INDOWORK.ID, JAKARTA: Direktur Utama PT Indika Energy Tbk, Arsjad Rasjid, digadang-gadang akan maju sebagai Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) periode 2021-2026.
Pemilik nama lengkap Muhammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat ini memulai karirnya bersama Indika Group. Setelah selesai mengemban studi di Negeri Paman Sam, ia pulang dan bergabung ke PT Indika Inti Mandiri (Indika Group) pada 1996, tahun di mana perusahaan itu berdiri. Dari Indika, Arsjad belajar banyak tentang pemanfaatan energi, khususnya pertambangan batubara dan energi pendukungnya.
Bersama Agus Lasmono dan Wishnu Wardhana, teman sealumninya dari Pepperdine University, Arsjad ikut membidani lahirnya PT Indika Energy pada tahun 2000. Adapun Indika Group adalah perusahaan yang dirintis temannya, Agus Lasmono yang merupakan salah satu anak konglomerat terbesar di era Orde Baru, alm. Sudwikatmono.
Kepiawaian Arsjad dalam berbisnis rupanya menorehkan catatan gemilang di perusahaannya. Empat tahun setelah memulai karir di Indika, Arsjad didapuk menjadi Komisaris Utama perusahaan. Keberhasilan Indika banyak bergantung pada ide-ide dan kreativitas Arsjad dan tim kerjanya yang membuat karirnya semakin moncer dan Indika Energy menjadi perusahaan energi yang patut diperhitungkan.
Empat tahun setelah memulai karir di Indika, Arsjad didapuk menjadi Komisaris Utama perusahaan. Keberhasilan Indika banyak bergantung pada ide-ide dan kreativitas Arsjad dan tim kerjanya yang membuat karirnya semakin moncer dan Indika Energy menjadi perusahaan energi yang patut diperhitungkan.
Pada 2005 Arsjad mulai menciptakan berbagai gebrakan yang membuat kalangan pengusaha terpukau. Salah satu ide yang menjadi grand strategy-nya adalah mengakuisisi beragam sektor perusahaan sebagai pelaksana ahli di bidang pertambangan. Sebut saja PT Tripatra Engineers and Constructors, PT Petrosea Tbk, dan PT Mitrabahtera Segara Sejati. Di luar itu, masih banyak lagi anak-anak usaha yang diakuisisi dan semuanya berada dalam naungan Indika Energy.
Dalam wawancaranya dengan Law-Justice.co, Arsjad mengungkapkan strategi yang berfokus mengakuisisi perusahaan yang ia lakukan untuk meningkatkan nilai aset. Ia meyakini dengan mengakuisisi sejumlah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang dan mengintegrasikannya, pasti menciptakan nilai tambah bagi perusahaan tersebut.
“Karena itu, akuisisi merupakan pilihan supaya segala yang tadinya dipandang sebagai biaya bisa sekaligus memiliki pendapatan,” katanya.
Berkat ide briliannya selama lima tahun menjadi CEO, Arsjad mampu mengembangkan nilai aset industri energi batu bara menjadi berlipat ganda, dari US$150 juta menjadi senilai US$2,5 miliar (sekitar Rp22,5 triliun). Di bawah payung PT Indika Energy Tbk., Arsjad berhasil membesarkan aset perusahaan pada 2020, menjadi US$3,6 miliar (Hampir Rp50 triliun).
Tantangan terbesar bagi Arsjad adalah bagaimana mempertahankan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan agar tetap sebagai pendukung investasi, bukan beban biaya bagi perusahaan. Paradigma ini akan mempengaruhi cara berpikir leader perusahaan terhadap karyawan yang dimiliki.
Arsjad menahkodai 10.000 lebih karyawan di dalam Indika Energy Group dan memimpin perusahaan melakukan turnaround atas kinerja perusahaan yang terdampak penurunan harga batubara pada periode tahun 2013-2016 hingga akhirnya kondisi perusahaan berbalik positif. Ia juga memimpin PT Indika Energy Tbk. untuk melakukan diversifikasi usaha dengan berinvestasi di sektor non-batubara, seperti pertambangan emas, teknologi digital, hingga solusi energi terbarukan.
Arsjad mengungkapkan jika karyawan dipandang sebagai beban, perusahaan pasti akan mencari celah untuk selalu memotong gajinya. Karenanya, seorang pemimpin harus mengubah pola pikir itu dan beranjak memberdayakan mereka dengan mendorongnya berkerasi agar merasa memiliki perusahaan. Salah satunya dengan memberikan peluang menjadi pemimpin dan menciptakan regenerasi yang kontinu.
Implementasi dari paradigma mempertahankan SDM misalnya dengan menyatukan kelompok tua dan muda untuk mau berkomitmen membangun industri Indika. Di sinilah regenerasi muncul dengan pembinaan entrepreneurship pada kelompok muda. “Yang muda haruslah diberi kepercayaan untuk memimpin,” kata dia. “Yang tua, ya harus menjadi anggotanya,” tegasnya.
Ide Arsjad di tingkat manajemen ini memang ditujukan untuk melakukan transformasi manajemen. Namun bukan berarti itu menunjukkan Indika adalah perusahaan yang tidak performing sehingga membutuhkan perubahan besar untuk eksis, melainkan cara ini diartikan secara continuous improvement. “Artinya, kami mencanangkan komitmen untuk tidak terlena, puas diri, tetapi sama-sama fokus membangun industri ini,” ucapnya.
Pemikiran Arsjad di atas koheren dengan langkahnya melakukan efisiensi perusahaan tanpa melalui limpahan sales yang jor-joran, namun ia melakukannya dengan berbagai parameter, seperti memotong pemborosan dan biaya yang tidak perlu, seraya tetap menjaga sumber-sumber pemasukan agar tetap berjalan lancar dan berkelanjutan.
Dalam acara peringatan 45 tahun kiprah Indika Group dan 10 tahun Indika Energy di pasar modal 2018 lalu, Arsjad mengungkapkan salah satu langkah efisiensi adalah memangkas jumlah SDM dengan golden shake hand atau kesepakatan pensiun dini terhadap 1.000 SDM dari total 10.000 SDM yang dimiliki Indika Group.
Dalam konteks efisiensi ini, role model yang dilakukan pihaknya adalah menyusutkan jumlah Board of Directors (BOD) di Indikia Energy dari sebelumnya tujuh orang menjadi tiga orang saja. Dengan demikian, karyawan akan melihat bahwa penghematan dimulai dari level atas.
“Pemotongan SDM banyak dikonsentrasikan di bagian atas. Dampaknya terhadap biaya cukup signifikan. Penghematan biaya rutin kami bisa mencapai 40 persen,” katanya. Berkat jurus usahanya ini, pada 2017 Indika berhasil meraih laba bersih setelah pajak sebesar US$335 juta.
Pengabdian Arsjad di Indika Energy telah melampaui zona dan zaman, selain sebagai CEO Indika Grup, Arsjad juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris dan Direksi di berbagai perusahaan. Antara lain, PT Kideco Jaya Agung – perusahaan batubara, PT Tripatra Engineers & Contractors – perusahaan EPC (engineering procurement and construction) minyak dan gas, PT Petrosea Tbk. – kontraktor pertambangan, dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. – logistik laut.
Sahibul Hikayat, Tradisi Betawi Nyaris Tak Terdengar