sepenuhnya ada di tangan pembaca. Berita yang dibuat bertujuan membagikan referensi, tidak mengajak pembaca untuk menjual atau membeli saham.
Leave a reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *