INDOWORK.ID, JAKARTA: Pemerintah terus kejar penambahan pembangkit hingga mencapai 40.967 Megawatt (MW) atau 41 Gigawatt (GW) untuk 10 tahun kedepan. Agar mencapai target, pembangunan infrastruktur sektor ketenagalistrikan direncanakan mengedepankan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
Target ini tertuang dalam rancangan penyusunan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030.
Secara terperinci, rencananya tambahan tersebut akanĀ didominasi PLT Uap/Mulut Tambang sebesar 4.688 MW dan PLT Gas/Gas Uap/Mesin Gas/Mesin Gas dan Uap sebesar 3.467 MW.
Sisanya sebesar 22 MW bakal bersumber dari PLT Diesel, sedangkan sekitar 737 MW dari pembangkit EBT yang terdiri dari PLT Air, PLT Panas Bumi, PLTBio, PLT Hibrid dan PLT Surya.
Rida Mulyana selaku Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan, penyusunan RUPTL kali ini akan lebih banyak menempatkan porsi EBT dengan porsi hingga mencapai 48%, sementara 52% sisanya masih akan ditopang pembangkit berbahan fosil.
Porsi ini lebih besar dibanding porsi EBT pada RUPTL eksisting yang sebesar 30% dengan porsi fosil 70%. Penyusunan RUPTL “Hijau” ini sejalan dengan target bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025.
Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, saat ini besaran kapasitas terpasang mencapai 63,2 GW. Dengan penambahan sekitar 40 GW, total kapasitas diproyeksi mencapai 100 GW.
“Penambahan EBT sekitar 16,1 GW atau mendekati 40% terdiri dari PLTA, PLTP dan EBT lainnya,” kata Darmawan.
Rida menambahkan, penyusunan RUPTL Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030 bakal segera dipercepat proses penyelesaiannya. Sekarang, RUPTL masih membutuhkan beberapa masukan dari Menteri ESDM.
Kementerian PUPR Jamin Proyek Konstruksi Jalan Terus